05. Lampu Ajaib Part 1

681 16 8
                                    

Aku berjalan dengan cepat menuju garasi, sembari menenteng ransel aku bergegas masuk kedalam mobil milikku.

Braakkk....

Ngeeenggggg.... Wuuuushhh....

Kubanting pintu mobil dengan keras lalu melaju ke jalan raya.

Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diriku pada kalian di saat moodku yang kurang baik ini, sebut saja aku Deo. Aku adalah putra dari Bupati di salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Timur, kalian tak perlu tahu siapa dan dimana bapakku menjabat, itu tidaklah penting.

Alasan mengapa aku membanting pintu mobil dan melaju di jalan dengan kecepatan tinggi adalah karena saat ini aku dalam keadaan jengah dan amarah yang memuncak. Bagaimana tidak? Beberapa minggu terakhir ini kedua orang tuaku selalu mendesakku untuk bergabung ke salah satu partai politik yang ada di Indonesia. Padahal aku sudah menolaknya secara halus dan selalu mengelak ketika pembicaraan mengarah ke hal itu.

Tolakanku bukan semata-mata karena aku benci berpolitik praktis saja, namun aku juga memiliki impian yang harus ku capai yaitu menjadi seorang dokter. Aku baru saja lulus menjadi sarjana kedokteran dan sedang fokus menjalankan KOAS ku. Aku tak mau ambisiku diganggu oleh hal-hal semacam politik praktis. Menjadi anggota partai? hahahaha, bahkan membayangkannya saja aku tak mau. Bukannya apa, hal yang paling ku benci adalah debat dan rapat. Sudah kupastikan bila aku masuk menjadi anggota partai tentu saja aku harus selalu berurusan dengan dua hal itu.

Dibawah mendung sore yang dingin ini, Kulaju kendaraanku menuju kota sebelah tempatku menjalani KOAS. Karena jarak rumah dan tempat koas yang jauh, maka kuputuskan untuk menyewa salah satu apartemen yang ada di kota ini. Seminggu sekali aku pulang ke rumah sekedar untuk mengambil beberapa barang.



Fikiranku yang runyam membuatku tak sadar bahwa aku telah sampai di parkiran rumah sakit tempat KOASku. Beruntungnya di stase yang kujalani saat ini tak terlalu sibuk dan banyak liburnya, jadi bisa santai santai.

 Beruntungnya di stase yang kujalani saat ini tak terlalu sibuk dan banyak liburnya, jadi bisa santai santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh Deo Kamu ngapain kesini? kan hari ini gak ada jadwal. Mana mukamu cemberut lagi!" tanya Dokter Adi

Dokter Adi adalah konsulen yang membimbing kelompokku selama KOAS di rumah sakit ini. Orangnya ramah dan masih muda, sehingga ngomongnya ceplas-ceplos seperti kawan sendiri.



"Eh... iya dok, ini cuma mau mampir bentar. Habisini mau balik kok" jawabku

Dokter Adi dan diriku langsung melanjutkan obrolan ke ruang jaga hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Aku pun izin untuk pamit kembali ke apartemenku untuk beristirahat.

***

Kringg...kriiiinggg...Duuunggg.... AMMBYARRRR...

Suara alarm dengan nyaring membangunkan tidur lelapku. Kusibakkan jendela kamar untuk mempersilakan mentari pagi masuk. Hari ini adalah hari yang kunanti-nanti. Aku dan Fendi kawan KOASku berencana untuk berwisata ke salah satu destinasi alam yang terkenal di Kabupaten ini.

Bukan Dia, Tapi AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang