Bab 6 (HILANG)

31 5 3
                                    

     Laura tersadar jika dari awal ia masuk ke dalam kampus perputaran waktu di hentikan, ia masuk kedalam perangkap mereka, yang seharusnya Laura yang mengendalikan permainan tapi ternyata Laura yang masuk kedalam permainan iblis itu. Sekarang Laura masih berada di ruangan seni, Laura menatap satu persatu teman-temannya.

     “Sial, aura hijau pekat itu bukan kesedihan, tapi iblis yang menyerupai manusia.” batin Laura ketika ia menyadari semua orang yang berada di kelas seni beraura hijau pekat.

     “LAURA!!” panggil Lian di ambang pintu dengan nafas yang menderu.
     “LARI,” teriak Lian yang membuat Laura refleks berlari.

    Baru saja Laura melangkahkan kakinya, suara bel tengah hari berbunyi. Laura terdiam saat melihat kelas seni perlahan berubah dan penuh interior kuno yang terpangpang rapih. Laura sadar jika sekarang ia berada di dalam lukisan yang dimiliki Dea.

     “Ini bukan kebetulan, tapi di sengaja.”

    Bukan hanya rungan saja yang berubah, tetapi pakaian yang Laura kenakan pun ikut berubah. Kini Laura menggunakan pakaian layaknya seorang putri di kerajaan kuno yang anggun, ia terlihat begitu menawan dengan gaun putih berenda. Sedangkan Lian, dia tepat berada di depan Laura dengan pakaian layaknya seorang pangeran bangsawan.

     “Permainan macam apa ini?” batin Laura tidak mengerti.

    Lian dengan pakaiannya yang begitu gagah membuat kesan begitu tampan untuk Lian, Laura yang pertama kalinya melihat Lian seperti ini sedikit terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Lian. Laura yakin ini semua pasti ada hubungannya dengan dirinya dan Lian yang harus Laura cari tahu.

     “Lian…” ucap Laura yang hanya dibalas tatapan oleh Lian.

     Laura mengangkat satu tangannya ke pundak Lian, Ia memberi isyarat kepada Lian agar berdansa dengannya layaknya lukisan yang tadi Laura lihat. Lian yang paham pun mulai bergerak untuk berdansa dengan Laura, tatapan mereka saling bertemu di iring musik klasik entah dari mana asalnya. Seiring berjalannya waktu Laura bisa melihat aura yang dimiliki Lian, ada beberapa aura campuran yang dimiliki Lian.

     “Hijau? bukan kah Lian manusia setengah Iblis.” batin Laura.

    Alunan musik klasik itu terus berputar beriringan dengan Laura dan Lian yang berdansa dengan anggunnya, tatapan saling bertemu bukan hal pertama lagi bagi mereka berdua, Lian sepertinya merasakan sesuatu yang seharusnya tidak pernah ia miliki sebelumnya.

   “Gak! Laura bukan Girene,” batin Lian berusaha menepis perasaannya yang tiba-tiba muncul bagaikan badai.

     “Lian…’’ panggil Laura di sela dansanya dengan Lian.

     Lian hanya menatap Laura sebagai jawaban, “ Apa gue pernah hidup sebelum ini?” tanya Laura.

      “Apa yang lo rasain?” tanya Lian balik.

     “Gue ngerasa semua ini bukan hanya sekedar kita masuk kedalam lukisan, tapi hal yang pernah gue alami sebelumnya.” 

     “Lalu?”

     “Rasanya hampa dan campur aduk?”

     Lian hanya terdiam saat mendengar ucapan Laura, ia rasa ini adalah permainan masa lalu yang menyakitkan.


     {Flashback}

     Pada pertengahan abad ke 19 yang dimana penjajahan dimana-mana para kolonial belanda saat itu mengadakan sebuah acara pesta dansa untuk menghibur diri dari peperangannya dengan pribumi. Saat itu pemimpin mereka dari belanda juga mengundang rakyat pribumi untuk hadir salah satunya seorang gadis dengan darah campuran hadir di pesta tersebut, ia Girene.

   Girene adalah gadis dengan darah campuran indonesia dan belanda, ia hadir karena sang ayah memaksanya untuk hadir, jadi ia mau tidak mau harus hadir walaupun firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi. Girene selalu meminta ayahnya untuk berhenti melukai para pribumi karena ia ingat ibunya juga salah satu pribumi.

  Girene hadir dengan anggunnya, dibalut gaun putih berenda dengan rambut cepol dan beberapa bunga yang menghiasi rambutnya, terlihat sangat cantik dan menawan.
Girene hadir membuat siapapun kini menatapnya takjub, putri dari pemimpin mereka ternyata begitu indah untuk dipandang, tetapi sayang sekali darahnya bercampur dengan pribumi.

     “Cantik, hanya saja darah campuran,” gumam salah satu kolonial belanda.

     “Jika tidak campuran tidak akan menarik,” ucap seseorang yang baru saja datang menghampiri kerumunan para kolonial belanda yang membicarakan Girene.

    “Selamat malam Meneer,” siapa mereka saat tau siapa yang datang.

    “Bukankah dia cantik?”

    “Tentu saja Meneer.”

    “Dia milikku,” ucapnya lalu tersenyum meremehkan kepada para bawahannya.

__________


     Keadaan masih sama, Laura dan Lian masih terjebak di sebuah lukisan, mereka berdua kini berhenti berdansa tetapi masih diam di tempat semula tanpa berniatan untuk mengelilingi kastil. Laura merasa ia tidak asing dengan tempat ini, ia merasa ia pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya.

     “Arghhhh kau seharusnya mati…”

     “Akhhh,” rintih Laura menyentuh kepalanya yang merasa sakit.

     “Lau?” kaget Lian yang melihat Laura tiba-tiba kesakitan.

     “Aku seharusnya tidak mencintaimu.”

     “Kau sama saja seperti mereka bajingan yang tidak memiliki hati.”

     “Kau tidak akan pernah matii…..ingattt itu…’’

     “AKU SENDIRI YANG AKAN MEMBUNUHMU.”

     BLARRR….

     “Arghhhhh,’’ teriak Laura yang membuat seisi UKS yang menunggu Laura kaget.

     “Lauraaaa lo sadar?” tanya Arum begitu Laura terduduk di atas kasur.

     “Gu–gue kenapa?” tanya laura tidak mengerti, ia tadi ada di sebuah kastil sedang berdansa dengan Lian lalu sekarang ia berada di sebuah ruangan UKS.

     “Apa kamu baik-baik saja?” tanya Kenza menggunakan bahasa isyarat.
Laura hanya mengangguk sebagai jawaban, “Jam berapa sekarang?” tanya Laura menatap Arum.

     “Jam tiga.”

     “Hah! Lian mana?” tanya Laura panik.

     “Itu…” tunjuk arum ke sebuah kasur UKS yang tidak jauh dari Laura.

     “Lian,” panggil Laura yang melihat Lian masih terbaring tidak sadarkan diri.

     “Lian….ian….liann,” panggil Laura tak kunjung direspon oleh Lian.

     Mau sebanyak apapun Laura memanggil Lian, Lian tidak akan kembali jika Laura tidak menjemputnya, Lian terjebak di ruang waktu abad ke-19 karena kesalahannya yang tidak pernah diampuni oleh seorang gadis bernama Girene.

     “Jiwanya terjebak, hanya kamu yang bisa membawanya kembali.”

     Laura yang mendengar bisikan itu tersentak kaget lalu menatap sekeliling ruangan UKS, Laura tidak melihat siapapun lagi di UKS, hanya ada Arum, Kenza, dirinya dan Lian. Lalu siapa yang membisikan ucapan itu kepada Laura?

     "Kalian tolong jaga Lian sebentar, jangan tinggalin dia sebelum gue kembali, bisa?" ucap Laura yang hanya di angguki mereka berdua.

     Sementara itu Laura langsung pergi menuju fakultas manajemen, ia pergi dengan buru-buru sampai tidak sadar jika sendiri awal ia keluar UKS Leon memperhatikannya.

     "Bangun Laura, kamu masih terjebak."

     Sesampainya Laura di fakultas Manajemen, ia menatap sekeliling ruangan tidak ada
siapapun disana, ruangan begitu kosong seperti tidak pernah terisi, kain putih penuh debu dimana-mana menutupi barang-barang yang sudah tidak terpakai, Laura mulai pening, ia sebenarnya sudah kembali apa tidak.

     "Gue masih terjebak," ucap Laura frustasi menjambak rambutnya.

     "Arghhhhhh kenapa gue gak sadar dari awal sih, kenapa bisa kejebak gini."

     "Li--liannn..." ucap Laura tersadar jika ia meninggalkan Lian dengan manusia yang Laura saja tidak tau dia manusia apa bukan.

     "Sial!!" Laura langsung berlari menuju UKS dimana Lian terbaring tidak sadarkan diri.

     Laura terus berlari tetapi rasanya lama sekali, padahal saat awal Laura pergi dari UKS ke fakultas Manajemen tidak lama tetapi sekarang hampir setengah jam Laura berlari tidak kunjung sampai.

     "Ada apa ini? Kenapa tidak sampai-sampai," batin Laura sambil terus berlari.

     "Laura!!" Panggil seseorang di belakang Laura yang membuat Laura menghentikan langkahnya.
Betapa terkejutnya Laura ketika melihat siapa yg memanggilnya, "Lian?"

[NITIKARYA] Not Me : Lady AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang