Bab VI Pendekatan Yang Gagal

171 8 0
                                    


Jeff dan Brandon sampai di Kafe Jeff

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeff dan Brandon sampai di Kafe Jeff. Mereka masuk ke kafe dan duduk di meja yang masih kosong di dekat jendela.

"Pak Brandon mau minum apa?" tanya Jeff.

Brandon tertegun, kaget dipanggil Pak.

"Ada apa nih batinnya. Tadi aja masih manggil Phi? Ia bertanya-tanya. Sepertinya ini pertanda tidak baik bagi kelangsungan PDKTnya", batinnya.

"Yang kaya kemaren aja Nong", jawab Brandon.

"Baik, Pak. saya buatkan dulu", sambung Jeff lalu berjalan ke meja bar dan membuat minuman untuk dosennya.

Jeff merasa was-was dengan pembicaraan nanti. Apakah ia harus mengganti lagi skripsinya, seperti ketiga temannya? Ah..tunggu nanti sajalah.

"Ini Pak minumannya.", Jeff meletakkan minuman Brandon di meja dan duduk dihadapan Brandon. Ia membuat Capuccino Caramel juga untuk dirinya. 

Brandon meminum Capuccinonya sambil memandang Jeff. Jeff menunduk. Ia malu ditatap Brandon seperti itu. Dari awal Jeff memang heran mengapa Brandon selalu membuatnya berdebar-debar jika didekatnya. Jeff masih bimbang apakah ia jatuh cinta atau hanya mengagumi Brandon. Tampan, ramah, pintar, tipe ideal mungkin.

"Hmm...melamun lagi?" usik Brandon.

"Oh, ya Pak...apa yang ingin Bapak bicarakan dengan saya?" tanya Jeff masih menunduk.

"Kamu bisa mulai bimbingan lagi untuk Bab selanjutnya. Bisa dikampus atau di apartemenku. Kapan kamu akan mulai? BUkankan kamu ingin segera selesai?" Brandon mengutarakan maksudnya.

Jeff mendongak. Terdiam sesaat dan tersenyum. Brandon terkejut.

"Jeff tersenyum? Ya Tuhan senyumnya manis sekali. Indah banget ciptaan TUhan ini kalau tersenyum", batinnya.

"Terimakasiah, Pak" Jeff merasa lega. Ia akan berusaha semaksimal mungkin supaya tidak banyak revisi nantinya.

"Nong, kita buat janji? Kapan kamu akan bimbingan?" tanya Brandon.

"Saya akan lembur malam ini, Pak. Mungkin besok jam 10 saya akan ke kampus untuk bimbingan", jawab Jeff.

"Baiklah. Oh, ya Nong. Panggil Phi aja ya kalo sedang berdua." Pinta Brandon.

"K..khap, Phi", jawab Jeff singkat.

Selanjutnya adalah keheningan. Jeff sibuk dengan pikirannya lagi. Brandon memandangi Jeff lagi. Dari dekat Jeff tampak sangat tampan, cantik, imut, membuatnya semakin jatuh cinta padanya. Sementara itu diluar kafe, dari dalam Rubicon Hijau Army, sepasang mata memandang Brandon dan Jeff yang sedang duduk berdua. Siapa lagi kalau bukan Alan.

 Siapa lagi kalau bukan Alan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV Alan

Siapa itu? Dia menunggu Jeff di Kondonya, lalu kesini. Apa ayang mereka bicarakan? Kenapa Jeff sampai tersenyum begitu? Arghhh....Jeff..aku ga tahan kalo begini. Selama ini kamu selalu mengacuhkan yang mendekatimu, tapi kenapa dia tidak? Kamu bisa tersenyum dengannya. Apakah aku harus mencoba mengejar Jeff lagi? Bagaimana keluarga Jeff? Pasti mmereka akan marah. Arghh....Jeff aku benar-benar tidak bisa kehilanganmu ternyata. Baiklah, aku akan ke Kondo Jeff nanti malam. Aku harus mencoba.

Brandon dan Jeff keluar dari Kafe. Brandon pamit dan Jeff masuk mobinya, meluncur kembali ke kondonya. Alan mengikuti Jeff dari kejauhan. Ia khawatir kalau Jeff dan Brandon pergi lagi ke suatu tempat bersama. Namun ternyata Brandon keluar dari parkir dan pergi kearah yang berlawanan dengan kondo Jeff. Alan menghela nafas lega dan tersenyum.

"Tunggu aku Jeff nanti malam", batin Alan gembira.


***

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Sudah 4 jam Jeff duduk di depan laptop dan Jeff masih belum selesai dengan input data. Tadi ia bersih - bersih kulkas sebentar, mandi, lalu melanjutkan skripsinya. Jeff berdiri untuk meregangkan otot pinggangya yang pegal dan mendengar bel berbunyi. Jeff mengernyitkan dahinya. Ia bertanya-tanya dalam hati siapa yang datang kerumahnya? Mae Phonya? Phinya? hanya mereka yang selalu ke kondonya. Jeff berjalan ke rah pintu dan membukanya. Syok. Kaget setengah mati. Alan berdiri disana, di depannya. Wajahnya masih sama. Tampan meski usainya sudah 34. Jeff tidak bisa bergerak Tubuhnya kaku semua. Membeku. 

"Jeff, boleh aku masuk?" tanya Alan hati-hati.

Alan sudah siap jika Jeff mengusirnya. Ia memang pantas diusir. Jeff masih bergeming. Ia masih belum percaya. Alan sebenarnya orang seperti apa. Ia menyuruh Jeff pergi dari hidupnya. Dua tahun tidak menampakkan batang hidungnya dan sekarang ada didepannya. Jeff sudah susah payah melupakan Alan dan sudah 6 bulan ini Jeff bisa tidur dengan normal meski kadang terlintas kenangan-kenangan dengan Alan namun ia berhasil mengusir kenangan-kenangan itu dari benaknya.

"Jeff?" Alan bertaya lagi menghentikan lamunan Jeff.

"Aku sedang menyelesaikan skripsiku, Lung. Besok harus bimbingan dengan dosen", jawab Jeff akhirnya. Datar.

Alan kecewa mendengarnya, namun ia tidak memaksa. Alan melihat kesungguhan Jeff tentang skripsinya, ia mungkin ingin segera lulus. Alan masih menunggu keajaiban. Siapa tahu Jeff berubah pikiran dan menyuruhnya masuk. Tapi ternyata tidak. Dan Jeff dengan sangat dingin juga menunggu Alan pergi. Akhirnya Alan pamit dan Jeff menganggukkan kepalanya dan menutup pintu dengan perlahan. Alan beranjak dari pintu kamar kondo Jeff, berjalan perlahan ke basement, masuk ke mobilnya dan duduk termenung. Tak lama kemudian ia menangis tertahan. Dadanya nyeri lagi. Ia sudah menduga mendekati Jeff tidak mudah apalagi dengan luka yang ia berikan. Sungguh naif jika ia berharap Jeff menerimanya kembali. Haruskah Alan menyerah? Setelah beberapa saat menangis, Alan mulai tenang. Ia memutuskan untuk tidak menyerah. Ia tidak ingin ada yang memiliki Jeff selain dirinya. Ia harus mengejar Jeff lagi. Lebih keras. Alan menstater mobilnya dan pulang.

***

Setelah menutup pintu, Jeff terduduk melorot dibelakang pintu dan menangis tertahan. Setelah yakin Alan sudah jauh, ia melepaskan tangisnya lebih keras. Cukup lama Jeff menangis dan ia tidak bisa berpikir lagi. Ia tidak menyangka disaat ia harus berjuang menyelesaikan studinya, Alan muncul dihadapannya. Entah apa yang ia inginkan, tapi Jeff sangat sakit melihat sikap Alan yang seperti itu. Menyuruhnya pergi, mendiamkannya dalam waktu yang lama dan menampakkan mukanya dihadapannya lagi, Jeff tiba-tiba pusing dan ia segera bangkit, merebahkan tubuhnya yang tiba-tiba lelah di kasurnya. Ia memejamkan matanya, namun ia tak bisa tidur meski sudah 1 jam lebih berbaring diatas kasur. Pikirannya berkelana, masih bertanya-taya apakah Alan ingin dia kembali padanya? Bagaimana kalu iya? Apakah ia akan meneriama Alan kembali? Apakah ia masih mencintai Alan? Bagaimana dengan Branon? Apakah perasaannya terhadap Brandon selama ini adalah cinta? Mengappa ia selalu berdebar-debar jika berada didekatnya? Jeff makin pusing memikirkan semuanya. 

***

Nothing Gonna Change My Love For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang