"Dia kelelahan. Sepertinya dia bekerja terlalu keras sampai melupakan waktu tidur dan makannya. Untuk vitaminnya, Ibu bisa menebusnya di apotik."
"Baik, Dok, terimakasih. Nanti Saya akan menebusnya."
"Sudah menjadi kewajiban Saya. Oh iya, jika pasien sudah sadar dan kondisinya sudah lebih baik, tolong beritahu pasien untuk menemui Saya di ruangan. Terimakasih. Kalau begitu Saya permisi."
"Baik, Dok."
Percakapan itu terdengar samar-samar, membuat kepalanya langsung terasa berdenyut. Perlahan mata itu terbuka, menampilkan mata jernih beriris coklat yang memang menyejukkan jika dilihat.
Tangan kanannya refleks bergerak menuju kepala, menekan pelipisnya yang berdenyut dengan kuat. Ringisan keluar dari bibir pucat itu, membuat orang yang baru saja masuk langsung menaruh atensi padanya.
"Han? Kau sudah sadar, Sayang? Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa sudah lebih baik?."
Suara bernada keibuan itu mengalun, membuat Han refleks menoleh ke sebelah kiri. Di sana, seorang wanita berbalut pakaian semi formal berjalan menghampirinya dengan raut khawatir yang kentara.
"Apa ada yang sakit?."
Mirae, wanita yang berstatus sebagai Bibinya itu bertanya seraya mengusap dahinya pelan. Han memejamkan mata, tak menampik, ia menyukai tindakan Bibinya ini.
"Ada yang Kau inginkan hm? Bibi akan membawakannya untukmu."
"Appa."
Tertegun, wanita itu menghentikan usapan di dahi sang keponakan. Ia menatap Han, menyorot penuh mata jernih yang kini tampak menyedihkan itu.
"Appa mu sudah tenang, Ji. Jika Kau ingin Appa dan Eomma selalu tenang di sana, Kau harus menjalani hidupmu dengan baik. Jangan terlalu terpaku pada Appa mu, karena bagaimanapun, Kalian sudah berbeda."
Han terdiam, ia menatap kosong langit-langit ruangan. Kehilangan Ayah, itu hal yang bukan bahkan tidak pernah ia inginkan. Pikirnya, sudah cukup ia kehilangan sang Ibu yang bahkan belum pernah ia lihat bagaimana rupanya.
Sering kali ia berpikir, seandainya ia tidak ada, Ibunya pasti masih ada di dunia dan hidup bahagia bersama Ayahnya. Yah, intinya, ia menganggap dirinya pembawa sial karena merenggut nyawa sang Ibu saat dulu melahirkannya.
Tapi pikiran itu terkadang sirna saat sang Ayah tidak pernah sekalipun menyinggung hal itu. Ayahnya selalu berkata jika ia anak yang membanggakan dan bukan anak pembawa sial seperti yang selalu orang-orang katakan.
Sedari kecil, ia memang sudah sering mendapatkan perundungan. Baik itu perihal fisik maupun keluarga. Karena itulah Ayahnya membawanya pergi ke Malaysia, agar ia tidak terus mendapatkan perundungan.
Tapi, ternyata di sana pun tidak jauh berbeda. Awalnya memang semua orang menerimanya. Tapi setelah mereka tahu tentangnya, mereka mulai menjauhinya dan melakukan tindakan bullying.
Memang tidak separah di negara tempatnya lahir, namun perundungan di sana jauh lebih membekas dalam ingatannya.
Sebenarnya, Han tidak masalah jika itu hanya perihal fisiknya, tapi Han selalu tidak berdaya jika orang-orang sudah membawa-bawa keluarga. Karena itulah juga, Han sedikit memiliki masalah mental, ia trauma.
Akhirnya masa-masa itu Han habiskan dengan mulai mempelajari hal yang sekiranya tidak kebanyakan orang bisa, tentu agar ia tampak berbeda. Ia ingin membuktikan jika ia bisa, tidak seperti yang selama ini mereka pikirkan.
Hingga akhirnya, kini ia bisa menjadi seorang Idol dan produser yang namanya sudah tercatat sebagai anggota tetap di KOMCA. Mungkin bagi sebagian orang itu tampak biasa, tapi jelas tidak untuk Han dan kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗛𝗮𝗽𝗽𝗶𝗻𝗲𝘀𝘀 | Han Ji-Sung Harem [√]
ФанфикHan melakukan kesalahan, dan hukuman dari para member berhasil menjungkir balikkan seluruh hidupnya.