Rainbow City [TERJEMAHAN] ✔

(Epilog) 20

Kwak Su-hwan sadar seminggu setelah Choi Ho-eon meninggal.

Namun, Kwak Soo-hwan yang terbangun bukan lagi Kwak Soo-hwan yang mereka kenal. Tanganku gemetar bahkan ketika aku diam, dan aku kesulitan menelan makanan yang diberikan seseorang kepadaku. Bahkan saat aku mengangkat topik Seokhwa, tidak ada reaksi. Semua orang mengira Kwak Soo-hwan menjadi idiot karena luka tembak yang berlebihan.

Yang Sang-hoon meminta maaf kepada Kwak Soo-hwan, mengatakan bahwa dia tidak dapat membantu Seok-hwa dengan baik, tetapi tidak peduli apa kata orang, dia selalu tampak seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.

Dia masih tidak bisa menelan buburnya, sehingga bubur itu menetes ke dagunya, dan otot-otot di tubuhnya yang tidak bergerak semakin memburuk dan mengering. Orang tua Rusia itu tinggal di Kota Pelangi dan mengerjakan vaksin serta membangun kembali lembaga penelitian yang terbakar, tetapi dia mendecakkan lidahnya setiap kali melihat Kwak Soo-hwan. Dia menumpahkan begitu banyak darah sehingga orang normal sudah mati. Kwak Soo-hwan dibawa masuk dengan jantungnya berhenti, dan setelah staf medis berjuang selama satu jam, jantungnya mulai berdetak, meski sedikit.

Saat jantungnya mulai berdetak kembali, darah yang tersisa di tubuh Kwak Su-hwan bahkan tidak sebanyak anak berusia lima tahun. Orang tua itu berkata mungkin ada yang salah dengan otaknya karena kurangnya aliran darah. Itu sebabnya aku menjadi idiot.

Kaisar Penguin Lee Hee-chan menguasai Kota, tetapi tidak meninggalkan Kwak Soo-hwan, yang telah menjadi idiot. Kwak Su-hwan diberi pangkat letnan jenderal, dan dia mengumumkan kepada keluarga lain bahwa Dr. Seok-hwa telah meninggal. Sungguh ironis. Dokter yang mengembangkan vaksin dan membebaskan manusia dari Adam tidak menerima imbalan apa pun.

Sebulan kemudian, ketika bulan kedua berlalu, tangan Kwak Su-hwan berhenti gemetar. Sejak saat itu, dia mulai menggerakkan tubuhnya secara perlahan. Saya makan sendirian, keluar dari tempat penampungan, berjalan, dan ketika suatu hari tiba, saya berlari.

Suatu hari, saya memasuki ruang pelatihan di pagi hari untuk berolahraga dan membangunkan otot-otot saya yang berhenti berkembang. Namun, tidak peduli siapa yang berbicara dengannya, dia tetap tidak menanggapi. Seperti robot yang hanya fokus untuk kembali bugar dan menjadi sehat, ia tidak bergeming dari rangsangan eksternal apa pun.

Saat itu bulan kelima.

Meski waktu makan pagi telah berlalu, Kwak Su-hwan sudah tidak terlihat. Yang Sang-hoon, yang merawatnya, pergi ke ruang pelatihan untuk memeriksa, tetapi di dalam sepi dan Kwak Soo-hwan tidak ada di sana ketika dia pergi ke restoran. Saat saya pergi ke kamar Kwak Soo-hwan, lemarinya setengah terbuka. Yang lebih parah lagi, seragam City yang disetrika rapi dan digantung pun hilang. Sepertinya dia membawa sesuatu, dan hanya bekas kosong yang tersisa di sana-sini di ransel dan mejanya.

Yang Sang-hoon terkejut dan berlari ke ruang kendali. Saya khawatir si idiot itu merencanakan sesuatu, jadi saya memeriksa semua kamera pengintai di sekitarnya.

Melihat ke luar pada kesunyian, sepertinya aku sudah keluar dari tempat ini cukup lama. Yang Sang-hoon dapat menemukan Kwak Soo-hwan hanya setelah memajukan waktu rekaman kamera.

Pagi-pagi sekali, seseorang sedang berjalan keluar dari tempat penampungan. Postur tubuh saya tegak, dan gaya berjalan saya mulus, seolah-olah saya yakin dengan arah yang saya tuju. Tempat yang dia tuju adalah tempat parkir dimana sebuah jip militer berada. Yang Sang-hoon melakukan kontak mata dengan Kwak Soo-hwan, yang sedang menatap kamera, dengan jeda waktu. Dia tersenyum secerah sebelumnya dan menatap kertas yang dia keluarkan dari sakunya. Kemudian, seolah-olah itu adalah harta yang sangat berharga, dia melipatnya kembali dengan rapi dan memasukkannya ke dalam seragamnya.

Dia dengan cepat melompati kawat berduri tempat perlindungan. Tak lama kemudian, hanya punggung seorang pria yang pergi dengan ransel di salah satu bahunya yang tersisa seperti bayangan.