SATU || AMANDA VS ELANG

216 13 5
                                    

"Proposal macam apa ini Amanda? Kau mau bermain-main denganku?!" Ruangan berukuran luas yang di dominasi dengan coklat kayu itu tampak begitu pengap dan mencekam.

Bukan karena ruangannya yang sempit, tapi karena aura yang di pancarkan sang pemilik ruangan yang membuatnya tampak mencekik seperti ini.

"Proposal ini terlalu--akh! Buruk sekali!" Seru seorang pria dengan setelan jas berwarna navy dan mengenakan kacamata yang duduk di kursi kebesarannya itu. Pria tampan dan penuh karisma itu tampak melemparkan proposal itu dengan keras ke atas mejanya.

Wanita cantik yang mengenakan setelan formal berwarna coklat muda itu hanya memejamkan mata guna menekan emosinya. Sementara sang asisten yang berada di belakang tubuhnya itu terus menundukkan kepalanya, mendengar suara keras dari seorang Elang Erlambang putra kedua dari pasangan Angga Tri Erlambang, dan Sahila Ristiani itu.

"Kami akan coba perbaiki--"

Pria itu berdecak, seraya memijat pelipisnya, seolah kepalanya pusing dan perasaannya buruk hanya karena kehadiran seorang Amanda Mutia Shafira ini.

"Tidak perlu! Aku tidak punya waktu untuk bermain-main seperti ini! Keluar dari ruanganku sekarang!!" Lagi, Elang kembali berseru dengan keras, membuat emosi Amanda semakin meluap sampai ke ubun-ubun.

Main-main katanya? Huh!! Pria gila ini sok tahu sekali. Ia sampai begadang beberapa hari hanya untuk membuat proposal yang berada di meja pria gila itu, dan bisa-bisanya pria itu mengatakan jika ia hanya main-main?

Dasar Elang sinting!!

"Apa? Saya tahu, kamu sedang mengumpat saya di dalam hati." katanya seraya menatap Amanda dengan mata tajamnya.

Wah, wah. Sungguh terlalu percaya diri sekali bukan, si ceo satu ini?

Pria sinting itu bahkan menaikkan kedua kakinya di atas meja. Cih, Amanda benar-benar muak dengan pria sinting nan songong itu!

Amanda tersenyum formal. "Sama sekali tidak, Pak. Saya hanya kagum kepada anda, yang bisa mengetahui jika saya memang sedang bermain-main dengan proposal itu." jawabnya dengan wajah tenang, namun kata-katanya jelas sangat menyindir Elang.

Elang mendengkus. "Pulang sana. Perbaiki proposal itu! Besok pagi, proposal itu harus ada di atas mejaku."

Cih!

Sungguh muak sekali rasanya melihat pria angkuh itu. Hiih, ia berdoa semoga si songong itu akan sulit mendapatkan jodohnya.

"Baik, terima kasih atas kritik dan sarannya Pak Elang yang terhormat. Kami sangat-sangat terbantu."

Lagi-lagi ada nada ketidak tulusan dari setiap kata yang terlontar dari mulut Amanda. Demi apa pun, rasa bencinya kepada pria itu sudah mendarah daging di tubuhnya.

Elang sendiri diam-diam terkikik di dalam hati, ah rasanya senang sekali bisa melihat wajah Amanda yang tampak mengeraskan rahangnya menahan emosi. Mungkin jika di situasi mereka yang sedang bekerja, Amanda pasti akan mengamuk dan mengumpati dirinya dengan suara yang keras dan wajahnya yang merah padam.

Elang sendiri tidak tahu, takdir macam apa yang mengikat mereka berdua. Sejak kecil keduanya saling terikat satu sama lain, sekolah TK sampai kuliah di tempat yang sama, bahkan saat sudah sama-sama bekerja pun, ia dan Amanda masih terus terikat karena perusahaan milik Amanda masih terbilang kecil jika di banding dengan perusahaan miliknya, dan investor terbesar Sapphire Corporation adalah Erlambang Inc, perusahaan milik ayahnya yang di turunkan kepadanya sementara sampai kondisi sang kakak sembuh.

Ya, Elang hanya pengganti kakaknya yang selama lima tahun ini lumpuh karena kecelakaan yang menimpanya. Mau tidak mau, ia sebagai putra keluarga Ardani harus memikul beban besar ini menggantikan posisi kakaknya.

Berbeda dengan Amanda yang merupakan anak tunggal dari Hendra Darmawan, dan Ariska Dwi Anggraeni. Itulah mengapa sejak dulu Amanda begitu gigih untuk mengungguli seorang Elang Erlambang, meski pada akhirnya ia hanya bisa mendapatkan juara dua berturut-turut. Bahkan saat kuliah pun Elang mendapatkan IPK yang lebih tinggi, dan menjadi lulusan dengan predikat cumlaude selama S1 dan S2.

Elang benar- benar sangat sempurna dalam segala hal.

Rekam jejak prestasi yang di miliki, di tambah paras tampan, tubuh tegap serta penuh karisma, tentu menjadikannya sebagai standar lelaki idaman para kaum hawa. Namun sayangnya, di usianya yang sudah menginjak ke dua puluh tujuh tahun ini, sepertinya pria itu sama sekali belum berminat untuk menjalin asmara dengan siapa pun.

Mungkin, jika orang luar yang melihat Elang dan Amanda, mereka akan mengira jika keduanya pasangan yang cocok, karena memiliki paras yang tampan dan cantik serta berkarisma, tapi jika orang dekat yang melihat, keduanya sama sekali tidaklah saling cocok satu sama lain.

Mereka berdua selalu saling berdebat setiap kali bersama, dan itu sudah menjadi pemandangan yang umum bagi penghuni Sapphire Corporation, dan Erlambang Inc.

Sungguh kekanakan memang, jika permusuhan yang berasal dari sejak SMA itu, terbawa sampai sekarang.

"Silakan keluar dari ruangan saya. Pintu keluarnya ada disana, saya masih punya banyak pekerjaan penting." Elang benar-benar selalu berhasil menyulut emosi Amanda, pria itu sengaja mengusirnya.

Dengan wajah yang merah padam karena terlalu menahan kekesalan, ia menghentakkan kakinya dan membuka pintu dengan kasar.

BRAK!

Elang tertawa, ia tidak lagi heran dengan tingkah Amanda yang selalu menutup pintu ruangannya dengan kencang saat keluar dari ruangannya. Sungguh, membuat wanita itu kesal adalah kesenangan baginya.

"Huh, Amanda Mutia Safira. Dari dulu, kau tidak pernah berubah. Selalu galak!" Gumamnya seraya terkekeh pelan.

****

Sementara itu, begitu Amanda menutup pintu ruangan Elang dengan kasar hingga mengejutkan sang sekretaris CEO itu terkejut. Wanita itu masih berada di depan pintu ruangan Elang yang tertutup, "Dasar Elang sialan!! Pria sombong, sinting, dan gila!!" serunya di depan pintu.

Sesil, sang asisten hanya meringis mendengar luapan emosi yang di tumpahkan oleh atasannya itu.

Dengan napas yang memburu, ia berjalan meninggalkan ruangan Elang dan di ekori dengan Sesil. "Si gila itu. Jika saja ia bukan investor terbesar di perusahaanku, aku tidak sudi bertemu dengannya barang sedetik pun!! Kyaa Elang Erlambang, aku ingin sekali membunuhmu!!!"

Amanda yang keluar dari ruangan Elang dengan emosi yang menggebu-gebu serta umpatan-umpatan yang keluar dari mulutnya di hadapan semua orang di kantor ini sudah menjadi pemandangan yang sangat umum. Pasalnya sudah selama lima tahun ini kejadian itu terus terjadi sampai sekarang.

"Cuma Ibu Amanda, yang berani mengumpat Pak Elang. Bermusuhan dengannya, tapi Pak Elang jua anehnya tidak pernah menyulitkannya dalam hal pekerjaan."

"Iya benar. Padahal jika mereka akur, mereka sangat cocok menjadi pasangan."

"Iya, ku dengar keduanya pun tidak sedang saling menjalin hubungan."

"Kata siapa? Ibu Amanda sudah memiliki kekasih, pria itu berprofesi sebagai seorang presenter dan sekaligus model senior yang selalu bersinar sejak awal kemunculannya."

Amanda tidak memedulikan para karyawan di kantor Elang yang tengah membicarakannya. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat jahanam ini!!

"Untuk proposal, biarkan saja. Jangan di buat ulang. Aku malas jika besok harus bertemu dengan si sinting itu!" serunya yang kini sudah tiba di tempat mobilnya terparkir.

Demi apa pun, ia dan asisten sudah tiba sejak pukul delapan pagi di kantor Elang, sesuai dengan janji yang mereka buat, namun si sinting itu dengan santai datang di jam 1 siang, dan bilang jika ia lupa akan janji mereka karena terlalu nyaman berada di temapat tidur.

Sungguh benar-benar menyebalkan!

"Ta--tapi Bu, bagaimana dengan kerjasa--"

"Aku yang akan menemuinya secara pribadi nanti malam." Jawabnya, lantas keduanya masuk ke dalam mobil milik Amanda, dan meninggalkan tempat yang selalu membuatnya darah tinggi ini!

*****
Maafkan kalau ada typo yaaa 🙏🏻

I Married My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang