04

24 6 0
                                    

╭═══════════════╮
Happy reading
╰═══════════════╯





✎_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Sekolah di gemparkan dengan kabarnya seorang senior yang tak kalah tampan dari Malio dan arek-arek nya. Jendra, adalah senior yang sudah menghabiskan satu tahun sekolah di Amerika, lalu sekarang memutuskan untuk kembali lagi ke Indonesia. Jenjang pendidikan Jendra memang sesulit itu, bahkan ayah dan ibunya yang tidak menuntut nilai padanya pun ia acuhkan. Bagi Jendra, nilai adalah kekuasaan. Maka dari itu, Jendra akan memiliki kekuasaan itu dengan nilai yang di milikinya.

Seperti pagi ini, lapangan tengah ramai untuk di pergunakan sebagai apel pagi, seperti biasa pula. Jendra yang sudah berdiri di dekat bapak kepala sekolah itu menampakkan senyum ramah tamah kepada seluruh siswa di sana.

"Jadi, perkenalkan. Ini Jendra Danura, senior kelas tinggi yang akan melanjutkan jenjang pendidikan nya di sini. Sebelumnya, Jendra sudah bersekolah di sini, tapi karena rasa ingin tahunya yang besar, membuat Jendra bolak balik dari Indonesia-Amerika, begitu seterusnya. Nah, saya harap, Jendra bisa menetap di sini lebih lama, ya! Mari beri apresiasi untuk teman kalian ini!"

Serno—Selaku bapak kepala sekolah yang usai berbicara itu tersenyum ramah, yang kemudian di susul tepuk tangan meriah juga suara berisik dari para siswa.

Jendra menunduk, memberi rasa hormat. Maniknya menatap seluruh siswa di sekelilingnya. Rasanya, banyak yang berbeda di sini.

Sementara itu, Malio and the genk sudah grusak grusuk mencari masalah. Berbeda dengan Arsel yang anteng menatap sang crush dari jauh. Samudra terkekeh geli melihat resleting salah satu rok siswi di sisi kanan Arsel terbuka, lupa di kancingkan.

Malio sendiri sudah bergosip dengan Sekala, dua curut tampan itu memojokkan diri dari kumpulan manusia lainnya. Mereka berbaris di barisan belakang paling ujung, waktu luang mereka sempatkan untuk bergosip ria layaknya seorang ibu-ibu arisan.

"Dan lo tau gak? Jendra itu pernah pake sempak warna pink!" Bisik Malio, yang padahal suaranya tidak bisa di katakan pelan. Karena beberapa siswa-siswi menoleh kearahnya.

Sekala cekikikan layaknya kuntilanak merah, tangannya melambai gajen. "Oh ya? Ck, gue pernah liat dia pake kutang yang kegedean!" Sentak Sekala berbisik.

Lagi-lagi mereka berdua menjadi atensi teman-teman. Arsel yang baris dihadapan Malio itu menggeram kesal, "Malio! Sekala! Diem!" Gertak Arsel tegas.

Mendengar itu, Malio dan Sekala kompak terdiam dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Samudra yang masih gagal fokus dengan resleting rok siswi itu belum juga kelar, lihat sekarang, betapa nakalnya mata seorang Samudra.

"Kal, kayanya gue kebelet berak deh." Bisik Malio tiba-tiba. Siku nya menyenggol lengan Sekala di sampingnya.

Mendelik panik, Sekala justru menarik tangan Malio ke dalam genggamannya. "Al, lo jangan porotin dulu tai lo di sini, anjir! Nanti cewe-cewe pada jatuh cinta kalo liat tai lo yang gak kalah cakep sama pesona rupa monyet lo itu!" Bisik Sekala membalas.

Malio mengangguk semangat, "tapi gue gak tahan." Cicitnya.

Hingga akhirnya, Sekala mendelik lebih lebar, lalu menginjak kaki Malio sekuat mungkin. Malio menjerit nyaring, membuat pidato pak Serno terputus dan seluruh atensi teman-teman teralihkan. Tak jauh dari itu, Jendra sudah menahan tawa di sana.

"ARGHH!" Malio berteriak nyaring, otot-otot urat lehernya sampai terlihat. Tangannya meremas lengan Sekala dengan sumpah serapah dalam hati. Tidak apa-apa, demi acting! Demi tidur! Demi uks! Demi berhenti melihat pak Serno yang mukanya membosankan!

"Ada apa itu?!" Sentak pak Serno terkejut.

"Malio! Kenapa dengan Malio?!" Tanya bu Dira ikut panik.

"Eh, kak Malio kenapa?"

Sekala terlihat panik, raut wajahnya yang pintar ber-Acting itu membuat semua orang jadi ikut panik juga.

"Pak, bu! Malio sakit perut, aduh! Katanya rasanya kaya di tusuk-tusuk pake duri mawar! Gawat! Saya harus bawa Malio ke uks!" Ujar Sekala begitu keras dan cepat.

Anggota PMR mengangguk cepat, "bawa, Kal!! Tolong banget, ya! Gue gak kuat kalo bopong Malio yang kaya titan itu!"

Amir ikut sepakat, "betul! Gue gak mau badan gue jadi kripik cuma gara-gara gendong tuh raksasa!"

Mendengar itu, Malio menyeringai dalam diam. Ternyata ada untungnya ya memiliki badan tinggi, besar, dan gagah seperti ini..

"Iya, Sekala. Bawa Malio ke uks." Ujar pak Serno menyutujui usulan anggota PMR.

"Siap!!" Balas Sekala, begitu semangat.

Arsel mengumpat estetik, sementara Samudra sudah membenarkan resleting rok siswi itu.

Jendra jadi deja vu dengan tingkah Malio. Rasa rindu tiba-tiba menyerangnya.

✎_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Sesampainya di uks, Malio langsung menubrukkan diri pada kasur empuk itu. Sementara Sekala, laki-laki sedeng namun tampan itu tergeletak di lantai uks yang dingin. Katanya gerah, jadi itu bisa menjadi obat.

"Al, gue kemarin liat dia." Bisik Sekala, lirih.

Suasana hening yang teramat, membuat Malio bisa mendengar apa yang di katakan oleh Sekala. Laki-laki bak titan itu membuka mata, menatap langit-langit atap uks dengan tampang datar.

"Dan lo pikir, gue peduli? Gak, Kal. Gue udah gak mau lagi percaya sama mahkluk hidup di dunia ini." Malio mendecih lirih.

Sekala diam, matanya berkedip lambat, "lo yakin, Al? Tapi, kata bi enah, lo selalu mimpiin dia, lo selalu kebangun di tengah malam dan nangis sambil sebut nama dia. Lo gak cape, Al? Mau sampai kapan begitu?"

Tubuh Malio mendadak kaku, hatinya melecos, rasanya seperti di tikam sesuatu yang tajam. Kekehan kecil terdengar.

"Gue gak tau, Kal. Gue udah gak punya jalan hidup lagi. Gue gak tau mau gimana, gue cape. Kalo besok gue mati dengan keadaan menggantung, tolong turunin gue pelan-pelan ya, Kal. Gue takut kepala gue copot terus kepisah dari tubuh gue."

Malio tertawa, sementara itu Sekala terdiam untuk beberapa detik, sebelum laki-laki itu ikut tertawa nyaring juga. Keduanya sama-sama merasa ucapan Malio barusan adalah sebuah lelucon komedi yang patut untuk di apresiasi dengan tawa.

"Pasti. Gue juga kadang mikir, mati paling enak kaya gimana ya? Soalnya, gantung diri sakit nya kaya di sembelih katanya, potong nadi bisa jadi cuma koma, benturin kepala ke dinding nanti sakitnya luar biasa, terus kalo lompat dari gedung kayanya sakitnya sepuluh kali lipat." Tutur Sekala dengan tawa kecil.

Malio terkekeh, mengambil bantal di atasnya, lalu melemparkannya pada Sekala di bawah.

"Tidur, Kal. Nanti kita diskusikan lagi tutorial mati paling enak dan tanpa sakit." Bisik Malio tenang. Dan keduanya tertidur pulas di uks yang petang.

╭═══════════════╮
Alexithymia
╰═══════════════╯





✎_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alexithymia, Hug Me So DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang