Xtra

1.5K 208 80
                                    

Tidak seperti penyihir-penyihir lain, aku tak pandai meramu. Aku belum pernah meramu, dan aku mempelajari meramu namun gagal. Aku juga tak punya tongkat berpunuk kristal penyimpan mana untuk memudahkan aku sebagai praktisi sihir, aku masihlah seorang mantan jendral perang, makanya aku selalu berjaga dengan pedang selama aku pergi ke berbagai wilayah.

Aku menunduk pada kuali panas itu. Aku baru saja memperoleh pesanan dari istana. Katanya, Raja butuh elixir untuk racun kobra. Aku telah membaca sekitarnya dua atau tiga buku saku kiat-kiat menjadi penyihir hebat karangannya Qually, tapi reaksi alkimia yang kudapat tidak sesuai pada ketentuan meramu di dalam bukunya. Aku tak bertalenta sebagai alkemis. Aku bersumpah.

Tempurung kura-kura yang aku gunakan sebagai tungku malah gosong. Dan larutan kental hasil asimilasi di atasnya kini menguap pelan-pelan ke udara dan menghasilkan gelembung bau.

Kurang ajar! Padahal ini hari pertamaku di Grand Palace setelah aku bersenang-senang selama setahunan lebih di berbagai belahan bumi.

Tok tok tok

Pintuku diketuk. Mengherankan. Ini menara penyihir. Menara dengan ratusan anak tangga spiral di dekat kuburan Grand Palace. Menara ini tidak dedesain untuk menerima tamu. Aku mematikan api pada tungkunya, kemudian mengira-ngira siapa tamuku. Aku memutar kenop, dan menarik pintunya ke arah dalam.

"Taufan?" Aku menarik senyum culas. "Maksudku ..."

Aku menipiskan bibir, dan membungkuk sedikit, "Raja."

"Apakah kebakaran di atas cerobong asap menara ini tidak mengakibatkan kerusakan apa-apa?" Taufan melirik ke daerah belakang tubuhku.

Aku menggeleng, "tidak. Itu hanya ledakan sulfur kecil. Maaf. Bila ... aku menyebarkan bau belerang."

"Kamu mempelajari ramu-meramu, ya?" Taufan bertanya antusias.

"Ya. Karena perjanjianmu satu tahun lalu, Raja." Aku mengangkat bahu. "Kamu mempersilahkan aku istirahat selama setahunan lebih sedikit, dan kamu memanggilku lagi di musim dingin ini karena kamu ingin memperkerjakan aku. Tugas Penyihir Agung tidak selalu mengenai ... badai matahari, atau hujan bintang. Aku perlu meneliti seperti apa cara kerja fusi-fusi alkimia jika ingin sepenuhnya menjadi berguna seperti selayaknya Qually dan Ying yang bekerja untuk raja mereka."

"Kapan aku bilang aku memanggilmu balik karena aku ingin memperkerjakan kamu sebagai Penyihir Agung Matahari." Taufan melongo.

"Lalu?" Aku mengernyit. Lalu apa keperluannya denganku. Itu pertanyaan bagus.

"Aku ke sini untuk meminta kamu hadir di Winter Feast." Ujar Taufan. "Dan menentukan seperti apa Winter Feast itu akan dilaksanakan."

Aku memutar mata malas. Tentu saja mereka akan mengundang Kaizo. Setahun sudah berlalu. Kebencianku pada Kaizo purna sirna, dan perasaan itu tergantikan oleh unsur kekaguman. Aku kagum Kaizo bisa memaafkan Kirana, dan kembali membentuk aliansi tiga negri dalam satu bendera federasi. Aku juga kagum karena makanan-makanan manis di Gogobugi, terutama roti kismis mereka, belum ada yang bisa mengalahkan. Tapi aku tetap tak menyukai arak-arakkan tahunan. Aku Penyihir Agung Matahari—aku berkapabilitas disuruh-suruh hadir ke peresmian Winter Feast di House of Lords atau alun-alun. Jika aku masih menjabat sebagai ratu, aku akan menyuruh ajudanku, atau barangkali Yaya untuk mewakili kehadiranku. Berkali-kali aku bilang! Aku benci berkuda di tengah salju-salju, apalagi medannya terjal, menurun, berkerikil, dan merupakan lapisan tambahan dari ibun abadi dengan simpanan gas tinggi. Pelana jadi licin, dan aku sering kepleset.

Aku menoleh ke belakang. Sejenak, aku melupakan keberadaan Taufan. Hari ini, salju pertama turun sebagai bunga es diskoid yang berkilau karena menyimpan sinar baskara yang cermerlang. Pagi tadi, timbul hujan es di sekitaran atmosfer, dan kemudian esnya melunak menjadi salju pipih. Seketika, penjuru kontinen terkubur dangkal dalam salju-salju.

Boboiboy x Reader | The Untold Tale of SnowhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang