Di tengah jalan Adiva berseru, "Ka, itu ada mall!"
Rafka yang sedang mengemudi menoleh. "Mana?"
"Ituu!" tunjuk Adiva pada jalur seberang. "Berhenti kesana!"
"Lo mau ganti sekarang?"
"Iya, emang mau kapan?" Adiva balik bertanya, "Kan udah janji," katanya mengingatkan.
"Bentar, gue nyari jalur muter," jawab Rafka, fokus. "Tapi kita udah telat, lo yakin?"
Adiva mengibaskan tangan. "Gak lama kok."
"Beneran?" dia bertanya lagi. Baginya, ada beberapa hal di dunia yang tidak dapat dipercaya.
Satu: "Otw!"
Dua: "Besok Jogging."
Tiga: "Senin gue ganti."
Empat:"Beneran, bentar doang kok."
"Oke, kalo lama bayar sendiri." Adiva mengacungkan jempol. Beberapa saat kemudian mereka masuk ke parkiran mall.
"Mana kartunya?" palak Adiva menyodorkan tangan.
Rafka menatap malas. Mengambil dompet dari kantung dan mengeluarkan sebuah debit. "Gak gratis loh," ledeknya melambaikan kartu.
"Yaa, mau apa?" tanya Adiva tak sabaran.
Rafka berpikir sejenak. "Sebagai temen yang rendah hati gue gak mau nyusahin. Cukup kirim nomor Fika, cewek kelas lo."
Adiva terbelalak. "Si jutek galak?"
Rafka mengangguk. "Oke juga tuh, galak-galak seksi. Ada sensasi gimana gitu."
Adiva menghardik, "Setres!"
"Mau gak?"
Dia tampak keberatan, enggan untuk setuju.
"Yaudah ...," Jedanya. "Sini buruan!"Rafka tersenyum penuh kemenangan. Memberikan kartunya pada Adiva. "Lima belas menit."
Dia melotot. "Bentar banget! Tambahin lah."
"Oh, sepuluh menit."
"Fine!" kasar, Adiva keluar dari mobil. "Dasar bab-"
"Lima."
"BAWEL!"
Buru-buru dia masuk ke dalam, meski sambil menggerutu. Tak henti Adiva mempercepat jalan, kejar waktu. Sementara Rafka keluar mobil, berjalan meninggalkan area parkir untuk merokok. Mengeluarkan Pod lalu menghirupnya.
---
Adiva masuk ke dalam H&M. Disambut ramah oleh pegawai.
"Mbak, aku mau cari gaun," katanya.
"Boleh, mau yang seperti apa Kak?" dia membawa Adiva melihat-lihat. Dan pilihannya jatuh pada one shoulder cut out dress berwarna hitam.
"Yang itu deh." Tunjuknya. Buru-buru Adiva ambil dan bayar. Pergi ke fitting room, dan ganti baju. Terkagum-kagum melihat pantulan dirinya depan kaca.
"Seksi banget." Dia tersenyum miring. Memandang puas bentuk tubuhnya, seperti jam pasir. Dada berisi, perut rata dengan pinggang yang sempit. Sangat cocok dengan dress yang ia kenakan.
Beres, dia keluar toko. Masuk ke Charles & Keith. Memilih High heels hitam sederhana lalu menggunakannya.
Riang, Adiva keluar dari Mall. Sudah secepat ini dan dia menghabiskan waktu tiga puluh menit, huh. "Kejam banget sih kalo sampe di suruh bayar sendiri," gumamnya, sedikit cemas. Dia berlari sembari memegang rambut yang telah di beri gaya Messy bun. Takut banget berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus Atau Terus? (On Going)
Novela JuvenilDeadiva Tarinka memendam perasaan selama lima tahun terhadap Rafka Dirja Putra. Hubungan persahabatan mereka diwarnai oleh buih-buih mesra. Adiva berharap mereka bisa menjadi sepasang kekasih. Namun ternyata masing-masing dari mereka menemui pasanga...