06. Bebas: Tamat

451 12 2
                                    

Prakata: 

Khusus untuk minggu ini Author akan mengupload 3 part cerita baru secara langsung, ceritanya 3 part itu akan saling berhubungan. Pastikan dibaca secara berurutan ya dan jangan di skip skip, ceritanya pendek-pendek kok. Selamat membaca


====



Bimo terbaring lemas di kasur pesakitan rumah sakit. Sudah satu bulan lamanya ia dirawah di sini karena penyakit jantungnya yang semakin memburuk. Usianya yang telah renta semakin menggambarkan bahwa ia tidak mungkin memiliki peluang untuk sembuh. Selang infus tertancap di kulit tangannya yang telah berkeripun dan layu.


Bimo kini hanyalah seorang kakek-kakek tua biasa yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Padahal dahulu dia merupakan seorang lelaki tangguh dan perkasa. Dengan ketekunan dan dedikasinya Bimo berhasil menjabat sebagai seorang Brigadir Jendral (Brigjen) yang terpandang dan dihormati oleh semua bawahannya di Militer Angkatan Laut. 


Dia hidup dengan istri dan dua anak laki-lakinyanya dengan bahagia. Anak pertamanya sudah beristri dan menjadi Dosen di Surabaya, anak keduanya mengikuti langkah ayahnya menjadi perwira di militer dan belum menikah, sedangkan istri Bimo sebagai ibu rumah tangga setia menemaninya hingga tua.


Semua kebahagiaan itu berubah ketika Bimo telah pensiun. Bimo semakin jarang olah raga dan kerap kali makan makanan dengan tak terkontrol, hingga iya dinyatakan memiliki penyakit jantung oleh dokter. Istri dan anak anaknya sebenarnya seringkali memperingatkan dirinya untuk menjaga pola makan, namun Bimo masa bodoh dengan hal itu. Dan kini ia kumat parah sehingga perlu dilarikan di salah satu Rumah sakit yang ada di Kota Pasuruan


Huuuuh...... huuuuh....... huuuh....

Suara nafas Bimo semakin berat dan terengal-engal


"Buk, maafin aku kalo pernah nyakitin kamu. Terimakasih sudah menemaniku selama ini"

"Kalo aku kenapa-kenapa, aku nitip anak cucu kita ke kamu"Ucap bimo kepada istrinya yang sedang duduk di sebelah. Seakan-akan bimo tau kapan ajalnya akan datang, ia memberi wasiat kepada istrinya.


Istri Bimo yang mendengar ocehan ngawur Bimo, hatinya bak tersambar petir, tak rela suaminya meninggalkan dirinya


"Bapak ini ngomong opo to pak! Bapak sebentar lagi sembuh kok"

"Bapak harus kuat ya, ini cobaan dari Gusti" ujar wanita itu menahan air mata yang hendak menetes.Mendengar wasiat Bimo yang baru saja ia dengar, istri Bimo segera menghubungi anak-anaknya yang ada di luar kota. Meskipun ini bukan pertama kalinya Bimo masuk rumah sakit, namun ini pertama kalinya bimo memberikan sebuah wasiat.



***

Magrib telah tiba, suasana rumah sakit seperti biasa ramai dengan pengunjung dan perawat yang mondar mandir di lorong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Magrib telah tiba, suasana rumah sakit seperti biasa ramai dengan pengunjung dan perawat yang mondar mandir di lorong. Untunglah kamar Bimo merupakan kamar VVIP, istirahatnya takkan terganggu dengan kehadiran orang lain selain keluarganya. Lebih tenang dan sunyi jika dibandingkan dengan kamar pasien reguler.


"Pak, aku pulang dulu ya"

"Ngambil baju ganti sebentar, sekalian mau beli makan di jalan" pamit istri BimoBimo yang mendengarnya hanya mengangguk menandakan setuju.


Kini Bimo hanya sendirian di kamar. Ruangan mendadak sunyi tak terdengar apapun selain suara di luar gedung. Bau obat khas rumah sakit menyeruak di seluruh ruangan. Tak ada satu pun orang yang lewat di lorong koridor depan kamarnya. Bimo hanya melihat langit langit kamar dan membayangkan apakah ia bisa sembuh dan kembali ke keluarganya kembali, atau apakah ia harus tinggal di kamar ini selama sisa hidupnya. Matanya sayu dan pasrah dengan keadaan.


Ditengah lamunannya itu, dadanya tiba-tiba sakit. Nafasnya menjadi semakin sesak dan tak bertempo. Rasa nyeri dari dada menyebar hingga ke leher dan bagian tubuh lainnya. Matanya menjadi semakin buram karena rasa sakit yang teramat sangat.

Tubuhnya semakin lama menjadi dingin dan lemas, nafasnya kini berubah menjadi suara ngorok yang lirih. Mungkin inilah yang dinamakan sakaratul maut, nyawanya sedikit demi sedikit keluar dari tubuhnya.

Nahasnya disana tidak ada siapapun yang menjaga , Bimo melewati mautnya sendirian. Kini tubuh bimo sudah lemas sepenuhnya, jantung berhenti berdetak, nafas berhenti berhembus. Seluruh badannya menjadi dingin karena tak ada darah yang beredar. Bimo benar-benar telah meninggal dunia.


Bersambung......

Bukan Dia, Tapi AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang