Berburu

28 5 0
                                    

Bulan ramadhan selalu dinantikan oleh seluruh umat muslim yang ada di muka bumi. Selain dikarenakan kewajiban beribadah puasa bagi yang sanggup, pedagang pedang takjil mulai menjamur sejak hari puasa pertama.

Berbagai macam jenis mulai dari yang asin hingga yang manis. Yang dibakar, digoreng, direbus, dikukus, diulek, ditumis, semua ada!

Yang segar-segar juga banyak ragamnya. Sampai-sampai, ada beberapa umat muslim yang lapar mata dan membeli secara berlebihan.

Jangan ditiru ya! Ga baik. Jadinya mubazir! Padahal bisa jadi makanan atau minuman yang dibuang itu terdapat keberkahan di dalamnya.

Ngomong-ngomong soal pedagang takjil. Tahun ini omset pendapatan mereka melebihi dari tahun tahun sebelumnya. Selain dikarenakan tidak ada lagi PSBB karena covid-19 udah pulang kampung, pembeli yang datang bukannya hanya dari kaum muslim saja! Kaum non muslim juga turut andil membeli takjil dikarenakan ingin ikut merasakan euforia berbelanja jajanan yang beranekaragam. Tak ayal kalau pedagang takjil semakin banyak dikarenakan tergiur dengan jumlah pemasukan yang melebihi modal.

Contoh umat non muslim yang ikut berburu takjil adalah ke-empat gadis ini. Konishi, Rio, Rika dan Tamaki.

3 di antaranya beragama Katolik, sedangkan Tamaki sendiri adalah seorang chindo yang beragama kristen protestan. Meskipun begitu, jalinan pertemanan yang sudah terbentuk sejak mereka berada di taman kanak kanak yang sama ini, belum luntur hingga sekarang.

Berada di antara kerumunan yang mayoritas kaum muslim, tidak membuat ke-empat nya gentar. Mereka malah sengaja datang berbelanja di jam jam awal. Bahkan ketika para pedagang sedang menata makanan di meja tempat mereka berjualan.

Sembari menunggu, tentu mereka mendapat tatapan aneh dari pedagang. Tapi hal itu tidak menyurutkan rencana mereka untuk berbelanja.

Lapek bugis, lupis, ketan durian, sala lauk, pastel, mie goreng aceh, nasi goreng petai, lotek, es cendol, es lumut, sop buah, perkedel jagung, onde-onde, risol, semua itu berhasil mereka dapatkan berkat kegigihan mengantri dan melawan gengsi.

Next, mereka mau beli buah semangka sebagai penutup.

Kenapa semangka?

Selain bisa dimakan langsung buahnya, semangka jadi makin seger kalau disimpan ke dalam kulkas dan bisa dijadikan tambahan kalau bikin es sirup pakai sirup marjan coco pandan dan ditambah susu kental manis.

Berhubung mereka berempat udah menenteng belanjaan cukup banyak. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke motor masing-masing yang diparkir di halaman kosong.

Buat apa?

Biar bebas parkir lah!

Tukang parkir kalau di bulan ramadhan ini secara ghaib jumlahnya bisa bertambah dan kadang bikin resah warga.

Misal nih, kita bawa motor dan belanja beli kerupuk jengkol. Selesai belanja, pasti dimintai uang parkir. Terus kita pindah ke tempat yang dagang roti jala. Selesai belanja pasti dimintai uang parkir lagi. Padahal itu jaraknya cuma beda dua tempat dagang aja, dan tukang parkirnya biasanya lagi keliling nyari mangsa lain. BUKAN JAGAIN MOTOR KITA!

Balik ke empat gadis non muslim yang ternyata kena sindrom 'lapar mata ketika lihat takjil', mereka udah menaruh belanjaan ke masing-masing motor. Kecuali Rio karena dia nebeng ke Konishi.

"Eh, daripada kita pergi rame-rame, gimana kalau satu orang aja yang pergi beli semangka?" Usul Konishi.

"Hooo, ide bagus tuh! Siapa yaaa~" Rika malah melirik Tamaki.

"Maksud kau apa?" Tanya Tamaki yang udah tau, maksud dari lirikan matanya Rika.

"Yaaa. Kau kan orang pasar. Pasti lebih paham mana semangka yang manis, mana semangka yang kebanyakan air. Mana semangka yang merah, mana semangka yang kuning" jelas Rika.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sakamichi Ramadhan (lagi) REMAKE!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang