12. Memori Yang Selalu Amerta [BONCHAP]

345 36 9
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----

"Kini, netraku hanya bisa melihat parasmu dari sekotak album, ragaku tak lagi bisa menyentuh ragamu, namun hangatnya perlakuanmu masih terasa jelas di ingatanku." - Nicholas Kysen.

----

"Sejauh apa pun jarak yang membentang memisahkan kita, Kakak akan selalu ada bersamamu, yakni di dalam hatimu." - Ethaniel Hema.

----

Empat tahun telah berlalu semenjak kepulangan Hema kepada yang Maha Kuasa.

Sejak saat itu, Jayendra, Samuel dan Jevan semakin mendekatkan diri kepada Nicho, mereka lah yang menggantikan peran Hema sebagai kakak, mereka juga membimbing Nicho selayaknya adik mereka sendiri, bahkan hingga remaja 19 tahun itu kini telah berubah menjadi seorang pria muda dengan segudang bakat.

Berkat bimbingan dari ketiga sahabat dari mendiang sang kakak, Nicho berhasil merebut kembali hak nya.

Ia berhasil merebut kembali Perusahaan milik ayahnya dan rumah mewah dengan sejuta kenangan yang pernah ia tinggali bersama dengan orang-orang tersayangnya. Bahkan kontrakan tempatnya dan Hema bernaung dari panas dan dinginnya bentala kini telah menjadi miliknya, ia sengaja membeli rumah itu agar semua kenangannya bersama sang kakak tetap terjaga.

Nicho tersenyum tatkala kakinya telah menginjak lantai ruang keluarga di rumah lamanya, rumah ini tak banyak yang berubah karena waktu itu Bibinya hanya sempat tinggal beberapa hari sebelum diharuskan pergi ke luar negeri bersama sang Paman, hanya ada para pelayan yang setiap hari membersihkan tempat ini tanpa berani mengutak-atik tata letak di setiap sudut ruangan.

Ditatapnya foto keluarga yang terpajang di dinding dengan berbagai macam ukuran, hingga netranya melihat ke sebuah foto berisi dua anak laki-laki dengan latar pantai dan senja di belakangnya.

Tiba-tiba saja ingatannya terseret kembali pada beberapa tahun silam.

Saat itu, dirinya bersama keluarga kecilnya sedang pergi ke pantai atas usulannya dan sang kakak, kedua orang tuanya pun hanya mengangguk menyetujui usulan kedua anak mereka itu.

"Kak! Liat nih istana pasir punya Nicho, bagus 'kan? Ga kayak punya Kakak!"

"Heh! Enak aja, punya Kakak juga bagus tau, wlek!"

Mereka saling meledek satu sama lain, tidak serius, mereka hanya bercanda sebagaimana saudara pada umumnya.

"Kakak, Adek! Sini dulu, kita makan siang!"

Teriakan sang Mama membubarkan aksi kejar-kejaran mereka di bibir pantai.

''Yang nyampe di Mama duluan, dia yang menang!"

[✔] ONE IN A BILLIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang