╭═══════════════╮
Happy reading
╰═══════════════╯
•
•
•
•
•
✎_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _Malio menatap sengit seorang gadis bertubuh mungil yang tampak menata banyak buku di sebuah rak. Sehabis meminta tanda tangan bu Sulastri tadi, Malio dan kawan-kawan bergegas menuju ruang BK, dan menyerahkan kertas itu. Tapi, Malio kembali masuk ke dalam perpus karena melihat sosok mungil yang baginya sangat menyebalkan bahkan hanya untuk di tatap mata.
Bu Sulastri sudah pergi, meninggalkan sekolah untuk acara penting. Tersisa gadis mungil itu dan Malio yang tiba-tiba mendekat tanpa rasa malu.
"Ngapain lo di sini?!" Tanya Malio ngegas, matanya menatap tajam presensi gadis mungil yang tengah berjinjit guna menaruh buku di rak atas.
Gadis itu menghela nafasnya panjang, kepalanya menoleh ke sana ke sini, memastikan jika Malio benar-benar tengah berbicara padanya.
"Kamu gak lihat aku ngapain?" Tanya gadis itu balik. Matanya yang indah berkedip pelan, wajahnya tak berpaling dari rak bukunya.
"Ngeselin banget lo?! Gue pites juga gepeng! Badan pendek mungil kaya semut aja belagu!" Malio mendelikkan matanya, wajahnya yang marah justru terlihat imut di mata gadis itu, Liliy Amber Jovanca.
Lagi, lagi. Malio menghina tinggi badannya yang hanya sepicik.
"Lio, kamu habis di hukum, kan tadi? Mending kamu balik ke kelas,Dari pada di hukum lagi." Ujar Liliy santai. Tak ada raut takut di wajah imutnya.
Malio semakin kesal melihat respon Liliy biasa-biasa saja, ah tidak sesuai ekspektasi nya! Padahal Malio berharap, Liliy akan kesal dan memakinya.
"Terserah gue lah! Lo juga, ngapain di sini?" Malio semakin mendekat, Liliy yang lagi-lagi terkejut memundurkan tubuhnya sedikit tersentak. Malio terkekeh geli melihat itu.
"Aku telat, ban sepeda aku bocor kena paku. Jadinya di hukum, tata buku ini." Liliy tersenyum merekah, pipinya menggembung lucu. Hidungnya yang mancung membuat wajahnya semakin serasi.
"Makanya, pake motor kek, atau mobil kek. Jaman sekarang masih pake sepeda? Ck, kuno!" Malio berdecak remeh, menatap Liliy yang sekarang hanya terkekeh kecil.
"Malio, aku bukan orang kaya seperti kamu. Aku cuma orang sederhana, rumah aku engga semegah rumah kamu, kedua orang tua aku bukan pekerja kantoran, ibu aku penjual tanaman, dan aku sendiri masih jadi beban buat mereka. Sepeda udah cukup buat aku, justru lebih dari cukup, karena sebelumnya aku cuma jalan kaki kalo pulang, dan berangkat pakai bus atau angkot. Sekali lagi, aku bukan orang kaya." Ujar Liliy sembari menatap Malio teduh, senyumnya yang manis terukir begitu indah di bibirnya.
Sedang Malio, laki-laki itu terdiam di tempatnya. Mata tajamnya menatap begitu intens Liliy yang kembali menata buku-buku di rak.
Wajah laki-laki itu mendatar, senyum tengilnya mendadak hilang.
"Gue emang berkelimang harta, tapi bukan itu yang gue butuhin." Setelah mengatakan itu, Malio pergi meninggalkan Liliy yang terdiam di tempatnya dengan tubuh kaku. Jantungnya mendadak berdetak kencang.
"Apa aku tadi salah bicara?" Gumamnya.
✎_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Liliy berjalan menuju kelasnya berada, menuntaskan hukumannya di perpus cukup membuat nya lelah. Beruntung Liliy membawa bekal dan air minum dari rumah, uang jajannya tak akan cukup untuk membeli makanan di kantin.
Sepuluh ribu... Hanya itu yang ia bawa.
Daripada di pakai untuk menjajankan dirinya, Liliy memilih untuk menabung uang jajannnya. Sebenarnya, jika Liliy ingin membeli makanan, bisa saja. Tapi, sekolah ini adalah sekolah elit milik Pak Prajana, sekaligus ayah Malio. Yang tentu saja, uang sepuluh ribu tidak akan berlaku di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alexithymia, Hug Me So Deep
Teen FictionCast : Taehyung Jennie ----- "Tau apa lo tentang gue?" "Hitam putih. Aku tau tentang hitam putih di antara mata kamu, Malio."