Bab 5 (DIMULAI)

103 43 8
                                    

Seperti yang sudah direncanakan, Lanara sekarang berada di kampus untuk melancarkan aksinya, tidak lupa Lanara memberitahu Leon sang kakak. Semenjak Lanara hidup kembali Leon sudah ia anggap kakaknya sendiri, begitupun kepada Lian selaku adik dari Leon, bahkan ingatannya pun beberapa hilang yang membuat Lanara kesulitan jika tidak ada Lian di hidupnya.

Kini Lanara atau bisa dibilang Laura sekarang ia sedang berjalan ke sebuah ruangan Seni yang menampakkan Dea, Kenza dan beberapa murid lainnya. Laura memilih untuk masuk ke fakultas Seni sedangkan Lian dia masuk ke fakultas hukum dan untuk Manajemen sudah ada Lara yang membantu aksi Laura. Kali ini Laura tidak akan membiarkan misinya gagal walaupun ia tidak pernah gagal dalam menangani kasus-kasusnya, karena misi kali ini antara hidup dan matinya orang-orang yang hilang.

"Halo...perkenalkan aku. Laura," ucap Laura sempat terhenti ketika akan menyebutkan namanya.

"Halooo Laura, salam kenal jugaaa," balas orang-orang yang berada di dalam kelas seni.

Semua orang begitu semangat menyambut Laura, tapi tidak dengan Dea, ia malah acuh

dan terus melukis seakan-akan tidak melihat keberadaan Laura. Laura yang melihat ada bangku kosong dekat dengan Dea ia akhirnya duduk disana yang bahkan tidak Dea respon sedikitpun. Dari aura yang Dea miliki ia terlihat frustasi dengan warna hijau pekat yang baru saja Laura temui, biasanya manusia yang lemah dan menyedihkan itu berwarna hijau biasa, tidak pekat seperti yang dimiliki Dea.

"Tanda apa lagi ini?" batin Laura penuh teka teki.

"Dea?" sapa Laura terlebih dahulu yang membuat Dea kini menatapnya.

"Ya?" jawab Dea singkat.

"Lukisan kamu bagus." ucap Laura lalu tersenyum.

Dea yang mendengar itu refleks tersenyum, "Terimakasih."

Hening seketika, semuanya kembali fokus pada urusannya masing-masing. Laura kini

menatap Kenza dengan lukisan yang begitu cantik menggambarkan seseorang berwajah rupawan terpangpang indah di kanvasnya Kenza.

"Lo nangis?" tanya seseorang kepada Laura. Laura tersadar, ya, dirinya meneteskan air mata.

"Lukisan apa yang dia buat?" tanya Laura kepada seseorang tersebut.

"Ohh tema lukisan kita kali ini itu mimpi, jadi kita disuruh ngelukis apa yang sering kita mimpikan," jelas seseorang itu, kita sebut Arum.

"Mimpi?"

"Ya."

Lalu Laura manatap lagi lukisan Dea lalu lukisan Kenza,"Tunggu...lukisan mereka mengapa seperti berhubungan." bantin Laura.

Terlihat jika Dea melukis dua orang sedang berdansa di sebuah kastil istana dengan interior kuno yang menawan.

"Tunggu!" ucap Arum yang membuat seisi kelas menatap Arum.

"Coba lo ikat rambut lo Laura," perintah Arum yang kini mendekat semakin mendekat ke arah Laura. Arum mengikat rambut Laura sama persis dengan lukisan Kenza, kenza yang tidak bisa mendengar ia kini menatap Arum dan Laura karena Kenza melihat semua orang yang ada di kelas melihat ke arah Arum dan Laura. Betapa terkejutnya Kenza saat melihat Laura untuk pertama kalinya, ia melihat lukisannya seperti nyata. Saat perkenalan tadi Kenza tidak melihat Laura karena ia sama fokusnya seperti Dea.

"Gilaa ini takdir yang kebetulan," ucap Arum tidak percaya karena lukisan Kenza begitu mirip dengan Laura.

"Pantesan lo nangis liat lukisan Kenza."

Kenza kini berdiri lalu mengucapkan sesuatu dengan bahasa isyarat, " Kamu siapa?"

Laura yang mengerti ia kini tersenyum simpul menatap Kenza, "Aku Laura," balas Laura menggunakan bahasa isyarat.

Kenza tidak percaya jika Laura mengerti bahasa isyarat, ia senang, sangat senang karena ini pertama kalinya ada seorang teman yang mengerti apa yang ia katakan.

"Siapa yang kamu lukis?" tanya Laura menggunakan bahasa isyarat.

"Aku melukis seseorang yang menyelamatkanku,'' balas Kenza.

Laura yang mendengar itu hanya mengangguk bingung dan penuh teka teki,"Permainan apa sebenarnya ini, gue yang masuk ke permainan mereka apa mereka yang masuk ke permainan gue." batin Laura.

Dretttt (Suara handphone Laura berbunyi)

"Nara adek lo ilang!" ucap Vano rekan timnya.

Deg

Laura yang mendengar ucapan Vano di saluran handphonenya serentak kaget, "Pukul berapa sekarang?" tanya Laura kepada vano.

"Jam tiga," jawab Vano.

"Sial..."
"Ada apa Laura?" tanya Dea ketika melihat raut wajah Laura yang kebingungan.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam 12 kurang 5 menit."

[NITIKARYA] Not Me : Lady AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang