Flashback a month ago
"Hurry up, Jake! Don't let go of my hand!" Riki menggenggam tangan Jake dengan erat. Mereka berlari ditengah malam, berusaha menjauh dari amukan warga.
"I can't! This venom..." Jake tidak bisa melanjutkan ucapannya. Larinya terhenti, seketika ia memuntahkan semacam tinta hitam yang bercampur darah. Riki tak bisa membagi rasa iba dan logikanya. Segera Jake ia gendong di punggungnya, membiarkan muntahan itu menetes di bahunya.
Riki, seorang pemuda yang berkaki jenjang. Tentu itu membantunya lari dengan cepat. Dan kebiasaannya yang suka mencari shortcuts membuat mereka berhasil keluar dari amukan warga. Tetapi perjalanan mereka belum berhenti. Riki harus mencari seseorang yang bertanggung jawab atas hal ini.
Keadaan Jake semakin parah seiring Riki membawanya ke puncak gunung. Energi pemuda itu pun habis. Riki membaringkan Jake untuk berbaring di tanah berbantalkan kakinya. Tanpa ragu, ia menyeka muntahan venom dan darah yang menetes di dagu Jake. Sedangkan Jake menatap langit merah sambil mengusap pipi Riki, merasa bersalah akan pemuda itu.
"Just leave me here... Alone... Cepat atau lambat, aku juga akan meninggalkan mu ketika venom ini menjalar di seluruh tubuhku." pinta Jake kepada Riki.
Riki menggeleng keras, "No, i wont, Whatever happens I wont leave you"
Disisi lain, para warga berbondong membawa obor untuk membakar rumah Jake. Mereka berpikir itu dapat menghilangkan kesialan di desa mereka. Semua hal didalamnya hangus terbakar. Hanya tersisa sebuah album foto yang tersimpan di dalam lemari kayu.
"Kita berhasil mengusir iblis itu dari desa kita, meskipun... Kita gagal untuk menghabisinya," ujar tuan Dominic selaku pemimpin disana. Para masyarakat disana setuju atas hal tersebut. Mereka pun membuat peraturan baru yang berlaku bagi semua orang.
"Siapapun yang berani membahas keberadaan kedua pemuda itu, maka akan dianggap komplotan iblis— sama sepertinya"
....
Disinilah Benjamin, memandangi rumah lama Jake yang terbakar hangus. Pantas saja ketika ia kembali ke desa, ia tak dapat menemukan rumahnya. Ternyata sudah dibakar habis, ia baru saja mendengar penjelasan dari John atas segala hal yang terjadi.
Flashback a moment ago
"Kenapa kau sangat berambisi menemukan Jake? Apa kau ingin membunuhnya juga?" tanya John saat semua orang meninggalkan ruangannya kecuali Benjamin.
"A-apa? Apa maksudmu? Aku sahabatnya untuk apa melakukan hal itu?" tanyanya tersinggung.
John masih menatapnya lekat, sedangkan Benjamin menatapnya dengan tatapan tak paham. John menghela napasnya berat, kemudian memutuskan untuk mempercainya.
"Jake terus menyebut nama mu saat purnama pertamanya, apa kau yang melakukan semua ini padanya?"
"Purnama pertama? Melakukan apa?"
"Kau... Kau tidak tahu soal Jake dan orang tua kandungnya yang bekerja sama dengan iblis?" John menyipitkan matanya. Ia masih tak percaya jika Benjamin yang mengaku sahabatnya tak mengetahui hal ini.
Benjamin mematung, saat mereka kecil, Jake memang sering di-bully akan hal ini. Tetapi ia tak menyangka bahwa hal ini benar adanya. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya, "Apa... Apa yang terjadi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Venom
Bí ẩn / Giật gânBenjamin Carmichael, seorang pemuda asal Arcane Vale yang bersekolah di kota atas permintaan ayah angkatnya. Suatu hari ia dikabari bahwa ayahnya wafat karna serangan jantung. Tentu itu sangat memukul Benjamin. Tetapi, siapa sangka bahwa ternyata ay...