10.

41 2 0
                                    

#revisi

Pukul 16.30

Mereka sampai di salah satu pantai terindah yang menyajikan hamparan pasir putih, juga jernihnya air dan suara deburan ombak yang tenang.

Elvara terpaku saat ini setelah melihat pemandangan di depannya. Bara yang sudah memindahkan Panca ke kursi roda, langsung membawanya ke sebelah Elvara, lalu pamit untuk duduk di salah satu bangku yang tidak jauh dari tuannya itu.

Panca menggenggam tangan Elvara.

"Heii, ayo kesana,"ucap Panca yang membuat Elvara tersadar dari lamunannya.

"K-kak? Ini cantik banget,"ucap Elvara sambil menatap Panca dengan mata yang berkaca-kaca. Tanpa aba-aba, Elvara berlutut dan langsung memeluk Panca lalu menangis bahagia di dekapan Panca.

"Hikss makasih kak, a-aku ga nyangka bakal bisa ngerasain sebahagia ini, hikss,"

Panca dengan tenang membalas pelukan Elvara, lalu mengusap punggung istrinya itu

"Sama-sama El, udah nangisnya ya, kita kesana, ayo," Elvara melepaskan pelukannya, dengan sigap, Panca mengecup kedua mata Elvara, lalu menghapus sisa air mata yang masih ada di wajah Elvara dengan ibu jarinya.

Elvara mengangguk, lalu membawa kursi roda Panca melewati jalan setapak yang menuju ke pinggiran pantai.

Angin pantai yang menerpa wajah Elvara, membuat Elvara terasa tenang. Apalagi Elvara dapat lihat kalau matahari akan tenggelam. Membuat awan berubah warna menjadi sangat cantik.

Mereka sampai di penghujung jalan setapak. Disitu terdapat kursi panjang yang menghadap ke arah pantai dan matahari yang akan tenggelam itu. Elvara membantu Panca untuk duduk di kursi tersebut, lalu Elvara duduk di samping Panca. Elvara menyenderkan kepalanya ke pundak Panca, sedangkan Panca mengusap kepala Elvara.

"Kak, ini cantik banget pemandangannya,"

"Kamu suka El?,"

"Bangetttt! Aku suka kak, makasih ya,"

Panca berdehem sebagai jawaban.

"Wish list kamu yang belum terwujud apa lagi El?,"

"Udah cukup kakkk,"

"Bener?,"

"Iya,"

Elvara memejamkan matanya saat angin pantai berhembus membawa wangi tubuh Panca masuk ke dalam penciuman Elvara. Wangi yang seakan-akan sudah menjadi candu untuk Elvara.

"Kak, aku mau bilang sesuatu,"

"Apa?,"

"Aku nerima kakak sebagi suami aku, bukan kakak aku lagi. Dan aku akan melayani kakak sesuai dengan tugas aku sebagai istri. Aku janji akan selalu ada buat kakak, dan sekarang, aku manggil kakak dengan sebutan, mas?,"jelas Elvara sambil menatap wajah Panca yang juga menatapnya itu. Elvara dapat melihat wajah Panca yang terkejut setelah mendengar penuturan Elvara.

"S-sayang? Kamu manggil kakak apa tadi?,"

"Mas, mas Panca,"jawab Elvara sambil menunjukkan senyumnya. Panca langsung membawa Elvara kedalam dekapannya, dan senyum lebar ia tunjukkan di wajahnya.

"Makasih sayang, udah nerima aku buat jadi suami kamu, sekaligus pacar kamu,"

"Sama-sama mas,"

Elvara melepaskan dekapannya, lalu memandang wajah tampan Panca. Panca membawa Elvara ke pangkuannya. Elvara melingkarkan tangannya di leher Panca. Sedangkan tangan Panca berada di pinggang ramping Elvara.

"Aku bahagia jadi istri mas,"

"Aku juga sama El. Kita mulai semuanya dari awal ya," Elvara mengangguk.

Perfect Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang