TIGA || ELANG LAGI?

159 9 2
                                    

Mau menolak, dan melawan sekeras apa pun, pada akhirnya Amanda tetap akan kalah melawan seorang Elang Erlambang yang bagaikan si raja hutan, sedangkan dirinya hanyalah seekor semut kecil yang mudah di tindas.

"Apa? Ayo pesan makanan yang kau mau. Jangan khawatir untuk membayar, aku akan membayar semuanya!" Serunya jumawa, tentu saja ia juga berpose dengan wajah tengil yang minta di pukul oleh Amanda.

"Aku sedang tidak ingin makan." KataAmanda, demi apa pun yang ia butuhkan sekarang adalah tidur yang nyenyak tanpa gangguan si gila ini.

Elang sampai mereservasi restoran dengan meja vip, duduk di ruangan mewah denga kursi dan meja yang tak kalah mewahnya. Semua ini terlalu beelebihan bagi Amanda, tapi yaa karena Elang ini terlalu kebanyakan uang, semua ini sepertinya cukup normal bagi si bungsu keluarga Erlambang.

"Serius? Apakah kau tidak merasa lapar?"

Amanda merotasi matanya, kenapa bocah ini rasanya terlalu banyak bicara bagi ukuran seorang laki-laki. "Aku lebih tertarik untuk tidur, ketimbang makan."

Mendengar itu, kedua mata Elang memicing seraya menggeleng pelan.

"Apa?!" Seru Amanda dengan ketus. Ia bertanya-tanya kenapa Elang tiba-tiba menatapnya seperti itu.

"Ck. Dasar cabul! Tapi maaf ya, aku tidak berminat tidur denganmu!"

Hah? Heh? OH MY GOD!!

Amanda shok! Bahkan rahangnya sampai menganga mendengar ucapan gila dari pria yang duduk berhadapan dengannya di sebuah restoran. Demi kerang ajaib, Amanda benar-benar yakin jika si bungsu keluarga Erlambang ini benar-benar harus di periksa kejiwaannya.

MEMANGNYA SIAPA YANG MENGAJAK TIDUR BERSAMA SIH?

ASTAGANAGA!!

"Kau itu bukan tipeku Amanda. Sorry, aku tidak bisa tidur dan bercinta dengan perempuan yang tidak aku cintai!" Katanya seraya bersedekap dada dan menyandarkan tubuhnya, sedang kedua matanya menatap lurus kepada Amanda yang sudah hampir mengeluarkan tanduknya.

Sekali lagi, Amanda benar-benar shok. Bahkan shik shek shok. Bisa-bisanya pria ini mengatakan hal vulgar seperti itu. Memangnya siapa yang mau bercinta dengan pria narsis dan gila hormat sepertinya sih?

Ya Tuhan, demi apa pun rasanya Amanda ingin melempar wajah pria itu dengan piring. Entah dulu ibunya Elang itu mengidam apa, sampai memiliki anak yang kelakuannya seperti dakjal begini.

Jika pun kelak, hanya tersisa Elang laki-laki di dunia ini, ia bahkan tidak sudi jika harus menjadi pendamping lria itu. Bukannya bahagia, ia malah akan sakit jiwa menghadapi suami seperti seorang Elang Erlambang.

Amanda hanya bisa menghela napas kesal, lalu memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja berdenyut karena menghadapi kegilaan Elang si manusia sinting ini.

"Kau pikir, aku berminat melakukannya denganmu, hah? Aku hanya akan melakukannya dengan pria yang juga mencintaiku, dan juga sudah sah menjadi suamiku. Dasar gila!!"

Elang terbahak, wajah kesal Amanda selalu berhasil menghiburnya. Apalagi ia dapat melihat rona merah di kedua pipi gadis dengan rambut yang di ikat pony tail itu. Apa karena malu ya, karena mereka membahas hal yang berbau konten dewasa. Tapi mereka kan sudah dewasa, sudah sama-sama menginjak usia 27 tahun.

Elang tidak tahu saja, hal itu tentu sangat tidak wajar. Orang gila mana yang membicarakan konten dewasa dengan musuh bebuyutan mereka, coba?

Ya Tuhan, dua orang yang saling bermusuhan itu benar-benar sangat aneh.

Elang tiba-tiba mengangkat tangan, memanggil pelayan. "Dua tanderloin steak, dua spagheti bolognese, dan dua jus cranberry. Ah, tambahkan juga wine, untuk dessert---" Elang tampak berpikir, namun sepertinya pria itu tampak bingung.

"Istriku sayang, kau mau dessert apa?"

HEH?

Apa katanya barusan? ISTRIKU SAYANG? ISTRI!! I-S-T-R-I?

Ya Tuhan, Amanda yakin jika tensi darahnya langsung melonjak naik. Dasar gila!! Siapa memangnya yang sudi menjadi istrinya?

Sungguh, siapa pun bisa tolong bantu ia melenyapkan saja si Elang gila ini?

Kedua mata Amanda masih melotot tajam ke arahnya. Elang tertawa dan menatap sang pelayan yang tampak shok melihat kedua mata Amanda yang melotot hampir mengeluarkan kedua bola matanya.

"Abaikan saja. Istriku ini sedang PMS jadi sensitif sekali."

Sembarangan!!

"Untuk dessertnya, saya minta pudding mangga, dan cheese cake ya."

Sang pelayan lantas mengulang pesanan mereka, untuk konfirmasi jika tidak ada perubahan menu.

Sekitar hampir sepuluh menit, akhirnya makanan mereka telah sampai. Elang dan Amanda menikmati makanan mereka, ah ralat--hanya Elang yang menikmatinya. Sedangkan Amanda masih kesal karena pria itu selalu bisa saja menindasnya sesuka hati. Ia menusuk steaknya dengan kasar, seolah steak di hadapannya itu adalah wajah Elang.

"Kenapa? Ayo makan. Aku akan melaporkanmu kepada paman--"

Amanda berdecak dan menyuapkan steak ke mulutnya. Elang sendiri terkekeh, ia tahu jika Amanda akan takluk jika ia mengancam akan mengadu kepada ayah gadis itu.

"Dasar pengadu!!" serunya.

Elang mengangkat bahu acuh, ia tampak terserah saja perempuan itu mengatainya seperti apa pun, ia tidak akan mempermasalhkannya.

*****

Akhirnya, Amanda bisa merebahkan dirinya di atas kasur empuk yang sudah sangat ia rindukan seharian ini. Kepalanya juga sudah tampak rileks karena ia sudah mandi dan keramas, ia hanya mengenakan kaos yang menutuli sampai pahanya, dan mengenakan hotpans. Pakaian yang sering ia gunakan saat berada di apartemennya yang nyaman dan sunyi ini.

Kedua matanya langsung ingin terpejam saat sudah berada di atas ranjangnya yang selalu menawarkan sejuta ketenangan dan kenyamanan untuknya.

Namun, baru saja hendak terpejam bel pintu apartemennya berbunyi beberapa kali. Membuatnya berdecak, dan beranjak meninggalkan kasurnya yang sedang melambai-lambai menawarkan sejuta kenyamanan untuknya, tapi sayangnya ia harus berjalan keluar dari kamarnya dan menghampiri pintu apartemennya karena tekananan bel nya semakin sering.

"Iiisssh. Siapa sih yang bertamu. Masa iya Evan?" gumamnya, tanpa melihat melalui lubang yang berada di pintunya, ia langsung membuka pintu.

Namun alangkah terkejutnya saat ia membuka pintu wajah Elang yang mengenakan kaus putih dan celana olahraga selutut itu berada di hadapannya.

Heh? Kenapa rasanya dunia Amanda selalu berputar di Elang?

Ya Tuhan.

"Eh. Waaahh, ternyata unit ini di isi olehmu ya?"

Amanda mengerang pelan, kenapa sih dimana-mana selalu ada Elang? Semesta seakan senang sekali mempermainkannya.

"Apa? Kenapa menekan bel pintu apartemen orang?"

Elang mendengkus. "Ini, paket milikmu salah kirim. Mereka mengirim ke unitku." Katanya seraya memberikan sebuah paket yang masih utuh kepada Amanda yang langsung menerimanya.

"Btw, kenapa ya kita selalu berada di lingkungan yang sama. Unitku ada di sebelahmu, kita adalah tetangga!"

Hah?

Tetangga?

Amanda rasanya ingin menangis. Kenapa nasibnya buruk sekali sih? Huhuhuhuu

"Sebagai tetangga yang baik, seharusnya kau menawarkanku untuk masu--"

Amanda langsung menutup pintu apartemennya, namun sepertinya hal itu sudah terbaca oleh Elang. Pria itu sengaja menahan pintunya dengan kakinya. "Btw, kenapa ukuran bra-mu kecil sekali sih?" tanyanya seraya menatap ke arah dada Amanda.

ELANG SIALAAAAAAN!!!!

Tentu saja setelahnya Amanda menimpuk wajah laki-laki itu dengan bungkusan paket miliknya!

Benar-benar sialan!!

***
Maafkan segala typo yang bertebaran 🙏🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Married My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang