EPS 16 : Nasi Goreng Spesial

66 10 2
                                    

Dipublikasikan pada 23 Maret 2023
Direvisi pada 16 Maret 2023

"Kau lukiskan hidupku penuh warna, bersamamu semua terasa indah. Semoga kita bisa terus bersama, denganmu hariku sempurna"
-Kau Lukis Aku, Dimas M

『✎﹏ 』

KELAS akselerasi 10 IPA dan IPS masih terkunci pukul tujuh pagi, semalam semua murid akselerasi kelas sepuluh sudah menerima pemberitahuan dari wali kelas masing-masing. Bahwasanya Penilaian Akhir Semester dua diadakan selama delapan hari kedepan, semua murid diharapkan datang ke sekolah pukul sembilan pagi.

Ardika dan Jovan tak sengaja berpapasan di lapangan, dua pemuda itu tampak kurang percaya dengan pengumuman semalam. Sehingga mereka berdua tetap datang ke sekolah seperti biasa, boleh jadi dikarenakan jarak dari rumah ke sekolah yang jauh atau karena hal yang lain.

Jovan menyikut lengan Wakil Ketuanya ketika mengetahui Jihan bersama tiga murid lainnya berjalan di depan mereka berdua.

"Enek mbak Jihan, Ka. Ojo ngisin-ngisini wong gerang. (Ada mbak Jihan, Ka. Jangan malu-maluin orang gede)," pesan laki-laki asal Yogyakarta itu seraya mengamati Jihan.

Ardika mengangguk paham, kemudian berlari hendak akan menghampiri Jihan. Sayangnya nasib sial kembali datang. Jovan sampai menutup sebelah mukanya dan menoleh ke samping, lalu Jihan dan tiga temannya yang lain refleks menoleh ke belakang.

"Ka, lo nggak papa?" tanya Jihan seraya membantu Adik Kelasnya yang tergelincir dan jatuh di atas lapangan yang basah karena hujan semalam.

Duh Gusti, abdi éra pisan. (Ya Tuhan, aku malu banget) batin Ardika seraya menutup mata karena menahan malu.

Ardika mengangkat tangan kanannya, memberi tahu Jihan jika dirinya baik-baik saja. Tanpa berbasa-basi ia langsung bangun dan menarik tangan Jovan untuk pergi dari sini. Ardika berteriak malu membuat warga sekolah terkejut mendengarnya, sedangkan Jihan hanya melongo melihat Adik Kelasnya kembali tergelincir karena berlari menghindarinya.

"Lari, Van, lari!!" teriak Ardika sambil berlari kencang melewati lapangan basket.

"Lo kenapa anj*r?!" tanya Jovan seraya memegang perutnya, berlari mengejar Ardika yang sudah terlanjur malu.

"Ardika lucu banget, pengen gue gigit," ucap Sadara gemas melihat Ardika melambaikan tangan ke arah dirinya, Jihan, Yasha dan Lakshmi.

"Jangan, dia bukan makanan," balas Yasha.

『✎﹏ 』

Dikarenakan bus sekolah tidak ada yang beroperasi di atas jam tujuh pagi, sehingga Elina mau tidak mau harus berboncengan dengan Naren mengendarai sepeda motor milik kakek. Di sepanjang jalan, gadis itu acap kali menyapa orang-orang di sepanjang jalan menuju sekolah. Pedagang kaki lima, pengendara motor, penyeberang, semua Elina sapa.

"Abang!" sapa Elina ke pedagang kaki lima yang sedang mendorong gerobak dagangannya.

"Semangat, Ibu!" sapa Elina lagi ke ibu-ibu yang baru saja berbelanja sayur.

Naren yang mendengar gadis itu tidak berhenti-henti menyapa orang-orang yang lewat kemudian menceletuk. "Diem napa, Na. Kenal aja kagak."

Excellent '05 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang