Aku mengeratkan jaket dan syalku karena angin berhembus cukup kencang. Padahal baru memasuki bulan September, saat ini daun mulai berguguran tetapi hawa dingin sudah menyerang dengan ganas.
"Semoga tidak sampai masuk angin." ucapku lirih sambil nenggosok kedua tanganku.
Segera kulangkahkan kakiku menuju minimarket bertuliskan "GS25" untuk sekedar membeli minuman hangat. Perjalanan menuju kampus masih cukup jauh, tidak ada salahnya menghangatkan diri sebentar. Aku memilih segelas coklat panas dan sebungkus marshmallow kemudian membayarnya di kasir. Kuseduh minumanku dengan air panas yang tersedia dan memasukkan marshmallow tadi ke dalam coklat panasku.
Kulihat jam tanganku yang menunjukkan pukul dua, "Sepertinya masih sempat."
Kuhabiskan terlebih dahulu minuman yang berada di tanganku, menyesapnya perlahan sambil memandang jalanan dari jendela minimarket.
Terlihat ramai lalu lalang orang, ada yang sendirian, berpasangan maupun bergerombol.Aku keluar dari minimarket dan berjalan ke halte bus terdekat untuk pergi menuju kampus, Universitas Nasional Seoul. Ada beberapa dokumen kelulusan yang harus aku urus. Tak lama bus yang kunanti tiba dan aku segera naik. Di dalam bus tidak terlalu ramai, aku segera duduk di kursi kosong yang tersedia. Kulihat diluar jendela bus, pemandangan dedaunan yang menguning dan berguguran. Kulihat beberapa penumpang lain yang sibuk sendiri dengan ponsel mereka. Tak lama kemudian aku sampai di kampus.
Aku pergi menuju kantor administrasi yang ada di gedung utama. "Permisi, aku ingin mengambil dokumen kelulusan atas nama Kim Sunoo." ucapku pada seorang wanita berkacamata yang berjaga di depan. Wanita itu mengangguk dan masuk ke dalam ruangan sedangkan aku menunggu sambil berdiri. Beberapa menit kemudian wanita itu kembali dengan membawa beberapa kertas dan diserahkan padaku. Aku memeriksa sebentar berkas itu yang betul tertera jelas namaku.
"Terimakasih." kataku sopan dan menunduk. Kemudian aku pergi dan segera menyelesaikan urusanku. Tak ingin berlama-lama di kampus. Setelah ini aku akan terbebas dari kehidupan perkuliahan yang cukup menyiksa. Namun aku harus siap menghadapi dunia kerja yang mungkin lebih kejam.
Semua urusanku selesai tepat pukul delapan, langit terlihat gelap diluar sana. Angin berhembus cukup kencang dan aku kembali mengeratkan jaket dan syal. Perutku berbunyi cukup keras menandakan sudah saatnya untuk makan malam. Malas rasanya memasak di apartemen, aku lebih memilih mampir ke sebuah pocha (warung tenda) pinggir jalan yang ada di dekat kampus.
Untungnya tidak terlalu banyak pembeli dan masih ada beberapa meja kursi yang kosong. Aku duduk dan memanggil bibi penjual, memesan satu porsi tteokbokki pedas, satu eomuk panas dan tiga botol soju. Kuhabiskan pesananku tanpa terburu-buru sambil mendengar obrolan dari meja kursi lain yang cukup berisik. Ada yang mengeluh tentang kuliah, pekerjaan maupun percintaan. Aku hanya ikut tersenyum mendengar cerita orang-orang tersebut.
Pukul sepuluh aku keluar dari pocha dan berjalan menuju zebracross. Jalanan masih cukup ramai karena aku mengantri bersama cukup banyak orang. Halte bus yang ingin aku tuju berada di sisi seberang. Lampu pejalan kaki masih berkedip berwarna merah, beberapa detik lagi menuju hijau. Aku menatap jalanan tepatnya pada zebracross, dimana cukup ramai mobil yang lalu lalang .
Lalu terlihat di zebracross seekor rubah kecil berwarna oranye degan corak putih di leher dan setengah moncongnya, telinganya memiliki warna hitam di ujung luar dan putih di bagian dalam. Aku mengusap mataku secara perlahan, mencoba memastikan penglihatanku yang bisa jadi terpengaruh oleh alkohol. "Tapi aku kan tidak mudah mabuk," gumamku yakin.
Rubah itu masih terlihat jelas oleh kedua mataku. Dia berdiri di tengah zebracross dengan mobil yang masih lalu lalang. Aku menoleh ke kanan dan kiri, mengamati orang-orang yang juga sedang menatap zebracross. Mereka seperti tidak merasa terganggu dengan keberadaan seekor rubah yang asing. Seperti tidak ada orang selain aku yang melihatnya.
Aku bergidik, kembali fokus menatap rubah kecil itu. Tiba-tiba saja muncul perasaan khawatir bagaimana jika rubah itu tertabrak oleh mobil. Entah datang dorongan dari mana, aku merangsek maju tanpa tahu bahwa lampu masih berwarna merah dan terdengar teriakan orang-orang yang memanggil. Aku berlari dan berhasil menangkap rubah kecil itu dalam dekapanku.
Dari arah sebelah kanan aku menangkap cahaya menyilaukan yang membutakan mataku dan suara klakson nyaring terus berbunyi. Tubuhku seakan mati rasa dan tidak dapat berdiri, kupeluk erat rubah kecil itu sambil memejamkan mata.
"Aaahhh..... Apakah ini akhir hidupku?" desahku lirih dan pasrah.
Aku merasakan hantaman keras pada tubuhku dan kesadaranku mulai menghilang. Terdengar samar suara orang-orang yang berkerumun, dan suara lolongan hewan yang aku tidak tahu dari mana asalnya. Hanya kegelapan yang kurasakan. Keheningan perlahan datang menghampiri dan sekitarku menjadi sunyi. Mungkin memang inilah akhir hidupku, sebagai Kim Sunoo yang berumur dua puluh dua tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED RIDING HOOD | SunSun AU
FantasyKim Sunoo yang tak sengaja menyelamatkan seekor rubah kecil membuatnya terlempar ke dunia cerita dongeng klasik, "Red Riding Hood". Bertemu dengan banyak tokoh asing yang dia anggap tidak nyata, namun nyata adanya. Dunia yang dia kira tahu ceritanya...