DUA || ELANG SI PENGGANGGU

78 9 1
                                    

Amanda langsung membuka blazer coklat muda yang di kenakannya, menampilkan kaos putih berlengan pendek yang membalut tubuhnya. Ia melempar blazer tersebut dengan asal ke atas sofa single. Rambutnya yang di ikat pony tail itu juga ia buka, dan mencepolnya dengan asal.

Wajah lelah terlihat jelas di paras cantik yang tengah berbaring di atas sofa bed di ruangannya. Sungguh lelah sekali rasanya menghadapi seorang Elang Erlambang, benar memguras jiwa dan banyak energi yang ikut terkuras di tubuhnya. Seandainya saja mereka tidak terikat kerja sama, dan pria itu bukanlah investor terbesar di perusahaannya ia tidak sudi bersinggungan dengannya lagi. Sudah cukup selama SMA sampai kuliah mereka menjadi rival, masa mereka harus terikat sampai sekarang sih?

"Benar-benar takdir yang buruk." Gumamnya.

Mengurus perusahaan saja sudah  sangat berat dan menguras tenaga, kenaoa malah harus di tambah dengan menghadapi Elang sih?

Takdirnya benar-benar sangat buruk!!

"Elang Erlambang .... " gumamnya, kenapa dirinya terus terikat dengan pria menyebalkan itu sih?

Sebenarnya, dosa apa yang ia perbuat sampai seumur hidupnya harus selalu berada di lingkup pria gila itu.

Drrt .... Drrt ....

Amanda mengambil ponsel yang berada di saku celananya, ia menatap malas pada nama si penelepon. Namun tetap menjawabnya, setelah menekan ikon speaker di ponselnya.

"Sayang? Sudah makan siang?"

Amanda memutar bola matanya. Tentu saja ia sudah makan siang, laki-laki ini sungguh menanyakan hal yang sangat bodoh, ini sudah pukul empat sore tentu saja sudah makan.

"Sudah. Kau sendiri? Hari ini sibuk sekali, ya?" Tanyanya, mengingat seharian ini kekasihnya itu baru menghubunginya sekarang.

"Iya, masih ada satu acara lagi. Setelah itu, kita bertemu ya?"

Amanda menghela napas, jujur ia malas sekali bertemu dengan Evan Prakasa, laki-laki yang selama dua tahun ini berstatus kekasihnya. Bukan karena ia membencinya, tapi sungguh saat ini mood nya sedang sangat buruk karena pertemuannya dengan Elang, ia khawatir jika akan melampiaskannya kepada kekasihya ini, dan hubungan mereka akan menjadi merenggang.

"Ah, Evan. Maaf ya, aku ada janji dengan rekan klien nanti malam. Lain kali saja ya?"

"Ah, begitu." Ada nada getir penuh kekecewaan di balik suara sang kekasih. "Baiklah, maaf ya aku selalu sibuk, dan membuat kita jarang bertemu."

"Hm, tidak apa-apa. Aku menyayangimu."

"Aku juga menyayangimu, sayang." Balas Evan.

Keduanya terus mengobrol, sampai akhirnya panggilan itu terputus karena Evan yang kembali bekerja.

Baru saja matanya hendak terpejam, ponselnya kembali bergerar kali ini nama Elang yang tertera.

Huh! Amada mendengkus, mau apa lagi sih pria sinting ini? Kenapa tidak pernah sekali pun membiarkan hidupnya tenang?

Orang Sinting 😈
Jawab teleponku!

Amanda memutar kedua bola matanya dengan malas. Pria ini sepertinya memang di takdirkan untuk terus mengganggu hidupnya.

Amanda
Mls

Tak lama ada sebuah pesan baru lagi dari orang yang sama.

Orang Sinting 😈
Apa maksudnya, hah?

Amanda
Pikir saja sendiri!!

Amanda mengubah pengaturan ponselnya dengan mode pesawat, sungguh malas sekali harus menanggapi manusia menyebalkan satu ini. Tidakkah orang itu tahu kalau energinya sudah habis seharian ini karena menghadapi kegilaannya.

I Married My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang