Chapter~7
-Pulang ke rumah-Setelah mereka sampai di kediaman rumah Jeon, hanya ada para pelayan dan juga dokter yang menyambut kedatangan Taehyung. Dan begitu Taehyung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, Taehyung merasakan jika tubuhnya melayang. Beruntung reflek Chanyeol sangat cepat, sehingga ia bisa langsung menangkap tubuh Taehyung yang mulai oleng dan hampir jatuh. Tubuh yang pada akhirnya benar-benar tak berdaya.
Pemandangan pertama dan terakhir yang Taehyung tangkap sebelum dirinya pingsan adalah ketika Taehyung berada di ruang tamu yang bagi Taehyung itu lebih dari kata mewah. Seumur usia Taehyung, ia selalu tinggal di asrama, jadi begitu ia memasuki halaman rumahnya, yang ia bayangkan adalah gedung mewah sekolahnya dulu. Ini sangat tak pantas disebut rumah.
Taehyung sama sekali tidak tahu bahwa dirinya adalah keturunan dari orang yang mempunyai kekayaan di luar nalar. Bahkan rumah mewah yang Taehyung tempati saat ini hanyalah serpihan dari kekayaan yang ditinggalkan oleh kakek, neneknya. Pamannya, Jeon Jungkook mengurus dengan baik perkembangan bisnis ke dua orang tuanya. Bahkan ketika sang kakak tidak dapat membantunya sama sekali karena penyakit depresinya, Jungkook tetap stabil menjalani semua kehidupannya.
"Kenapa kamar mereka bersebelahan?" Jimin memicingkan matanya pada Yoongi yang baru saja ke luar dari kamar Taehyung. Yoongi baru saja melakukan pemeriksaan dasar seperti mengukur tekanan darah dan memeriksa detak jantung juga nadi Taehyung. Dan semuanya normal. Sekarang yang menjadi harapan Yoongi hanyalah satu ... semoga Taehyung tidak terbangun dengan perasaan trauma. Oh ayolah ... Yoongi belum siap menambah satu pasien dalam waktu dekat ini meskipun gaji yang Yoongi terima dari kakek Jungkook jauh di atas rata-rata.
Dan pria bermarga Min itu mengacuhkan pertanyaan dari Jimin begitu saja. Melanjutkan langkahnya seolah suara Jimin hanyalah suara kentut.
"Aku bertanya padamu dokter Min!" Suara Jimin melengking di tengah Mingyu, Chan dan Hosoek yang juga baru ke luar dari kamar Jungkook. Masing-masing dari mereka bertiga hanya bisa mengehembuskan nafas jengah. Lagi-lagi mereka bertengkar.
Setelah mengantarkan Taehyung ke dalam kamar, Chanyeol langsung menuju kamar Jungkook. Pria yang biasa dipanggil Chan oleh rekannya itu bukan ke sana karena cemas. Tapi Chan begitu sudah tidak sabar ingin mengejek Jungkook, bahkan ketika Jungkook belum siuman. Mendadak Chan seperti anak berusia 7 tahun sesaat lalu yang terus menujulurkan lidahnya dan mengacungkan jari tengahnya, mengejek lawannya yang tumbang tak berdaya karena ulahnya. Melawan orang pintar seperti Jungkook itu harus menggunakan cara yang licik.
"Kupikir setelah mereka putus, maka semuanya akan berakhir... ternyata masih berlanjut hingga ber bab-bab pertengkaran mereka." Mingyu berdecak lalu pergi, menyusul langkah Yoongi, meninggalkan Chan dan Hosoek yang terlihat serempak menggeleng-gelengkan kapalanya.
"Itulah kenapa dilarang ada skinship di tempat kerja." Kali ini Chan melotot tidak terima, ia merasa ikut tersendir di sini.
"Jomblo tau apa?!" Balasnya, dengan nada yang datar, tapi cukup untuk mengubah raut wajah Hoseok menjadi kesal.
Merasa diabaikan, bahkan ketika suara teriakan Jimin sudah bisa didengar sampai ke bodyguard yang menjaga pintu gerbang, Jimin tentu tak mau diam begitu saja. Jimin berniat mengejar langkah Yoongi, namun lebih dulu digagalkan oleh Chan. Chan menyentak lengan Jimin dan mencengkramnya dengan erat. Adu pandang pun tak terelakkan. Aura baku hantam begitu kontras di wajah Jimin dan Chan saat ini.
"Kumohon berhentilah ... pekerjaan kita tidak akan mudah lagi setelah ini."
Jimin dan Chan serempak menatap Hoseok. Wajah lelah dengan gurat pasrah itu tercetak jelas di wajah seorang dokter yang memiliki perilaku dan tutur yang hangat. Berbeda dengan dokter yang satunya. Dokter terdingin yang pernah ada. Seolah Yoongi dilahirkan dari gunung es.
.
.
.Jungkook bangun setelah satu jam terlewat. Antara tidur atau pingsan karena efek bius, Jungkook sudah tak perduli akan hal itu lagi. Ia sudah lebih dari kata sering dilumpuhkan dengan obat bius, seolah ia adalah binatang buas yang berbahaya. Setiap kali Jungkook bangun, Jungkook selalu mendapati kondisinya yang sedikit membaik. Jungkook merasa lebih segar. Seakan seperempat dari bebannya sudah terangkat. Dan ternyata senja yang cantik telah datang menyambut malam yang kelam.
Helaan nafas terdengar tak lama setelah terdengar bunyi derit dari pintu yang terbuka. Hoseok menatap lega pada Jungkook yang kini sedang terduduk di tepi ranjang. Sesaat pandangan mereka pun bertemu. Dan Hoseok dapat melihat pancaran kehidupan dari mata Jungkook.
"Apa dia baik-baik saja?"
Pertanyaan itu bukankah terdengar begitu sangat bangsat? Tanpa dijelaskan secara rinci, Hoseok pun juga tau, siapa yang sedang ditanyakan oleh Jungkook. Meski pertanyaan Jungkook terdengar keterlaluan, Hoseok dapat memakluminya. Jungkook masih dalam pengaruh obat bius, dan obat biusnya sudah dicampur dengan obat penenang. Sebab Itulah Jungkook selalu terbangun dalam keadaanya pikiran yang fresh setiap kali usai dilumpuhkan oleh Chan.
Hoseok meraih tangan Jungkook, dan mengecek denyut nadinya. Kondisi Jungkook sangat baik setelah ia terbangun dari tidurnya selama 3 jam.
"Apa kau mendapatkan tidur yang cukup?" Jungkook mengangguk dan tersenyum, menatap Hoseok yang berdiri di hadapannya. Hoseok pun membalas senyum sembari memproses otaknya. 'Sial! Bajingan itu mau mencoba lari dari tanggung jawab tampaknya'
Hoseok tau siapa sosok yang sedang mengobrol dengannya saat ini. Dia bukan Jungkook, melainkan alter egonya yaitu Juna. Juna akan selalu muncul setiap kali Jungkook usai membuat masalah. Seolah Juna adalah pelindung dan pembela Jungkook. Juna akan muncul dan menyelesaikan masalah dengan caranya. Dan di lain hari Jungkook akan mengulang kesalahan yang sama seolah ia belum pernah melakukan kesalahan itu.
Dan orang yang menjadi bahan perbincangan antara dokter dan pasien itu, sampai sekarang ia masih belum sadarkan dirinya.
Yoongi selalu bersiap di sana, kebetulan kondisi Seokjin setelah meminum obatnya tadi pagi terlihat membaik. Setidaknya selama tidak ada yang memicu pikiran Seokjin, maka lelaki cantik itu akan baik-baik saja. Diam tenang di dalam kamarnya. Dengan begitu Yoongi bisa memanfaatkan waktunya untuk memantau kondisi Taehyung. Seorang pemuda dengan polos dan lugu itu kini tertidur pulas.
"Dia mirip dengan ibunya kan?" Setelah mengucapkan hal itu hawa dingin tiba-tiba merayap di seluruh pori-pori Mingyu. Apanya yang salah? Kenapa tatapan Yoongi seperti ribuan jarum yang menancap di kepala Mingyu saat ini.
"Maksudku wajahnya... Dia cantik seperti nyonya Seokjin." Mingyu mencoba meralat ucapannya, yang barangkali mungkin memang dirinya salah. Namun meski begitu tetap saja, si manusia es ini semakin membuat Mingyu tertekan berada di sebelahnya.
"Sepertinya dia tidak akan bangun dalam jam-jam ini... Mungkin tengah malam nanti. Berjagalah jangan sampai Jungkook melakukan hal buruk lagi padanya."
Mingyu mengangguk patuh. Sekarang pekerjaannya double. Selain menjaga tuan muda yang suka hilang kontrol, sekarang Mingyu juga harus menjaga putera dari nyonya nya yang suka buat jantungan. Yang tiba-tiba berteriak marah dan merancau.
"Huff ... bukankah rumah ini lebih pantas jika disebut rumah sakit jiwa." Kali ini Mingyu berharap ia tak salah lagi berucap. Agar dirinya tak perlu lagi meralat ucapannya, karena Mingyu sudah tak menemukan kalimat lain lagi yang lebih cocok. Namun melihat Yoongi yang tersenyum, Mingyu yakin jika yang ia ucapkan tadi tidak salah.
Setelah memastikan kondisi Taehyung, Yoongi dan Mingyu berniat ke luar. Waktunya makan malam. Yoongi dan Mingyu sudah tidak sabar lagi untuk segera menyantap hidangan yang dimasak oleh kepala pelayan di rumah ini. Madam Backy. Kekasih rahasianya Chan.
.
.Tbc.
Part free done
Pdf bisa di po dengan harga 35k atau di bundle dengan 2 pdf lainnya agar mendapatkan harga yang murah yaitu 65k dapat 3 pdf selama masa po
Minat order chat ke nomor 085713568681