PART 1_BERTEMU TAKDIR[2/2]

595 51 3
                                        

"Friska kau dengar aku?"ujar Bintang sambil menekan-nekan tangan Friska.

Bintang sangat marah sekarang. mengapa ada wanita sepertia dia? Tadi saat Bintang diam, Friska sibuk mengoceh yang membuat telinganya sakit, sekarang saja saat ia membalas obrolannya wanita itu malah terlelap seperti tak ada salah sedikutpun. Bintang merasa menyesal membalas obrolan wanita itu, tapi ia merasa takdir mereka sama yaitu sama-sama kehilangan orang yang dicintai. Entah kenapa saat Bintang menatap wajah Friska yang sedang terlelap, hatinya merasa tenang bahkan ada desiran aneh yang hinggap.

'Apa? Desiran aneh? Tidak-tidak! Apa-apaan! Aku pasti sudah sinting!' seakan tersadar akan sesuatu hal yang salah-menurutnya- Bintang langsung membuang wajahnya kearah lain dan mulai menekuni kembali gadgetnya. Apa pedulinya kepada Friska? Wanita itu juga dengan seenaknya terlelap. Biarkan saja dia!

***

Friska POV

Aku telah tiba di Bali, tapi mengapa aku tak lihat pria itu yaa? Friska, kenapa kau peduli padanya? yang terpenting sekarang adalah aku harus ke Hotel keluarga. Hotel keluarga adalah Hotel milik keluarga mama dan sekarang aku memegang card membernya. Akupun segera menyetop taxi dan menuju ke Hotel.

Akhirnya aku sampai di hotel, segera saja aku ke salah satu kamar yang memang milikku. Hotel milik keluarga mama ini sangat menguntungkan, dengan card member tanpa mengambil kunci di resepsionisnya aku juga bisa membuka pintu kamar yang didepanku ini. Tanpa menunggu lama, akupun menggesekkan kartu tanda pengenal-untuk membuka pintu kamar hotel-ketempat khusus. Bunyi 'tingg' terdengar dan aku langsung membuka pintu dan menaruh koperku. Kemudian langsung saja kuhempaskan tubuh yang sudah lelah.

"ah nyamannya"gumamku sambil berpikir akan kemana hari ini aku pergi sebagai tujuan wisata.

"ke pantai sepertinya bukan masalah, lagipula pantai di balikan sangat indah"

Sebelum ke pantai aku memustuskan untuk tidur sekitar 30 menit saja. Tanpa aba-aba mataku tertutup dan dilanjut dengan mimpi indah. Tapi mimpi indahku menjadi rusak akibat HP ku yang berbunyi.

"ya?"

"Friska, ini papa. Papa ingin kamu pergi ke acara party perusahaan papa malam ini"

"tapi-"

"tak ada tapi-tapian sayang. Kali ini saja turuti apa kata papa. Papa janji ini untuk terakhir kalinya"potong papa

"baiklah"

Langsung saja aku memutus sambungan telepon. Aku benci pada papa dan mama. Air mataku tak bisa kubendung lagi. Suara papa tadi mengingatkan ku saat papa memarahi mama. Aku benci suara itu. Suara itu mengingatku saat papa membentak mama, saat papa ketahuan berselingkuh. Saat itu aku hanya bisa berdiri sambil mengintip dibalik kamar. Aku benci papa yang suka memarahi mama dan aku membenci mama yang diam saja dibentak-bentak. saat itu aku hanyalah bocah berumur 6 tahun yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi bagaimanapun juga aku tetap anak mereka. Di dalam tubuhku mengalir darah mereka. Dan walaupun aku sangat membenci mereka, aku juga masih suka sering kangen kepada mereka. Aku jadi ingat dengan mama, sudah lama sekali aku tak mengunjungi pusaran mama apalagi aku sedang berada di Bali. Kuputuskan lusa aku akan mengunjungi mama.

Rencana untuk kepantai tadi kubatalkan, moodku buruk akibat mendengar suara papa. Siang ini akan kuhabiskan dengan tidur mengingat nanti malam aku harus pergi ke party perusahaan papa.

***

AUTHOR POV

Malam ini Gedung perusahaan papa Friska dipenuhi dengan kolega-kolega bisnis papanya. Friska dengan malas pergi ke acara ini dan sekarang ia duduk disalah satu kursi VVIP dan meminum sedikit wine yang ada ditangannya. Mulai sekarang ia harus mencari kerja, tak mungkin bukan ia hanya berlibur dan berlibur. Bagi Friska menjadi karyawan magang pun tak apa. Friska bosan dengan hidupnya sekarang bahkan sejak kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan itu. Apakah di Bali ada jasa mencari jodoh? Mungkin ia akan langsung mendaftar. Friska hanya duduk dan meminum lagi dan lagi wine yang ada ditangannya. Ia berharap acara ini akan berakhir secepatnya.

Seorang pria tampan memakai tuksedo tampak sedang mencari tempat duduk yang nyaman. Bintang menghadiri acara perusahaan ini agar dapat menjalin persahabatan dengan perusahaannya-yang akan sangat menguntugkan baginya dan juga perusahaannya-Ia menemukan tempat duduk yang kosong yang berada dipojok ruangan. Ketika Bintang ingin duduk, ia melihat seorang wanita yang berjalan kearah tujuan yang sama dengannya-pojok ruangan-

'Tunggu? Bukankah itu Friska? Ngapain dia di tempat seperti ini?' tanyanya heran dalam hati, lalu Bintang berjalan menghampiri Friska dan menyapanya, ingin berbasa-basi.

"kau? Kau lagi? Bagaimana bisa kau ada disini hah?!"

"seharusnya aku yang bertanya! Jadi-" ada jeda dalam pertanyaan yang ingin disampaikan oleh Bintang, tetapi seakan mengerti kearah mana pertanyaan Bintang. Friska langsung menjawab, mungkin karena efek wine yang di minumnya tadi, Friska dengan terbukanya menjawab.

"ayahku pemilik perusahaan ini"ujar Friska dengan santai.

"Oh.," Apa yang dia katakan? Hanya 'oh' heh?!

"aku ingin acara ini cepat selesai" ujar Friska sambil menundukkan kepalanya.

Benar kata orang efek wine itu bisa mengurangi kesadaran peminumnya. Terbukti dengan Friska-sekarang-yang berterus terang akan perasaanya. Friska merupakan wanita yang tegar dan tidak gampang dalam membuka hal-hal yang pribadi. Terakhir kali dia bisa terbuka pada orang adalah dengan Reza.

Seakan tahu permasalahan yang dialami Friska, Bintang dengan berbaik hati mengajaknya keluar gedung pesta. Benar kata orang, segala hal yang berhubungan dengan senasib itu akan membuat kita lebih mengetahui bagaimana perasaan teman senasib kita.

"aku juga begitu, ayo!" Ujar bintang sambil mengenggam tangan Friska dan membawanya keluar dari gedung ini.

Lain halnya dengan Bintang, Friska terasa tersentak akibat kulit Bintang yang dingin menyentuh kulit tangannya yang hangat. Sesampainya di taman belakang, Friska merasa senang bisa terlepas dari hiruk pikuk orang didalam gedung tadi. Angin malam yang berhembus menerpa kulit friska, sedikit membuatnya mengigil karena baju yang dikenakannya berlengan terbuka. Tapi ini lebih baik dari apapun, Friska dapat merasakan kedamaian dalam jiwanya. Angin yang berhembus datang kembali menerpa wajah Friska dan itu membuat rambut yang digerai bebas di punggungnya berterbangan. Melihat itu Bintang terpesona. Yang ada di dalam pikirannya adalah kata 'cantik, cantik dan cantik'. Bintang mengerjapkan matanya dan mulai mengubah arah fokus kearah lain yang penting jangan kearah Friska. Entah mengapa dengan melihat Friska yang tampak begitu rapuh, sangat beda dengan Friska yang dikenalnya membuat Bintang merasa ada gejolak dihatinya dan ia ingin berkeluh kesah kepada wanita disampingnya ini.

"Friska?" tegur Bintang

"ya Bintang?"

"bisakah kita memulainya dari awal?" raut wajah Bintang berubah menjadi dingin dan matanya tersirat kesedihan yang mendalam[]

Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang