Bab IX Berjuang

210 7 0
                                    

Kondisi Alan semakin parah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kondisi Alan semakin parah. Meski secara fisik ia kelihatan baik - baik saja, namun secara psikis ia sangat rapuh. Ia sering melamun duduk sendiri dan mengahbiskan berbatang-batang rokok. Ia juga mulai menenggak minuman beralkhol. Dualu ia tidak minum karen Jeff tidak mau Alan merusak kesehatannya dengan alkohol. Ia juga tidak terlalu suka, hanya sesekali saja saat ada party selebrasi. Namun sekarang yang ia butuhkan hanyalah ketenangan. Biskah ia tenang? Omong kosong. Sudah berapa batang dan boto ia habiskan dalam sehari, ia tetap saja gelisah dn wajah Jeff selalu terbayang. Jika sudah tidak tahan, ujung-ujungnya ia akan menangis.

Garfield yang mengetahui kondisi Alan dari Babe dan teman-teannya di bengkel merasa kasihan juga. Meski demikian, dulu Alanlah yang menarik Jeff dari dunianya hingga ia tahu indahnya dunia luar. Garfield juga tahu sebenarnya Alan sangat mencintai Jeff, namun karena ketololannya yang tidak masuk akal ia menjadi seperti itu. Ia juga tahu Jeff masih mencintai Alan juga. Butuh waktu lama untuk sembuh dari depresinya waktu itu. Garfield mencoba berbicara dengan Ploy tentang Alan dan Jeff. Ploy juga sependapat. Ia juga tidak tega membiarkan masalah Alan dan Jeff berlarut-larut.


"Tapi, sepertinya Brandon suka sama Jeff Phi, dan berusaha mendekatinya. Kamu tahu kan waktu Jeff koma kemarin, ia ga pernah absen nungguin dan ngerawat Jeff. Dan sekarang sepertinya mereka semakin dekat bukan hanya hubungan dosen-mahasiswa menurutku, Phi. Mereka sering pergi berdua seperti ngedate gitu. Kamu yakin mau memberi jalan mereka untuk kembali bersama?" kata Ploy.


"Iya juga, honey. Aku tahu Alan selama dua tahun ini bukannya sama sekali tidk menemui Jeff. Ia selalu memantau Jeff dari jauh. Ia tahu apa yang dilakukan Jeff setiap hari. Dua tahun setelah putus, Alan sering ga ke bengkel. Apalagi kalau bukan nguntit Jeff", sambung Garfield.

"Iya, Phi aku juga sering lihat Alan di parkiran kafe, pakai Rubcon hijau Army, Jeff ga tahukah, Phi kalau Alan nguntit dia?" tanya Ploy.

"Mobil itu baru dibeli Alan setelah mereka putus. Mungkin Alan sengaja biar Jeff ga nyadar kalau dikuntit ma dia", jelas Garfield.

"Gini aja, Phi. Ntar di kafe aku coba cari cara supaya Jeff tahu kalau Alan depresi. Kita lihat reaksinya. Apakah dia masih peduli. Gimana?" Ploy mengutarakan rencananya.

"Ok, honey. Just do it. I will ask Babe to keep an eye on Alan", Garfield menyetujui rencana istrinya. Ia tahu mungkin akan sulit tapi mereka harus berjuang. Mereka hanya ingin kebahagiaan Alan dan Jeff. Sudah cukup melihat keduanya sama-sama terluka dan terhalang ego untuk kembali.

***

Keesokan paginya, sperti yang direncanakan Garfield pergi ke bengkel Alan. Ia bertemu teman - temannya dulu dan berbasa-basi sebentar, lalu berjalan mencari Alan seperti yang ditunjukkan teman- temannya. Di belakang bengkel, ia melihat Alan duduk termenung sambil merokok tanpa menikmati. Ia dapat mendengah healaan napas berat tiap saat ia menghembuskan asap rokok itu. "Terlalu menyedihkan" batin Garfield. 

Garfield berjalan mendekati Alan dan duduk di sebelahnya. Tak dapat ia pungkiri wajah Alan yang sangat tidak terurus. Pipinya tirus, kusam, dan sepertinya ia tidak pernah menyisir rambutnya, meskipun sudah tidak gondrong. Garfield sangat prihatin melihatnya. Alan terkejut. Pasalnya, sudah 2 tahun sejak ia putus dengan Jeff, Garfield resign dari bengkel dan tidak mau bertemu dengannya. Ia bertanya - tanya apa yang membawa Garfield datang ke bengkel. Apakah ia minta bekerja di bengkelnya lagi? Ia dengar Garfield berbisnis onderdil mobil sekarang, jadi ia pasti tidak sedang mencari pekerjaan.

"Hi, Alan", sapa Garfield tersenyum.

"Hey, Garfield. Lama tak bertemu", jawab Alan datar.

"Alan. Ada yang ingin kubicarakan denganmu", sambung Garfield.

"Oh ya? Tentang?" Alan masih kelihatan tidak tertarik.

"Jeff", jawab Garfield singkat namun membawa dampak hebat bagi Alan. Alan menoleh dan kemudian mengguncang - guncang tubuh Garfield dengan kasar.

"Jeff? Kenapa Jeff?! Katakan!!" teriak Alan. Ia sangat terpukul mendengar Jeff koma waktu bahkan untuk menjengukpun tidak bisa karena keluarga Jeff masih sangat marah padanya. Namun Ia maklum karena sumber penderitaan Jeff memang dirinya.

Garfield menghela napas. Ia tidak heran reksi Alan akan seperti itu. Ia tahu Alan khawatir karena Jeff koma selama 3 bulan dan ia belum tahu kabar terbaru Jeff.

"Jeff.. Jeff sudah sadar, Lan. Sudah 2 minggu ini. Aku sebenarnya masih marah denganmu tapi aku semakin tidak ingin melihat Jeff menderita. Dan juga..kamu." jawab Garfield.

"Apakah kalian sudah memaafkanku? Ah.. terimakasih. Tapi Jeff? Tidak kurasa. Jeff tidak memaafkanku. Terakhir aku ke condonya dia tidak membiarkanku masuk. Dia bilang sibuk mengerjakan skripsi hingga kecelakaan itu terjadi." sambung Alan.

Garfield berkata," Alan. Aku tahu kamu sebenarnya sangat mencintainya. Kamu terlalu bodoh untuk membuat keputusan itu dulu. Kenapa kamu selalu mengungkit masalah kesenjangan usia sementara Jeff tak pernah peduli sekalipun. Ia hanya tahu ia mencintaimu. Sudah itu saja." 

"Aku tahu. Kamu datang untuk mengungkitnya lagi?" tanya Alan menampakka ekspresi tidak sukanya.

"Bukan. Aku datang untuk membantumu kembali pada Jeff. Aku melihat Jeff sepertinya sudah melupakanmu namun sebenarya belum. Ia masih sering menangis dan ia menjadi semakin pendiam." jawab Garfied.

"Tapi Jeff menolakku waktu itu", balas Alan.

"Oh, ya, juga dosennya, Brandon, mengejarnya sepertinya. Apakah kamu akan menyerah begitu saja?" tantang Garfield.

Mendengar itu Alan terbakar. Wajahnya memerah, dadanya panas dibakar cemburu. Ia tentu saja tidak akan rela Jeff menjadi milik orang lain.

"Apakah Jeff akan menerimaku kembali?" tanya Alan gamang.

"Semoga. Kamu harus berjuang lebih keras. Kau tahu kan Jeff sulit membuka hati. Menurutku sebenarnya ia hanya tak ingin terluka lagi, lebih dalam. Aku juga tahu, Lan, kamu selalu memantau Jeff. Tapi Jeff tidak tahu makanya mungkin ia mengira kamu sudah ga peduli lagi sama dia." sambung Garfield.

Alan terdiam. Ia seolah sedang mencerna perkataan Garfield tentang Jeff. ia seperti tidak percaya. Mengingat waktu itu di condonya Jeff sangat dingin dan kelihatan sangat membencinya.

*** 

Jeff sedang sibuk membantu Phi Ploy di kafe mereka. Brandon juga di sana, mengerjakan pekerjaannya di meja dekat bar sambil sesekali mengamati Jeff yang sedang bekerja. Ia juga sering tersenyum melihat Jeff. Ia sudah merasa jadi pacar Jeff meski ia belum mengatakannya dan Jeff tampaknya juga tidak masalah dengan kedekatan mereka.

Tiba-tiba Jeff berteriak girang. Brandon melihat sumber kegembiraan Jeff. Ia belum pernah melihat Jeff seperti itu. Seorang pemuda tinggi dengan bahu lebar, wajah putih bersih dan tampan dengan senyum lebar masuk ke dalam kafe. Ia bertanya - tanya siapakah pemuda itu?

"Semoga bukan pacar Jeff", batin Brandon.

Charlie, pemuda 2 tahun diatasnya yang ia anggap kakaknya ketika di rumah Tony, masuk ke kafe. Jeff senang melihat kedatangan Charlie. Ia berlalri dan memeluk Charlie. Brandon melihat adegan itu tidak suka. Ia cemburu. Bahkan Jeff yang introvert bisa seceria itu. Jeff mengamit lengan Charlie dan mengajak Charlie duduk di meja yang kosong.

"Phi, mau makan apa? Minum apa? Aku senang Phi melihatmu. Sudah lama tidak bertemu." pekik Jeff girang.

"Hmm...sudah lama ya, Nong. Sejak kamu diadopsi keluarga Aiemkumchai dan keluar dari bengkel Lung..." Charlie mengehentikan kalimatnya, mengigat kisah Alan dan Jeff yang tragis.

"May pen rai, Phi. I am okay." jawab Jeff berpura - pura baik - baik saja.

Nothing Gonna Change My Love For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang