Lisa POV
Pengawal yang mengejarku semakin dekat. Aku memutuskan untuk menaiki sepeda jengki milik cowok yang hampir saja tercebur sawah itu.
"EHH, AYO CEPETAN NAIK" ucapku sedikit ngegas.
'Gue gatau harus kemana selain nemuin jalan raya. Intinya gue gamau di tempat ini' batinku.
"Huhh, hahh" Lisa mengeluarkan semua tenaganya. Jantung yang terus berpacu begitu cepat seolah memberi energi untuk terus melaju dan kabur dari tempat tadi.
'Aduhh, gue gakuat. Berat banget sumpah Ya Allah. Hahhh, lagian ni cowok gapeka banget' gumamku pelan jelas dengan napas ngos-ngosan.
"Kamu.."
'Kenapa ni cowok? Dia mikir yang ga ga pasti ni. Bodo amatlah yang penting gue kabur.'
Lisa menggayuh sepeda lumayan cukup jauh. Kakinya sudah bergetar, dirinya sudah tidak kuat lagi.
"Berhenti, berhenti disini."
Suara itu membuat Lisa menghentikan gayuhan sepedanya. Mereka berhenti dibelokan yang sedikit menanjak.
"Hahh, hahhh" Lisa kembali memegang kedua lututnya dan celingak celinguk untuk memastikan bahwa dirinya aman.
"Kamu-"
"Tt-tolong anterin gue, anterin gue ke jalan raya sekarang. Gue mohon!" Potongku dengan muka melas.
Lisa tidak punya banyak waktu untuk melarikan diri secepatnya dari sini. Tapi dirinya juga tidak tahu harus kemana untuk pergi dari jalanan ini.
"Kamu bukan penjahatkan?" Tanya cowok dihadapan Lisa dengan tatapan penuh curiga.
'Hah? Kan! Gue dah curiga dia pasti mikir gue yang gabaik astagaah' batin Lisa.
"Hah?? Ya nggaklahh, yakali muka secakep ini penjahat. Gini aja, anterin gue sekarang ntar gue jelasin kenapa gue dikejar pengawal bokap gue." Jawabku dengan muka sedikit sinis.
"Oh maaf, saya pikir kamu buronan." Lisa sedikit ternganga mendengar jawaban cowok itu.
"Lebih baik, ikut saya kerumah. Ini udah mau maghrib. Setelah sholat maghrib saya antar." Sambung cowok yang kini bercengkrama dengan Lisa.
"Bisa ga anterin gue sekarang aja?, pleassse gue minta tolong banget." Rengek Lisa dengan tatapan penuh arti.
"Tenang, rumah saya aman. Jalan raya kalo dari sini juga jauh. Nanti saya antar pake motor." Jawab cowok itu dengan nada lembut.
Lisa yang mendengar jawaban cowok dihadapannya kini hanya diam dan justru hanya mengikutinya tanpa memberontak sedikit pun.
'Kok gue bisa percaya ya sama ni cowok.' Gumam Lisa sambil menatap punggung lelaki yang seumuran dirinya tengah menuntun sepedanya.
Lisa mengamati sekitar rumah cowok itu. Rumah dua lantai dengan bangunan yang terlihat kokoh walau sudah berumur dan memiliki halaman yang luas tanpa pagar. Di sebelah kirinya masjid yang didepannya banyak santri berlalu lalang.
'Ih, gitu amat natapnya. Gapernah liat cewe cantik apa?' Batinku melihat tatapan beberapa cewek yang lewat.
Cowok yang mengajakku memarkirkan sepedanya dan kini tengah berbicara dengan salah satu cewek yang terlihat seumuranku juga. Aku hanya diam mengamati sedari tadi. Kemudian cowok itu kembali menatapku sebentar dan mempersilahkan diriku masuk kerumahnya lewat pintu samping halaman.
"Kamu tunggu dulu disini." Ucapnya yang kemudian menemui cewek yang berbicara dengannya di halaman tadi.
'Kok ni cowok alus banget ya ngomongnya, kan gue malu daritadi ngegas mulu. Eh, ngapa dah Lis lo mikirin ni cowok.' Batin Lisa seraya mengggeleng gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISA
Teen FictionRamadhan bulan yang penuh keberkahan. Tapi bagi Ali, Ramadhan merupakan bulan penuh cinta. "Bukankah begitu Lisa?" "Emm, mungkin"