Aku absen seminggu ga update kemarin karena gerd parah huhuhuhu maaf ya jadi agak lama bab ini 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Semoga kalian suka, maaf agak berantakan dikit soalnya buru-buru hehehe
Happy reading!
Jangan lupa VOTE DAN KOMEN YA!
***
Mengetahui Nael duduk di sebelahnya membuat Bebi rasanya ingin bangkit dan menghilang dari ruangan itu secepat yang ia bisa--tapi terlambat, pintu hall sudah tertutup dan kini upacara pembukaan orientasi segera dimulai, ia sekarang terjebak.
Bebi berpikir keras. Tiba-tiba bangkit dari kursi dan keluar dari hall akan terlalu menarik perhatian murid-murid lain, dia nggak mau first impressionnya ke anak P.I.S jelek, kalau bertukar tempat duduk dengan Lunar juga akan terlalu kentara dan mungkin membuat Nael curiga.
Ah shit! Bebi mengusap wajahnya kasar. Dia lalu memutuskan untuk tetap tenang dan berpura-pura seolah-olah tak ada yang terjadi.
Bebi bertanya-tanya hal buruk apa yang dia lakukan di masa lalu sampai tuhan harus membuatnya menghadapi situasi sulit seperti ini. Seolah nggak cukup dengan kejadian koper kemarin, sekarang Bebi masih harus berhadapan dengan cowok pemarah itu.
"Lo nggak apa-apa di sebelah Nael?" bisik Lunar cemas.
Bebi mengangguk lemah, tapi nggak terpikirkan untuk meyakinkan Lunar dengan kata-kata karena sebenarnya dia juga nggak yakin akan baik-baik saja di sebelah cowok itu, mengingat kejadian kemarin benar-benar membuat situasi di antara mereka menjadi tegang.
"Lo mau tukeran nggak? Nggak kan? Soalnya gue juga nggak mau," kata Lunar sambil menatap Nael ngeri.
Bebi memutar bola matanya.
"Yaudah, Beb, tenang aja. Kita masih di hall, nggak mungkin dia berani bikin masalah di sini." Lunar mencoba menenangkan Bebi.
Bebi mengangguk sebelum akhirnya menoleh refleks ke arah Nael.
Cowok itu tampak tenang, duduk dengan tatapan yang mengambang ke arah podium, mengabaikan ketiga cowok di sebelahnya yang terlihat asik mengobrol, seolah ia punya dunianya sendiri. Mata Bebi terus memperhatikan setiap gerakan dan ekspresi wajah Nael tanpa sadar, mencoba membaca apa yang ada di balik tatapan kosong dan wajah dinginnya. Kalau dilihat sedekat ini, Bebi akui Nael lumayan tampan. Kalau saja nggak ada luka di pelipis dan sudut bibirnya, cowok itu mungkin akan lebih bersinar dari pada cowok berambut ikal di sebelahnya. Siapa namanya? Ah ya Hazel, batin Bebi.
Tapi pikiran Bebi terputus ketika Nael tiba-tiba saja menoleh ke arahnya. Cewek itu gelagapan, panik dan buru-buru membuang pandangannya ke arah lain.
"Ada yang salah?" tanya Nael. Matanya yang tajam menatap Bebi seolah mencoba membaca isi pikiran cewek itu.
Bebi buru-buru menggeleng.
"Lo nggak salah kursi kan?" tanya Bebi berusaha menutupi ketegangannya. Dia nggak boleh kelihatan lemah di depan cowok ini.
"Kursi ini kosong kan? Jadi nggak ada yang salah," jawab Nael dengan santainya.
Cowok itu lalu mengalihkan perhatiannya pada nametag yang tertera di seragam Bebi. Matanya lalu berkilat, diiringi oleh senyum miring yang membuat Bebi mendadak was-was dan menutup dadanya dengan kedua tangan.
"Bebi Alexa Gianni," ucap Nael pelan sambil mengeja kembali nama Bebi yang tadi dibacanya.
"Kenapa?" tanya Bebi sinis.
Nael mengangkat satu sudut bibirnya dengan angkuh, seolah menikmati efek intimidasi yang dia timbulkan pada Bebi.
Cowok itu lalu menggeleng.
"Nggak, gue cuma penasaran sama nama cewek ceroboh yang berani bikin kaki gue cedera kemarin," ucap Nael tajam.
Bebi melotot, nggak terima dengan perkataan Nael itu. "Oh, jadi lo masih ngomel-ngomel soal itu? Seriously, dude, get over it! Itu kan cuma kecelakaan."
"Oh jadi selain ceroboh, lo juga seenggak tahu diri itu ya," balas Nael, masih dengan wajah lempengnya.
Bebi mendengus kesal. "Lo itu nggak kenal gue, tapi udah langsung ngejudge gue kayak gitu? Keren banget deh."
"Well, gue bisa jadi nggak akan kenal lagi sama lo setelah ini. Soalnya, nggak ada yang spesial dari cewek manja, ceroboh, nggak tau diri dan nggak bisa jaga barang bawaannya sendiri." Nael balik menyerang dengan nada acuh tak acuh yang berhasil membuat Bebi terdiam sejenak. Dia merasa kesal dan terhina oleh perkataan Nael, tapi dia juga nggak mau menunjukkan kelemahan di depan cowok psyco itu.
"Wow, big talk from someone who can't even handle a little accident," balas Bebi dengan nada sinis.
Nael melotot nggak percaya. "Lo masih bisa-bisanya bilang little accident?!"
"So what? Gue nggak lihat lo harus pakai penyanggah atau kursi roda. Maybe you should focus on being less of a bully dan jadi manusia yang lebih baik lagi," ejek Bebi.
"So funny, denger kalimat itu keluar dari orang yang bahkan nggak bisa minta maaf dengan benar," balas Nael cepat.
Bebi terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Nael. Dia sebenarnya tahu bahwa dia mungkin memang bersalah dalam insiden koper kemarin. Dia memang ceroboh nggak memegang koper dengan benar dan memilih fokus pada chat Lunar di ponselnya. Tapi egonya nggak membiarkannya mengakui hal itu.
"Gue udah bilang sorry, what more do you want from me? Blood?" cibir Bebi.
Nael mengangkat satu alisnya dengan dingin. "Lo tau? Minta maaf tanpa rasa bersalah itu lebih terdengar kayak penghinaan."
Bebi memutar bola matanya jengah.
"Gue udah minta maaf, dan kalau lo nggak terima... itu urusan lo," jawab Bebi ketus.
Nael tersenyum mengejek. "Tipe respon dari orang yang berpikir dunia berputar di sekeliling mereka."
Bebi mendengus kesal, mencoba menahan diri agar nggak meledak lebih jauh. "Ugh, whatever!"
Terlihat di depan panggung seorang wanita tua dengan setelan jas berjalan ke tengah podium. Bebi mencoba untuk tetap tenang, fokus pada pengarahan yang sepertinya akan dimulai.
"Lo tau, gue bisa buat hidup lo di sekolah kayak neraka kalau gue mau," bisik Nael tiba-tiba.
Bebi menatap Nael dengan tatapan tajam.
"Coba aja," ucapnya dengan nada menantang.Lunar yang duduk di sebelah Bebi menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah khawatir.
"What a mess," gumamnya frustrasi.
***
Gimana? Komen ya!
Mending adain second lead atau fokus di mereka berdua aja?
Ketik "next cantik" untuk bab selanjutnya hihihihi
See youuu secepatnya 🥰🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Prestige International School; NAEL
Teen FictionSatu tahun pertama di Prestige International School, Bebi bisa menarik kesimpulan kalau: Nael adalah sosok yang harus dia hindari. Nael si cowok berandal, mesum, nolep, nggak punya masa depan, tukang bully, ditakutin sama satu sekolah, dan ribuan a...