Peringatan Dini

607 75 51
                                    

Yey upload lagi!

Makasih ya kamu yang udah baca 2 bab pertamaku kemarin 🫶🏻

Aku akan bersemangat latihan menulis terus.

Jangan lupa vote dulu bab ini sebelum membaca ya!

Happy reading gaes!

***

"Astaga koper gue nggak kenapa-kenapa kan?!"

Nael menoleh mendengar pekikan itu, menemukan cewek jangkung dengan setelan blazer maroon dan boot heels hitam tengah memeriksa koper pinknya dengan wajah panik.

"Ya ampun untung nggak kenapa-kenapa," katanya lagi, kali ini dengan wajah lega.

"Sinting!" Benar-benar di luar akal sehat, kaki Nael rasanya kayak habis dipukul keras pakai besi dan si cewek berambut pirang dengan bandana putih itu malah lebih mengkhawatirkan koper sialannya.

"Heh! Lo!" panggil Nael.

Suasana di sekitar mendadak senyap. Bahkan angin rasanya nggak berani mengeluarkan suara sedikitpun. Sanji dan Hazel pun ikut diam dan memilih untuk nggak ikut campur, sama dengan apa yang dilakukan oleh semua murid yang ada di depan pintu masuk lobi.

Semua nggak tanpa alasan. Sejak Elementary School nama Nael sudah terkenal di kalangan P.I.S. Dinobatkan menjadi cowok paling ditakuti dan dihindari seluruh murid. Nael nggak akan segan menghajar siapa pun yang mencari masalah dengannya, beberapa bahkan ada yang berakhir di UGD. Tapi meski begitu, nggak ada yang berani melawan Nael, apalagi begitu tahu nama 'Tedjakusuma' melekat di belakang nama cowok itu. Semuanya sontak mundur dan memilih untuk nggak berurusan dengan putra dari keluarga konglomerat sekaligus donatur terbesar di Prestige.

Nael berjalan mendekat. "Lo yang punya koper itu? Koper lo hampir nyelakain gue."

Cewek itu menoleh, wajahnya yang memerah efek berlarian mengejar koper sekarang terlihat lempeng-lempeng aja menatap Nael.

"Iya, tadi koper gue nggak sengaja tergelincir jadi–OMG!" Ucapan cewek itu terputus.

Nael menatap bingung sambil menunggu reaksi berikutnya. Tapi bukannya meminta maaf atau menunjukkan rasa simpati, ekspresi cemas di wajah cewek itu justru berubah menjadi kepanikan yang lebih besar.

"Oh my god my nails! Seriously?! Gue kan baru manicure kuku ini kemarin dan sekarang... Liat deh! It's broken!" ucapnya dengan wajah sedih sambil menunjukan salah satu kuku tangannya ke arah Nael.
 
Dahi Nael mengerut. Dia nggak bisa percaya bahwa dalam situasi seperti ini, satu-satunya yang membuat cewek itu khawatir bukanlah kondisi dirinya, melainkan satu kuku jelek yang nggak penting itu.

"Are you kidding me?" semprot Nael. Matanya melotot tajam. Kali ini cowok itu nggak bisa menahan diri untuk nggak meledak. Kesabarannya habis sudah. "Lo gila ya! Kaki gue–"

"Bebi! Lo udah sampai juga? Masuk yuk!" Ucapan Nael terputus. Lunar datang mengintervensi dengan wajah yang penuh antisipasi. Cewek itu sepertinya sadar jika sahabatnya dalam masalah sekarang. Dan sebelum Nael melakukan apa pun, Lunar harus berbuat sesuatu. Cewek lalu bergerak cepat, menggandeng tangan Bebi dan menariknya menjauh dari hadapan cowok psyco itu.

"The hell! You're just gonna hit and run?! Bukannya lo harusnya minta maaf ya?" Ucapan Nael sontak membuat langkah Bebi terhenti.

Bebi menoleh, meski Lunar sudah menarik-narik tangannya dan mengisyaratkan Bebi untuk nggak menghiraukan Nael. Tapi sepertinya Bebi terganggu oleh ucapan Nael barusan.

"Lo denger nggak? Koper lo nabrak gue!" kata Nael lagi, kali ini dengan nada yang lebih dingin dan terasa mengintimidasi.

Bebi mulai merasa nggak nyaman dengan sorot mata tajam Nael yang menatapnya. Dia mencoba menjelaskan, "Sorry, gue nggak sengaja, kok. It's totally accident, kecelakaan. Koper gue tiba-tiba–"

Prestige International School; NAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang