Not Me

133 68 17
                                    

  "Laura!!"

"Ya."

"Dengar baik-baik Laura, kamu atau Lanara yang hidup?"

"Apa aku harus memilihnya?" Tanya gue balik.

"Ya!!"

Sepersekian detik gue diem, dari banyak pertanyaan-pertanyaan yang sulit seperti matematika dan bahasa inggris ini justru lebih sulit. Gue bahkan gak bisa jawab, karena jauh dari lubuk hati gue, gue juga ingin hidup.

"Jika aku memilih hidup, apa aku akan bahagia?"

"Sedikit lah berusaha, Laura."

"Dia hampir mati untuk bertahan hidup."

"Kamu atau Lanara yang hidup?"

Apa!!!! Pertanyaan konyol seperti apaa ini, dia juga siapa, gue gak kenal dia. Gue juga dimana, kenapa cuman ruangan gelap dan hanya ada satu meja dan dua kursi yang saling berhadapan, tempat macam apa ini.

"Jawablah sesuai dengan isi hati kamu Laura."

"Aku ingin merasakan hidup tanpa mengorbankan siapapun."

"Pilihlah."

"Aku!!"

Setelah itu semua hilang, hanya ada diriku saja di tempat ini dan kesadaran ku mulai pulih ketika dokter melihat ku sadar, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa barusan seperti terlihat nyata.

Gue liat dokter itu senyum, bukan, bukan senyum manis, tapi....senyum seperti pembunuh yang tau dimana mangsanya.

"Apa kamu melihat sesuatu Lanara?"

"Ya!!"

________

Gue Lanara, anak sulung dari pasangan suami istri yang kita sebut aja Dito dan Tania. Mereka kedua orang tua asli gue, sampai dimana Tania pergi gara-gara ngelahirin gue dan bokap gue gak terima itu sampai akhirnya gue yang jadi pusat pelampiasan bokap gue sendiri.

Saat umur gue lima tahun bokap gue nikah lagi, dia menikahi wanita yang menurut gue terlalu sempurna untuk bokap gue, bahkan gue mikir kok mau sama bokap gue yang jelas udah punya anak dan sedangkan Tante Nana masih gadis waktu itu, apa karena bokap gue kaya kali ya, makanya Tante Nana mau, entahlah mungkin karena cinta itu buta, makanya gitu.

"Tapi menurut gue cinta itu gak buta cuman orangnya aja yang goblok.'

Umur gue sekarang 25 tahun dan gue punya adek tiri yang umurnya beda lima tahun sama gue, dia Lara. orang yang selalu jadi pertama dan harus pertama. sering kali gue kasian sama dia karena dia kaya dijadikan alat untuk menjadi apa yang mereka mau, sasaran atas sesuatu yang tidak bisa mereka capai di masa lalu. setiap manusia memiliki kehidupannya masing-masing bukan? tapi lara tidak, dia harus patuh dengan perintah kedua orang menyebalkan itu.

Mereka yang tidak bisa mencapai sesuatu di masa lalu kenapa harus membebani darah dagingnya sendiri untuk mencapainya, bukankah itu payah. Gagal lalu membebani dengan alih-alih hutang budi karena sudah mengurusnya dari bayi, manusia yang hidup mereka lahir untuk menjalani kehidupan yang dirinya inginkan, bukan malah jadi alat memperpuas diri karena dulu gagal menjadi manusia yang diinginkan. warisan? warisan apa jika memperbudak, manusia itu memiliki kemampuan berbeda-beda, jika sama dunia tidak akan hancur.

Awalnya gue iri dengan kehidupan Lara tapi setelah tau di balik semuanya gue natap dia jadi berbeda, dari yang awalnya iri jadi iba.

"Cita-cita gue ke hambat gara-gara ayah mau gue jadi penerus dia."

"Emang lo mau jadi apa?"

"Jaksa,"

Jujur gue cukup kaget mendengar ucapan Lara, dia mau jadi penegak hukum.

"Kenapa jaksa?"

"Gue mau mereka yang menelantarkan anaknya dihukum."

"Termasuk ayah?" tanya gue yang buat dia diam sejenak.

Apa ini bisa disebut dengan balas dendam dan pemberian karma yang cerdik? ahh entahlah tapi niat Lara cukup mulia untuk takaran manusia.

"Hmmm," gumam Lara sambil menganggukkan kepalanya.

"Balas dendam?"

Gue sadar sekarang lara natap gue, gue yang lagi fokus makan langsung berhenti saat Lara bilang....

"Setelah kecelakaan lo jadi beda." setelah itu lara pergi ngebiarin gue sendiri di meja makan.

"Haruskah gue membalaskan dendam melalui Lara?" gumam gue pelan.

Apa kalian percaya dengan karma? sebagian orang mungkin sudah merasakannya, tapi....bagaimana dengan karma yang berbalik? apa kalian pernah merasakannya, setelah memberikan sumpah serapah yang amat pahit dan menakutkan kepada orang yang menyakiti kita tapi malah berbalik karena sedari awal ada kekeliruan yang membuat karma itu berbalik.

Manusia yang dikirim untuk memberikan karma?

"Rasa sakit di balas kata maaf itu tidak adil"

Maka...

"Rasa sakit harus dibalas rasa sakit."

Aku tersenyum ketika diriku yang baru begitu semangat untuk membalaskan dendam mereka yang tersakiti.

[NITIKARYA] Not Me : Lady AnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang