•••
Jennie menghembuskan nafas perlahan. Ia tidak pernah bisa memastikan apa Lisa kesal padanya atau tidak. Mimik wajah Lisa selalu tenang cenderung datar, bahkan saat ia menyunggingkan satu senyumnya—belum tentu ia baik-baik saja dengan sikap Jennie.
Kim Taehyung datang pagi ini. Pria itu mulai membuat Jennie bertanya-tanya perihal keberadaan Lalisa-nya sekarang. Jika ia tidak bersama Kim Taehyung, lalu kemana? Lalu dimana? bersama siapa? Melakukan apa? Pertanyaan demi pertanyaan itu selalu berhasil mengganggu Jennie, dan menjejali penuh kepalanya.
Kim Taehyung cenderung mudah dihadapi. Jennie tidak khawatir akan membuatnya marah, atau apakah suasana hatinya akan berubah buruk saat bersamanya atau tidak. Berbeda dengan Lisa, Kim Taehyung cenderung terlalu kentara dalam menggambarkan suasana hatinya. Pria ini sedang senang sekarang, simpul Jennie. Ia melulu menyunggingkan senyum, bahkan bersenandung. Apa Lisa membuatnya senang semalam? Jennie bertanya-tanya dalam hatinya.
Jennie menyukai seseorang yang mudah ditebak seperti Kim Taehyung, tapi tidak untuk mencintainya. Baginya, butuh seseorang yang pelik seperti Lisa untuk mengisi kesehariannya.
Lalisa mampu membuat Jennie lupa bahwa mereka tidak akan pernah bisa lebih. Segala bentuk perhatiannya bagaikan bom waktu yang bisa hilang kapan saja. Namun, selalu dikemas dengan menggiurkan. Gadis itu punya segudang pesona yang bahkan tidak ia sadari. Entah Lisa sadar atau tidak, Ia tak pernah sekalipun datang dengan tangan kosong saat menemui siapapun termasuk Jennie. Entah itu susu pisang, atau hanya sekedar permen jelly, ia selalu menjejali penuh isi tasnya. Seseorang selalu muncul dibenaknya ketika ia melihat sesuatu. Jika ia punya banyak botol susu pisang untuk Jennie, maka ia punya beberapa tangkai permen lolly untuk Rose, ia tak pernah melupakan siapapun bahkan Kim Taehyung, ia selalu punya dua cone ice cream ditangannya saat menemui pria itu.
Lisa cenderung jarang menolak apapun, apalagi permintaan putus asa dari seseorang seperti Jennie. Meski Jennie tak sadar bahwa ia lebih terkesan memaksa dibanding putus asa. Mereka tidak akan pernah menjadi kenyataan. Jennie hanya pura-pura tidak tahu itu. Sampai sekarang.
"Oppa, dimana Lisa?" Akhirnya setelah bergulat dengan dirinya sendiri, Jennie memutuskan untuk bertanya.
"Ya?" Kim Taehyung terdiam sejenak, terlihat kikuk oleh sebab keterkejutannya.
"Kenapa bertanya padaku?"Jennie mengulas satu senyum, "Hmm, iseng? Barangkali kau tahu," celetuk Jennie.
"Ia tidak pulang semalam," jelas Jennie."Kenapa? Kau berbuat kesalahan? Dia marah padamu?" tanya Taehyung.
"Lisa bilang begitu?" tanya Jennie, terlampau tiba-tiba sehingga membuat Taehyung cukup terkesiap.
Belum sempat Taehyung memilah alibi, pintu Asrama kedapatan dibuka. Lalisa muncul dari sana, lantas melenggangkan kaki memasuki Kamar.
"Hai," ujar Lalisa—pada Jennie yang sekarang balas melambaikan tangannya. Jennie tebak, Lalisa-nya tidak tidur semalam. Terlihat dari dua kantung matanya yang begitu kentara. Ia butuh tidur. Sekarang.
"Lisa jangan hiraukan kami, tidurlah sepertinya kau lelah, benar?" seru Jennie.
"Begitukah? Terlihat jelas ya?" tanya Lisa.
"Sangat," sela Taehyung, ia mengulas senyum. Tampak menjengkelkan dimata Jennie. Apa yang mereka lakukan semalam? Jennie terlalu banyak berfikir mengenai kemungkinan-kemungkinan tak menyenangkan mengenai mereka.
"Kami tidak akan berisik," tambah Taehyung, pada Lisa yang dibalas satu senyuman.
Benar apa yang dikatakan Jennie. Tidur. Lalisa butuh tidur. Ia langsung berbaring diranjang. Terlalu lelah untuk sekedar melepas kaus kaki dan berganti pakaian. Mandi? Ia sudah melakukannya.
YOU ARE READING
Wanna Play? {Jenlisa}
FanfictionAku sedang berada dititik terendah. Tiba-tiba aku berada dibagian sisi paling buruk dalam ingatan Lalisa. Aku punya kecenderungan pelik yang sulit berbagi. Entah itu berupa cerita, apalagi seseorang. Perihal aku menyukai Lisa itu mutlak. Selain itu...