Jungkook dengan rencana jahat

101 9 0
                                    

Chapter~4
-Jungkook dan rencana jahat-

_Sungjae, hari ini aku akan pergi sendiri. Kamu selesaikan saja pekerjaanku di kantor_

Jungkook menutup sambungan telponnya tanpa perlu menunggu mendapat sahutan dari pihak lawan bicaranya. Dan Sungjae diseberang sana, hanya bisa menyambungkan obrolan Jungkook tadi pada Hoseok dan juga yang lainnya.

Sungjae segera menelpon teman-temannya yang lain, segera setelah Jungkook mengakhiri panggilan singkat nya. Terkadang Sungjae berharap jika sisi Juna bisa mengalahkan sisi Jungkook. Tapi~ mana mungkin palsu mengalahkan yang asli.

_Awasi terus gerak gerik Jungkook, jangan sampai dia berbuat yang macam-macam terhadap keponakannya sendiri. Jeon Taehyung_

Semua orang sudah bersiap. Jungkook tak bisa dilarang atau dicegah. Jadi... yang bisa mereka lakukan hanyalah mengawasi Jungkook dari jarak jauh.

Dan biarkan saja Jungkook mengeksplor semua isi dalam pikirannya. Biarkan Jungkook menjadi Jungkook seperti apa yang ia mau saat ini. Biarkan Jungkook hidup sebagai Jungkook untuk sekarang ini. Jungkook yang penuh dendam. Dan Jungkook yang berapi-api dengan amarahnya.

Jungkook kini tengah melancarkan semua susunan rencanaya yang bahkan entah sudah sedari kapan ia memiliki rencana busuk itu. Mungkin semenjak ia mengetahui jika keponakannya akan pulang kembali ke Korea.

Tak dapat dipungkiri jika Jeon Taehyung juga salah satu pewaris dari kekayaan seorang keluarga milyader bernama Jeon Hansung. Kemahirannya dalam memperjual belikan saham, perlahan membawanya menjadi rajanya para pengusaha. Bahkan kekayaan yang sudah keluarga Jeon timbun secara turun menurun dari garis ayah Jungkook, tidak hanya ada di Korea saja asetnya. Mereka memiliki banyak aset di negara-negara besar lainnya.

Dan sekarang, kakek Jeon menginginkan cicit satu-satunya itu pulang untuk segera mengurus bagiannya. Yang ada di dalam pikiran kakek Jeon tampaknya hanya ada harta yang harus dibagi sama rata dan adil. Pria tua beruban itu tampaknya sama sekali tak memperdulikan bagaimana keadaan mental cucu-cucunya pasca trauma atas kematian orang tua mereka yang tragis. Bahkan Hansung lah yang memerintahkan Taehyung untuk pulang segera ke Korea.

Jungkook merapikan setelannya, ia sudah bersiap sejak sedari tadi, sebelum ada suara lengkingan dari saudaranya, yang membuatnya menjadi membuang waktu ber jam-jam lamanya. Dan Jungkook pastikan jika sekarang Taehyung sudah sampai di bandara incheon Korea. Menunggunya dengan cemas.

Jungkook juga masih ingat pertemuan pertama mereka. Jungkook hampir tak percaya jika dirinya sudah mempunyai keponakan. Keponakan yang manis dan cantik untuk seukuran anak laki-laki. Jungkook datang menjenguk Taehyung di Itali, dan itu pun Jungkook lakukan setelah ia mendapatkan ancaman dari kakeknya. Jungkook tentu saja tidak datang ke sana sendirian. Ada Chanyeol dan juga Hoseok yang menemaninya.

Taehyung tumbuh menjadi anak yang pintar. Berwawasan tinggi dan mempunyai tingkat kesopanan yang bagus. Meskipun dibesarkan di negara bebas, Taehyung tetap bisa menjaga batasannya. Dan tetap menganut adat dari orang asia.

Sebenarnya kakek Jeon yang sudah tak bisa berjalan dan harus menggunakan kursi roda itu sudah melarang Jungkook untuk menjemput Taehyung. Biarkan saja orang suruhannya yang menjemput. Mengingat kondisi mental Jungkook yang tidak bisa dikatakan baik dalam beberapa bulan terakhir ini. Namun sekali lagi. Jungkook bukanlah orang yang bisa dicegah atau dilarang.

Setelah menempuh perjalanannya selama 45 menit. Kini Jungkook sudah sampai di bandara dan segera menuju ruang tunggu. Untuk menemukan keberadaan Taehyung, Jungkook tak terlalu mendapati kesulitan, karena Taehyung lebih dulu menemukannya dan langsung berlari tak sabaran menghambur pada pamannya yang sudah lama ia rindukan.

"Uncle...." Taehyung benar-benar ingin berhambur dalam pelukan Jungkook. Tapi dengan raut wajahnya yang datar, Jungkook termundur beberapa langkah menghindari Taehyung. Sontak Taehyung langsung merengut melihat reaksi Jungkook yang seperti itu.

Taehyung pikir lelahnya selama perjalanan akan langsung hilang jika sudah bertemu dengan salah satu anggota keluarganya. Tapi hanya ada dingin yang Taehyung rasakan dari pamannya. Pamannya ini sangat berbeda dengan yang menemuinya beberapa tahun silam.

Masih dengan wajah dinginnya, Jungkook segera berbalik arah dan berjalan menuju pintu ke luar. Tanpa sepatah kata pun yang ia ucapkan untuk menyambut kedatangan keponakannya. Dan Taehyung, mau tidak mau tentu harus mengikuti Jungkook sembari menyeret malas kopernya dengan wajahnya yang masih ditekuk.

Setelah masuk ke dalam mobil pun, suasana masih saja tak bisa menghangat. Tak ada sapaan dan tak ada sambutan. Hanya ada dingin yang Taehyung rasakan ketika dirinya berada di dalam mobil hanya berdua saja dengan Jungkook yang tetap diam mengunci mulutnya. Seperti orang yang sariawan.

Mimik muka tanpa ada gurat raut apapun yang bisa dibaca oleh orang normal. Begitu datar dan hambar. Bahkan tatapannya pun kosong. Sebegitu acuhnya Jungkook terhadap anak semata wayangnya Seokjin, saudaranya sendiri. Hingga Taehyung pun hanya bisa duduk diam sembari terus menggigit bibir bawahnya, membiarkan semua keheningan menemaninya di perjalanan menuju rumahnya.

"Uncle... apakah mama masih membenciku?" Cicit Taehyung, yang bahkan dia sendiri hampir tak bisa mendengar suaranya. Terlalu pelan, sebab kelewat takut. Tapi Taehyung tetap harus menanyakan hal itu. Sekarang Taehyung sudah besar. Dan Taehyung harus tahu tentang alasan kenapa dirinya begitu sangat dibenci oleh ibu yang melahirkannya.

Dan pertanyaan Taehyung barusan, sukses untuk menjadi pembuka percakapan antara dirinya dengan pamannya.

"Masih! Kenapa? Jika kau ingin kembali ke Paris, masih belum telat untuk penerbangan hari ini." Ucapan Jungkook terdengar begitu sangat jahat sekali.

Taehyung menggelengkan kepalanya sembari melirik samar ke arah pamannya yang tampaknya begitu sangat tidak memperdulikan keberadaannya. Terus terfocus pada jalanan.

"Tidak uncle.... Aku mau di sini saja. Aku ingin tinggal bersama mama dan juga uncle." Seru Taehyung dengan matanya yang menyorot binar. Taehyung sepertinya masih belum tahu dengan siapa ia akan berhadapan mulai hari ke depan.

Tak banyak yang bisa diperbincangkan lagi antara Jungkook dan Taehyung. Dan sekarang Taehyung lebih memilih untuk menunduk sembari mengulum jemarinya di dalam kaosnya. Perjalanan terasa lebih lama jika hanya ada suasana canggung seperti sekarang ini.

Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba Jungkook menghela nafas kasar nan gusarnya, lalu menghentikan mobilnya. Jungkook ke luar lebih dulu, dan tak lama setelah itu, ia membukakan pintu untuk Taehyung dan menyeretnya ke luar dengan sangat kasar.

Taehyung yang tidak tahu menahu hanya bisa mengikuti interuksi dari Jungkook tanpa melakukan perlawanan. Hanya ada rasa takut yang mendominasi diri Taehyung saat ini. Jalanan ini besar, tapi sepi. Dan sejauh mata Taehyung memandang, tak ada satu kendaraan pun yang melintas. Hanya ada mobil pamannya satu-satunya yang ada di sana.

Perjalanan untuk sampai pada rumah besar nan mewah milik keluarga Jeon tentu masihlah jauh. Karena ternyata Jungkook mengambil rute perjalanan lain. Jungkook dengan rencana jahatnya. Dan Taehyung dibuat takut olehnya.

"Uncle, ada apa ini? Kenapa uncle Akhhh~"

.
.
.

Tbc.

Circle loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang