Happy Reading! ^_^
.
.
.
.
.
Claudine terdian cukup lama setelah mendengar jawaban dari Ibunya.
"Tapi bagaimana kalau dia bukan orang yang kita cintai, Bu?" tanya Claudine kembali sambil menatap mata Ibunya.
Ibu melakukan itu karena Ibu mencintainya kan?
Tapi Bu...
Aku tidak mencintainya.
Lalu kenapa aku harus melakukan hal yang seperti Ibu katakan?
Claudine berpikir keras tentang sebuah perasaan yang disebut cinta itu.
Sejak kecil, mau dikehidupan lalu ataupun sekarang. Claudine tidak pernah diajarkan tentang sebuah perasaan, perasaan sedih maupun bahagia. Bahkan dia sendiri tidak tahu tentang perasaannya.
TUK---
Suara ketukan meja itu terus berulang. Terlihat Nyonya Brandt yang mencerna pertanyaan Claudine dengan mematuk-matukkan meja dengan jarinya.
"Kau sungguh..." ujar Ibunya pelan.
"Ha? Apa Bu?" tanya Claudine, dia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Ibunya barusan.
"Kau sungguh... Tidak menyukai Matthias?" tanya Nyonya Brandt dengan tangan kirinya yang berada di dagu sedangkan sikunya di meja.
"Benar."
Claudine langsung membalasnya dengan cepat dan yakin.
Aku memang tidak menyukainya.
Tapi bukan berarti aku juga membencinya.
Claudine kini melihat ekspresi Ibunya yang terlihat tenang dan damai, benar-benar seperti sosoknya.
"Jadi karena itu kau merencanakan pembatalan pertunangan dengan Matthias, lalu menerima lamaran dari anak Tuan Marquiss Lindmann?" tanya Nyonya Brandt dengan nada yang mulai serius.
Hah?
Claudine terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Ibunya barusan. Bagaimana mungkin Ibunya mengetahuinya(?).
Tapi ini merupakan kesempatan bagus bagi Claudine untuk mengatakan yang sebenarnya. Agar tidak terlalu dikekang oleh Ibunya.
Claudine menghela nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Ibunya.
"Benar. Itu rencanaku, Bu." balas Claudine dengan ekspresi yang tenang dan serius.
Nyonya Brandt hanya diam mendengar itu, seakan-akan dia sudah mengetahui jawabannya sedari awal.
Terjadi keheningan sejenak sekarang.
"Claudine, menurutmu siapa yang merencanakan pertunangan itu?" tanya Ibunya dengan tenang sambil meminum teh yang disediakan di sana.
"Tentu saja, Ibu kan?" balas Claudine dengan yakin. Dia yakin Ibunya lah yang merencanakannya.
Siapa lagi kalau bukan Ibu?
"Bukan..."
Nyonya Brandt berhenti sejenak lalu menghela nafas kasar sebelum melanjutkan perkataannya.
"Ayahmu, Count Brandt." lanjut Nyonya Brandt dengan tenang, namun terlihat jelas dari gestur tubuhnya yang menunjukkan kekhawatiran.
Hah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ON GOING ] Claudine Mengubah Takdir (Claudine Changes Destiny)
RomanceClaudine yang meninggal akibat penyakitnya yang kambuh saat menghadiri pernikahan Duke Herdhart dan Duches Herdhart. Tiba-tiba terbangun di kamarnya saat berumur 15 tahun. "Aku kembali?" Dia benar-benar kembali ke kehidupan lalu. Claudine sekarang...