6. Bertemu?

1.2K 66 0
                                        

Typo bertebaran ~

***
"Manusia hanya bisa merencanakan, selebihnya hanya tuhan yang akan mengatur. "

-Zergan Adinata.

***

Kini, keluarga Mahendra tengah berkumpul bersama diruang keluarga atas permintaan Alvero. Ia ingin mengatakan hal penting katanya.

"Ada apa, al? Sepertinya kamu ingin membicarakan hal penting?" Tanya Sean membuka pembicaraan.

"Bunda.. ah, bukan. Wanita itu.." Alvero berucap lirih.

"Apa sih, Bang? Ngomong tuh yang jelas." Kaivan terlihat greget akan ucapan ambigu kakak keduanya itu.

Sean menghela napas sabar. "Ada apa? Kamu coba jelasin pelan-pelan."

"Tadi al ketemu bunda buat nanyain dia.. Adek ternyata engga sama, bunda. Bunda buang adek di depan rumah orang lain, pa." Kata Alvero dengan lirih.

"Apa?!" Teriak Sean, Arsen dan Kaivan bersamaan.

"Dia bahkan sempat ingin mengelak tadi." Jawab Alvero tersenyum kecut.

Sean merasakan dadanya berdenyut sakit. "Apa ini? Mengapa wanita itu bisa se-kejam itu pada putri kecilnya?" Batinnya.

"J-jadi.. selama ini kita di bohongi?" Sahut Arsen.

"Berarti Kai jahat, ya? Dengan gatau malunya, kai pernah cemburu sama dia. Karena bunda lebih milih bawa dia." Kaivan menundukkan kepalanya.

Arsen yang berada disebelah nya, mengusap punggung sang adek. "Sstt, lo ga salah. Jadi jangan sedih."

Sean mengusap wajahnya kasar, ia tak habis pikir dengan kelakuan 'mantan istrinya' itu.

"Kamu tau dimana rumah itu, al?" Tanya Sean lagi.

"Jalan xxx."

Deg. Arsen kembali terkejut.

"Itu.. itukan alamat nya Rumah Nana, adek kelas yang sempat Arsen ceritain."

"Mungkinkah, itu Nana yang sama?" Tanya Sean pada dirinya sendiri.

"Untuk sekarang, bisakah Arsen atau Kai mengajak Nana keluar? Papa akan ke rumahnya bersama Alvero."

Kaivan mengangguk. "Kai aja, kebetulan aku satu kelompok buat bikin makalah sama dia."

🌷🌷🌷

Buah Nanas.

Woi, keluar yuk.|

|Tumben, gamau ah
  Mager.

Ini buat ngerjain makalah,|
Lo jangan ke geer an, gua   
Jemput lo bareng Arsen.  

|Ck! Sialan lo.
|Yaudah iyaa🖕🖕

🌷🌷🌷

"Gimana, kai?" Tanya Sean.

"Aman, pa. Yaudah, aku berangkat bareng bang Arsen, ya."

"Iya, kalian pake mobil aja. Hati-hati."

•••

Sean dan Alvero Kini sudah berada di depan rumah yang sederhana, namun terlihat asri.

Sean maupun Alvero merasakan jantung nya berdegup kencang.

"Sudah siap?" Tanya Sean memastikan, dan dibalas anggukkan kepala dari Alvero.

Sean dan Alvero memasuki pekarangan rumah, ia ketuk pintu itu.

"Assalamualaikum, permisi." Ucap Sean sembari mengetuk pintu itu.

"Wa'alaikumsalam, tunggu sebentar." Jawabnya, tak lama pintu dibuka oleh Zergan.

"Siapa, ya? Eh, Alvero?" Ucap Zergan, Alvero tersenyum kikuk.

"Ada hal penting yang saya ingin tanyakan." Jawab Sean.

"Yaudah, mari masuk. Om, al." Zergan tersenyum lalu mempersilahkan masuk.

Mereka bertiga telah duduk diruang tamu.

"Maaf sebelumnya, apa benar. Sekitar 15 tahun lalu, ada seorang bayi perempuan bernama Nana, yang ditinggalkan didepan rumah, ini?" Kata Sean.

Deg. Perasaan Zergan tiba-tiba merasa tidak enak.

"I-iya, bener, om."

"Dia juga punya kalung seperti, ini?" Sean menggeluarkan kalung berbentuk bintang. Zergan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Sean dan Alvero sontak merekahkan senyumnya, benar. Anak kecil mereka ada disini.

"Ma-maaf sebelumnya, tapi kenapa tiba-tiba begini? Bukannya kalian yang membuangnya, kenapa kalian juga ingin mengambilnya kembali?" Tanya Zergan.

"Ini hanya sebuah kesalahan pahaman nak, Zergan. Om berpisah dengan istri om, dia membawa Nana dengannya. Om tak menyangka bahwa dia akan membuang Nana." Jelas Sean.

Zergan terdiam.

"Om mohon izin untuk membawa Nana kembali, Zergan. Apa perlu kita melakukan tes DNA?" Ucap Sean meyakinkan.

Zergan menggelengkan kepalanya,
ia tersenyum.

"Engga perlu, om. Aku percaya sama om, apalagi Alvero itu temen baiknya, aku. Aku cuma minta waktu 1 hari lagi buat relain Nana sama kalian."

Sean. Bernapas lega. "Sebelumnya, terimakasih karena kamu sudah merawat Nana sampai detik ini. Om gatau harus berbuat apa bila tak ada kamu."

"Makasih udah besarin adek gua, ze. Gua gak akan pernah lupa sama kebaikan, lo." Alvero yang dari tadi diam. Ikut berbicara.

"Engga apa-apa, Nana udah aku anggap adek sendiri." Jawab Zergan.

"Kalo begitu, om pamit. Kalo kamu butuh sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungi Alavero." Sean dan Alvero bangun dari duduk nya.

"Gua pamit, ze. Assalamualaikum." Alvero pamit.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan om, al." Setelahnya, Zergan kembali masuk.

"Bun, yah, Adek kecil Zergan udah ketemu sama keluarganya. Aku seneng, tapi sedih juga." Zergan berucap dengan sendu.

Satu notifikasi dari hpnya, membuat dia tersenyum kembali.

🌷🌷🌷

Anak kecik.

|Di potoin bang asen, itu yg   Belakang opet main ikutan aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Di potoin bang asen, itu yg
  Belakang opet main ikutan aja.
|Hehehe.

🌷🌷🌷

"Bahagia terus adeknya, abang. Jangan sampe senyumnya yang cantik itu hilang."

***

Makasih buat kalian yg udh vote, komen, dan follow aku, pren.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!!!

Nana Grizsella [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang