11. SISI LAIN ABANG 🦣

1K 153 36
                                    

[SISI LAIN ABANG]

▪️▪️▪️

Detak jantung yang menggebu serta seluruh tubuhnya yang gemetar sebagai tanda jika Gema sedang dilanda ketakutan yang tak terkira. Melihat adiknya terbaring lemah di sudut ruangan membuat Gema sangat panik, ia sangat takut jika adiknya kesakitan.

"Apa kau takut adik kesayanganmu itu mati, hm?" Suara berat nan serak memasuki gendang telinga Gema, perlahan ia alihkan pandanganya kepada sosok lelaki dewasa di depannya.

"Awan masih hidup" cicit Gema yang sangat yakin adiknya pasti selamat.

Lelaki tadi tertawa sinis mendengar cicitan anak kecil berusia sembilan tahun yang sekarang sangat pucat, entah karena takut akan dirinya atau ia takut terjadi sesuatu terhadap adiknya.

Perlahan lelaki menyeramkan itu mendekati tubuh mungil Gema sambil menggeret tongkat baseball, hingga terdengar suara gesekan yang begitu menggema membuat suasana semakin mencekam. Ia cengkram pipi kecil itu dengan sangat kuat hingga membuat Gema meringis kesakitan.

"Wajahmu benar-benar membuatku muak, aku tidak menyangka Bila benar-benar mempertahankan anak menjijikan sepertimu. Hadirmu sungguh tidak berguna, aku sudah ingin berharap jika kehadiranmu dapat membuatku kembali kepada ibumu. Tapi nyatanya, kau hanya menjadi penghalang untukku mendapatkan ibumu" ujar lelaki berhoodie hitam itu dengan suara rendahnya yang dapat membuat siapa saja yang mendengarnya merinding.

"A-apa maksud, Paman?" Tanya Gema dengan suara lirihnya.

Senyum miring terukir di wajah lelaki itu, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Gema seraya berbisik.

"Kau adalah putraku, putra dari Kale Lainufar" bisik lelaki tadi yang membuat Gema tersentak.

"Bukan, Gema anaknya ayah bukan anak Paman..!!" Pekik Gema setelah mendengar bisikan dari Kale.

"Sstt .. jangan berisik, nanti adikmu terbangun" Kale meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sebagai tanda agar anak kecil di depannya ini diam.

"Aku tidak peduli kau percaya atau tidak, yang jelas aku hanya ingin membuat hadirmu sedikit berguna untukku" Kale berdiri dari posisi berjongkoknya di depan Gema.

Kale sedikit memainkan tongkat baseball nya, ia ayunkan perlahan seperti bersiap ingin menghancurkan sesuatu di depannya.

Samar-samar bisa mereka dengar suara sirine polisi, namun hal itu tidak membuat Kale merasa takut. Ia malah semakin mengukir senyum miringnya.

"Jika aku tidak bisa mendapatkan ibumu, mari ku perkenalkan rasa sakit akan kehilangan kepadanya" lirih Kale dan bersiap memukulkan tongkat baseball tadi ke kepala Gema. Gema yang sudah cukup lemah akan rasa takut dan rasa sakitnya hanya mampu terdiam dan menutup matanya.

BUGH..!!

DOR..!!

Suara pukulan dan tembakan terdengar bersamaan hingga memekakan telinga, dan setelahnya menghasilkan sebuah keheningan yang mencekam.

"Akkhh.." perlahan Gema membuka matanya saat merasakan pelukan lembut di tubuhnya.

"Awan..!!" Pekiknya saat melihat, ternyata adik kecilnya lah yang tengah memeluknya dan membiarkan tubuh mungilnya untuk menjadi tameng akan kekejaman Kale.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang