"Lisa, udah siapkan? Papa Mama tunggu dibawah."
Lisa hanya bisa pasrah dan membuang napasnya kasar. Lisa hanya bisa berdoa agar dia menemukan jalan terbaik untuk keluar dari masalah ini.
Lisa menuruni satu persatu anak tangga dengan menenteng sebuah koper yang telah disiapkan Mama dan Bi Nur.
"Pak, tolong bawa barang Lisa. Dan kita berangkat sekarang." Titah Papa Lisa pada sopir.
"Siap Pak Bos!"
~
Diperjalan Lisa benar-benar tidak tahu jalan dan desa yang sedang dilaluinya. Dan yang lebih membuat Lisa tidak bisa berpikir sekarang adalah, mobil yang dirinya naiki sekarang dikawal oleh pengawal pribadi Papanya.
Sepanjang perjalanan hanya sawah yang terbentang luas yang Lisa pandangi. Tanpa sadar, mobil yang Lisa tumpangi telah terparkir yang artinya titik tujuan mereka telah sampai.
"Ayo Lisa, kita turun." Ucap lembut Mama membuat Lisa tersadar dari lamunnya.
Papa, Mama, dan Lisa pun turun dari mobil. Yang Lisa dapati pertama kali adalah halaman parkiran yang luas. Didepannya kini gerbang tinggi dengan tulisan arab ditengahnya. Lisa yakin, dirinya pasti akan diasingkan orang tuanya di tempat ini.
"Oh, L-Lisa ambil koper dulu." Lisa mencoba mengecoh orang tuanya berharap bisa melarikan diri.
"Gausah nak, biar dibawain sama Pak Danang." Kata Mama seraya menggandeng tangan Lisa.
Seketika badan Lisa kaku ketika dirinya berjalan kearah gerbang itu bersama orang tuanya. Yang dirinya sempat lihat didalam gerbang ada banyak perempuan dan laki-laki yang semuanya mengenakan baju muslim. Sedangkan dirinya, yang hanya memakai atasan sweater dan cutbray jeans merasa tidak cocok dengan lingkungan barunya.
"Gue harus kabur, gue gabisa disini." Gumam Lisa sembari melirik untuk melihat situasi.
Seketika disaat semuanya lengah dengan Lisa, dirinya berbalik dan berlari meninggalkan tempat yang merupakan Pondok pesantren itu.
"LISA!!" Teriak Papa Lisa yang kemudian mengisyaratkan pengawalnya untuk mengejar Lisa.
"Huh, huhh gue gamau tinggal ditempat itu!" Ucap Lisa dengan napas terengah-engah.
"Non Lisa! Berhenti!!" Teriak pengawal yang mengejar Lisa.
Lisa tetap berlari sekuat tenaga walaupun jaraknya lumayan jauh dengan tiga pengawal yang mengejarnya.
"Cha-phek huhh" Lisa berhenti sambil memegangi lututnya.
Tepat dari atas tanjakan dimana Lisa berhenti ada seorang cowok dengan sepeda jengki nya.
"Eh ehh, awass!" Teriak cowok tersebut.
Refleks Lisa menahan sepeda yang hampir menabrak dirinya dengan sisa kekuatannya.
DUBRAKK
Lisa memang menahan sepeda jengki tersebut, tapi tidak dengan cowok yang kini terjungkal ke tepi sawah.
"Eh, gimanaa sih!? Kalo gabisa naik sepeda jangan naik dong!" Seru Lisa sambil menstandarkan sepeda.
"Aduhh ahhgr" rintihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISA
Teen FictionRamadhan bulan yang penuh keberkahan. Tapi bagi Ali, Ramadhan merupakan bulan penuh cinta. "Bukankah begitu Lisa?" "Emm, mungkin"