BAB II Ikatan Jiwa

0 0 0
                                    

Pertunangan berjalan dengan Lancar, Kedua belah pihak Zahra Dan Ali Merasakan kelegaan atas Selesai nya Acara yang Mereka Inginkan selama ini. Tahap Demi Tahap sudah mereka lalui, sekarang Tinggal melaksanakan Pernikahan. Ya... Sebelum pertunangan terjadi kedua belah pihak sepakat bahwa Pernikahan akan dilangsungkan minggu depan, Tepat dihari lahir Zahra.
Semua Undangan pun sudah Dibagikan, mereka berdua hanya tinggal menunggu Hari H pernikahan mereka.
Zahra Sangat tak percaya bahwa Apa yang Ia inginkan dulu sekarang bertolak belakang. Rasa yang ia jaga setelah bertemu, hancur sudah saat mengetahui faktanya. Namun kendati begitu Zahra Sangat Bersyukur karena sudah dipertemukan dengan sosok Ikhwan yang sangat menghormati dirinya dan keluarganya. Walaupun awalnya ada penolakan darinya, tapi hal itu tak mengurungkan niat baik Ikhwan yang sebentar lagi menjadi suaminya. Hanya Syukur dan kebahagiaan yang Zahra rasakan sekarang. Tak ingin mengungkit masalalu yang sudah menyapa, Ia hanya Ingin ketenangan untuk melangkah kedepannya.
Pernikahan tiba, Pernikahan Antara Zahra dan Ali. Semua sudah disiapkan jauh jauh hari, tamu undangan sudah berdatangan silih berganti.
“ Ya Allah Hari ini, Hambamu MeMohon kepadamu Ya Rabbi. Lancarkanlah Acara ini dengan keberkahan dan Izinmu”
Ali selalu berdoa untuk Acara pernikahannya. Rasa Gugup yang menyelimuti berupaya menguasai ya. Hanya Ayat Ayat Al-Qur’an dan dzikir yang menenangkannya. Disisi Lain Zahra merasakan hal yang sama, Masih tak percaya bahwa sebentar lagi Ijab Kabul Dilaksanakan. Zahra begitu cantik dengan Baju Walimah yang sangat sederhana namun Memukau jiwa. Pacaran senyum tipis yang menghiasi wajah tak luput dari pandangan mata yang melihatnya.
Tiba saatnya Ijab Kabul
Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti (Zahra Aditia) alal mahri (seperangkat Alat Sholat) hallan
Artinya: “Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu, puteriku (Zahra Aditia) dengan mahar (Seperangkat Alat Sholat) dibayar tunai”
Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq
Artinya: “Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah”
Walhamdulillah Alhamdulilah Sah!!
Semua orang bergembira mendengarnya. Barakallah! Barakallah!
Zahra menangis dipelukan Umi nya, Ia tak menyangka Bahwa Ia sudah sah menjadi milik Ali. Tubuhnya bergetar senang.
Langkah Demi Langkah Zahra mulai keluar dari Kamar dan menghampiri Suaminya. Gugup saat jarak diantara mereka mulai memendek, Tangan yang mulai gemetar tak sanggup Ia Angkat tuk bersalaman dengan Ali terpaksa dibantu oleh Uminya.
“Nak... Sekarang Dia Istrimu begitu juga Kamu sekarang Suaminya. Sekarang Keluh Kesah, Suka Duka harus kalian Bagi bersama” Ucap Umi Ali.
“Iya Bu... Doakan Kami supaya Selalu dalam Keridhoan Allah” Ucap Ali
“Setiap Orang Tua hanya Ingin kebahagiaan untuk anak anaknya, Jadi tak perlu berkata seperti itu” Ucap Umi sambil memeluk Zahra dan Ali.
Sekarang Adalah Awal dari Rumah Tangga Ali dan Zahra, Dimana nantinya Mereka Tinggal Jauh dari Orang Tua karena Pekerjaan Yang Ali tempuh Di Jakarta. Berpamitan dengan rasa Yang begitu tak terkira dengan kedua orang tua mereka dan Beberapa Foto keluarga yang dibawa bersama.
“Nak... Jaga diri baik baik disana ya sayang, selalu beri kabar kepada kami”
“Jangan Sungkan untuk bercerita dengan Kami ya Nak” Ucap Orang tua Mereka
“U Umi... Zah Zahra bakal rindu sama Umi, Zahra belum siap berpisah sama Umi dan Abi” Ucap Zahra dengan Tangis
“Zahra... Nanti kalau Rindu sama Abi dan Umi bilang saja, Nanti Kita pulang bertemu mereka” Ucap Ali meyakinkan Zahra supaya tak menangis lagi
“Sungguh? Kita akan pulang kalau aku ingin pulang?” tanya Zahra dengan Ragu pada suaminya
“Sungguh” Ucap Ali sambil tersenyum manis kepada Zahra
Mereka Berpamitan untuk Pergi, Meminta Restu dengan segenap jiwa dan Berangan tuk kembali jika pekerjaan Ali selesai disana.
Mobil pun dinyalakan dan mulai berjalan pelan, Pertanda meninggalkan Orang Tersayang dan Rumah yang penuh kenangan. Zahra Hanya bisa menatap penuh tangis didalam jendela mobil, tak bisa berkata karena bibir bergetar lirih. Menoleh... Ya Zahra menoleh kesamping, ada tangan Ali dibahunya. Kaget? Itu yang dirasa Zahra, Walaupun Sudah Suami Istri tapi Zahra masih merasa canggung terhadap suaminya.
“Ada Apa? Janganlah menangis, nanti bisa macam panda loh kamu” ejek Ali supaya Zahra tak menangis lagi.
Diam hanya Diam lah yang diperlihatkan Zahra kepada suaminya.
“Gak Baik loh Diam tanpa berbicara sama suami” Ucap Ali memancing Zahra supaya Berbicara
“emmmm Gapapa” Ucap Zahra lirih
“Baiklah... Yaudah Istirahat saja dulu, kita Perjalan jauh nantinya” Ucap Ali
Zahra hanya mengangguk dan mengatur posisi untuk tidur sejenak sebelum sampai dibandara. Telfon berdering!!
“Assalamualaikum Ali
“Wa’alaikumusalam Iya Ga ada apa?”
“Kamu sampai Di Jakarta kapan?
“Mungkin Besok Ga, Nanti kalau sudah Sampai Di Jakarta Aku telfon lagi”
“Siplah... Oh ya Aku dah menemukan Rumah buat Kalian dan cukup lah buat Kamu sama Istrimu”
“Makasih Banyak Ya Ga sudah membantu dan Maaf kalau merepotkan”
“Bilang Apa kamu tu Al... Gak usah Makasih Kali, Sudah aku tutup dulu telfonnya mau antar anak kesekolah Wassalamu’alaikum”
“Iya Ga, Hati Hati Wa’alaikumusalam”
Angga Adalah teman Masa kecil Ali, Angga sangat membantu Ali disemua hal tanpa pamrih. Angga menganggap Ali seperti Adiknya sendiri Maka dari itu Angga sangat peduli terhadap Ali.
Tiba saat Zahra dan Ali sampai dibandara Jakarta. Zahra merasa bahwa Badannya mulai gak enak, Mungkin karena Perjalanan Jauh yang baru pertama Zahra Rasakan. Zahra Ingin memberitahu Suaminya namun merasa Tak enak bila Merepotkannya, Hanya bisa menggenggam tangan erat erat dalam menahan rasa dibadannya. Ali melihat Zahra dan merasa bahwa ada yang aneh terhadap Istrinya dan bertanya
“Ra... Kamu kenapa?”
“Aku... Aku gapapa”
“Janganlah menyembunyikan sesuatu terhadapku, bilanglah” “Apa Kamu kelelahan,Kamu sakit? ”
Mengangguk... Zahra Hanya Mengangguk kepada Ali menandakan bahwa Ia sedang gak enak badan. Ali mulai sangat Yakin dengan perkataan orang tua Zahra, bahwa Zahra Sangatlah mudah lelah dan jatuh Sakit. Mungkin karena Waktu lahir Zahra keluar dengan Usia Kehamilan yang masih Muda. Ali Bergegas Mendudukan Zahra Dikursi bandara dan segera memberikan Minum kepada Istrinya
“Ra... Ayo minum supaya lebih enakan”
Setelah memberikan Air Ali mengisyaratkan Zahra supaya bersender dibahunya, Namun Zahra Ragu untuk mengiyakan karena kondisi kepala yang begitu pusing, Karena terpaksa Akhirnya Zahra melakukannya. Ali mengirim pesan ke Angga untuk memberi kabar bahwa Dia sudah tiba Di Bandara Jakarta. Ali tak menelfon karena takut mengganggu Istirahat Istrinya.
• Assalamualaikum Ga Aku sudah sampai dibandara.
• Wa’alaikumusalam Baik Al aku akan kesana bersama Istriku
• Baik Ga, Terima kasih dan Ya ini Zahra Kelelahan saat perjalanan
• Astagfirullah, Ok nanti aku bawakan Kursi roda Buat Istrimu. Jaga Jaga kalau ada apa apa, Tunggu disana ini mau perjalanan.
• Makasih ya Ga
Angga sampai dibandara dan menghampiri Ali yang masih menopang Zahra yang sedang Istirahat. Angga berbicara pelan ke Ali.
Al Gimana?
Tunggu sebentar.
Ok!
Menunggu beberapa menit akhirnya Zahra terbangun dan terkejud ternyata Sudah Ada 2 orang Asing dihadapkannya. Zahra menoleh ke Arah suaminya pertanda Bahwa bertanya siapa mereka berdua.
Ra... Ini Angga dan juga Istrinya, Angga teman sekaligus Kakak bagiku. Mereka yang Akan membantu kita disini.
Zahra Mengangguk, menyapa keduanya. Setelah berbincang bincang, Zahra berusaha berdiri. Namun apa mau dikata Kaki Zahra masih enggan menopang tubuhnya, segera Ali menahan tubuh Zahra sebelum Jatuh dan Mendudukannya Dikursi roda. Mereka beranjak meninggalkan bandara menuju Rumah yang sudah disiapkan oleh Angga. Sesampainya dirumah Angga pamit pergi bersama Istrinya.
Al... Kita pamit dulu ya sudah mau malam, takut mengganggu Istirahat kalian. Nanti kalau ada Apa apa kabari Kami ya, Jangan segan Ok!
Makasih Banyak Ga, sudah membantu kami dan maaf kalau mengganggu waktu kalian.

Apa yang Kamu katakan? Terima kasih? Gak ada kata seperti itu diPersahabatan kita kamu tau itu.
Baiklah Hati Hati saat Pulang.
Siap... Kita Pamit dulu Al, Zahra.
Pamit dulu Zahra, salam dari Kakak ya. Seperti Al dan Mas Angga, Kakak ingin Kita seperti mereka
In Syaa Allah kak, Zahra juga menginginkan hal yang sama dengan Kak Liya.
Assalamualaikum
Wa’alaikumusalam
Ali dan Zahra Sekarang hanya berdua didalam rumah baru mereka. Zahra tetaplah merasa canggung terhadap suaminya walaupun seharian sudah dijaga oleh Ali,Ali mulai mendekati Zahra pelan pelan. Yang membuat Zahra kebingungan untuk berbuat apa, Hanya gugup yang menyertai dirinya.
“Ra... Apa kamu mau mandi?” Ali berbisik ditelinga Zahra
Zahra yang mendengar hal itu terkejut, Apa? Dia menanyakan Mandi padaku? Tanya Zahra dalam Hati.
“Emmm... Aku nanti aja”Jawab singkat Zahra.
“Ra... Kenapa kamu enggan menyebut namaku?Apa kamu tidak menyukaiku? Apa kamu masih merasa Asing terhadap Aku?”
“Maafkan Aku... Aku belum terbiasa soal ini, Masih belum percaya kalau Aku sudah Sah menjadi Istrimu”
“Ra... Kalau ada suatu hal yang ingin dibicarakan bicaralah jangan Sungkan, Kita sudah suami Istri keterbukaan penting dalam hubungan kita”
“Maafkan Aku soal itu”
“Baiklah Gapapa, Aku mau mandi dulu. Nanti kalau mau mandi bilang saja, biar aku siapkan Air hangat buatmu”
“Baik...”
Ali beranjak membuka tas untuk mengambil handuk, baju dan Bergegas ke Kamar mandi. Ali sekarang Ada dikamar Mandi. Zahra mulai Berdiri dari Kursi dan menata Barang Barang Yang Ada di Tas Mereka. Betapa terkejudnya Zahra diantara Barang Barang didalam Tas terdapat Buku pemberiannya Kepada Ali dulu. Zahra Membuka penuh kehati hatian, Dia menemukan foto Gadis Kecil yang begitu menggemaskan. Cantiknya Maa Syaa Allah gumam Zahra, segera mengambil foto tersebut dan kembali menata Barang ke Lemari. Pintu Kamar Mandi terbuka, Tapi Zahra tak menyadarinya karena Kefokusannya menata Barang Barang mereka. UHUUKK!! Ali Batuk untuk menyadarkan Zahra Kalau dia sudah selesai Mandi. Zahra menoleh Ke Arah Ali dengan Tatapan bingung dan polos.
“Kenapa Kamu menata Barang Barang Ra? Kamu Istirahat saja tadi biar Aku yang menatanya”
“Tidak tidak Papa Aku sudah Baik Baik saja kok, Ini Siapa?” Zahra menyodorkan foto yang Dia temukan tadi.
“Dia? Dia Ponakanku Aisyah Namanya, Kemarin saat pernikahan Kita Orang tuanya tidak bisa datang karena diluar kota ada urusan Yang tidak bisa ditinggalkan.
“Emmm Emmm... Kapan Aku bisa bertemu dengannya?”
“Sabar Ya... Nanti kalau masanya kerja Libur kita akan pulang bertemu dengannya atau nanti Kita yang Minta Mereka bertemu dengan Kita”
Zahra Mengangguk dan segera menutup lemari yang sedari tadi terbuka.
“Oh Ya Ra... Kamu gak mandi? Segeralah Mandi, Lalu kita Sholat berjamaah untuk pertama Kalinya”
“Baik...”
Ali menyiapkan Sajadah dan Mukena Zahra untuk Sholat. Disela waktu menunggu Zahra Selesai Mandi, Ali membaca Ayat Ayat Al-Qur’an yang selalu menjadi Kebiasaan nya Selama ini sebelum waktu Sholat tiba. Zahra Selesai Mandi, Membuka pintu dan keluar. Suara Ayat Al-Qur’an yang sangat Merdu Gumam Zahra dalam Hati sambil melihat Ali yang duduk sembari membaca. Zahra tak ingin mengganggu Ali yang sedang membaca Al-Qur’an, berjalan pelan menuju lemari untuk mengambil Sajadah dan Mukena. “KREEEKK” pintu lemari terbuka. Ali menyadarinya.
“ Kamu Mencari Apa Ra?”
“Aku Lagi Mencari Mukena tapi kok gak ada? Tadi Aku menaruhnya disini.”
“ Mukena dan Sajadahmu sudah disini, Kemari”
Zahra Mendekat Ke Arah Ali, Duduk dibelakangnya.
“Ra aku boleh minta sesuatu untuk pertama Kalinya?”
“Panggilah Aku sesuai yang Kamu Mau atau panggil namaku supaya saat setiap kamu menjawab pertanyaan ku terselip namaku, dan Bisakah Kamu membacakan Ayat Al-Qur’an Kepadaku walaupun sedikit? Aku ingin mendengarkan suaramu untuk kedua Kalinya atau Bahkan setiap Harinya saat bersamamu”
“Ba Baik Mas... Aku akan membacakan Surat Yang Mas Minta”
“Terima kasih Banyak Zahra”
Ali ingin Memeluk Zahra tapi Zahra Langsung membacakan Ayat Al-Qur’an. Ali tidak ingin Mengganggu nya, dan mendengarkan setiap Ayat yang Zahra Bacakan. Suara Yang Merdu, dengan Paras yang polos serta Menyejukan Mata yang sedang Melihat Membuat Tubuh mulai terlelap. Ali mulai Mengantuk, dan Perlahan Jatuh dengan Kepala yg jatuh diKaki Zahra yang sedang mengaji. Zahra terkejud dan menghentikan Bacaanya.
“Betapa Tak fahamnya Aku, Mungkin Mas Ali Kelelahan selama Perjalanan, Walaupun Mas Ali tak mengatakan Harusnya Aku memahaminya. Mas Ali begitu Sabar menghadapiKu, Sekarang Aku harus Seperti yang kebanyakan wanita yang sudah menikah” Gumam Zahra dan berkata tegas terhadap dirinya.
Zahra membiarkan Ali tidur dipangkuannya. Rasa Capek yang menyelimuti Ali tak bisa difahami oleh Zahra. Zahra Mulai menata posisi Ali dengan Sangat Pelan supaya tak terbangun disela tidurnya.
“KREEEKK” pintu lemari terbuka. Ali menyadarinya.
“ Kamu Mencari Apa Ra?”
“Aku Lagi Mencari Mukena tapi kok gak ada? Tadi Aku menaruhnya disini.”
“ Mukena dan Sajadahmu sudah disini, Kemari”
Zahra Mendekat Ke Arah Ali, Duduk dibelakangnya.
“Ra aku boleh minta sesuatu untuk pertama Kalinya?”
“Panggilah Aku sesuai yang Kamu Mau atau panggil namaku supaya saat setiap kamu menjawab pertanyaan ku terselip namaku, dan Bisakah Kamu membacakan Ayat Al-Qur’an Kepadaku walaupun sedikit? Aku ingin mendengarkan suaramu untuk kedua Kalinya atau Bahkan setiap Harinya saat bersamamu”
“Ba Baik Mas... Aku akan membacakan Surat Yang Mas Minta”
“Terima kasih Banyak Zahra”
Ali ingin Memeluk Zahra tapi Zahra Langsung membacakan Ayat Al-Qur’an. Ali tidak ingin Mengganggu nya, dan mendengarkan setiap Ayat yang Zahra Bacakan. Suara Yang Merdu, dengan Paras yang polos serta Menyejukan Mata yang sedang Melihat Membuat Tubuh mulai terlelap. Ali mulai Mengantuk, dan Perlahan Jatuh dengan Kepala yg jatuh diKaki Zahra yang sedang mengaji. Zahra terkejud dan menghentikan Bacaanya.
“Betapa Tak fahamnya Aku, Mungkin Mas Ali Kelelahan selama Perjalanan, Walaupun Mas Ali tak mengatakan Harusnya Aku memahaminya. Mas Ali begitu Sabar menghadapiKu, Sekarang Aku harus Seperti yang kebanyakan wanita yang sudah menikah” Gumam Zahra dan berkata tegas terhadap dirinya.
Zahra membiarkan Ali tidur dipangkuannya. Rasa Capek yang menyelimuti Ali tak bisa difahami oleh Zahra. Zahra Mulai menata posisi Ali dengan Sangat Pelan supaya tak terbangun disela tidurnya. “KRING!!” Alarm Berbunyi, Zahra mulai berdiri dan ingin Mematikannya Supaya tak membangunkan Ali yang Baru saja tertidur. Apa Daya Mukena Zahra terhimpit badan Ali Sobek karena tertarik oleh Zahra karena Kepanikannya. Ali terbangun tanpa diduga, betapa terkejudnya Ali melihat Mukena Zahra yang Sobek.
“Ra.... Mukena mu Sobek, Maafkan Aku”
“Tidak Papa Mas, Mas Ali tak sengaja kan”
“Nanti Aku akan membelikan Mukena ya Ra”
“Tidak Usah Mas, Lagi pula masih bisa dijahit lagi kan? Jadi bisa digunakan Lagi”
“Baiklah kalau itu yang kamu mau Ra, Sudah waktunya Sholat Sunnah. Aku Ambil Wudhu dulu”
“Baik Mas”
Ali beranjak pergi dan mengambil Wudhu, Selepas Wudhu mereka berdua Sholat Sunnah Berjamaah pertama buat mereka berdua. Bacaan Ali yang merdu membuat Zahra Sangat teliti mendengarkan nya.
Sholat Sunnah Sudah Selesai mereka Lakukan bersama, giliran Doa yang harus diuntaikan mereka berdua.
“Bismillahirohmanirohim...”
Zahra Meng- Aminkan setiap Doa yang Dipanjatkan Ali.

Cinta Yang TerkoyakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang