Makan malam

2K 227 3
                                    

warning typo!

.
.
.

Suasana meja makan sudah ramai di isi anggota keluarga Anderson.

Orca dan Mora adalah orang terakhir yang duduk, sesuai tradisi keluarga makan malam itu dimulai dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh sang kepala keluarga.

Orca diam sembari menatap aneka makanan dihadapan nya. Dia lapar tapi entah mengapa dia tak berselera melihat ayam kecap sebagai menu utama.

Kini mata Orca menyusuri hidangan yang ada dimeja makan, pandangan nya jatuh pada sesuatu ditengah meja.

Hidangan penutup.

Mata Aquamarine itu berbinar cerah, buah yang bewarna merah itu menggoda imannya.

Glup

Ah, bahkan orca sampai menelan liur nya.

"Tatapan mu seolah-olah menghakimi semangka itu Orca."

Suara yang terdengar jenaka itu berhasil mengalihkan atensi Orca, kini manik Aquamarine nya tertuju pada pemuda berjarak dua kursi dihadapan nya.

Itu James, kakak sulungnya itu sudah menampakkan batang hidungnya. Kenapa Orca baru sadar sekarang.

"Makanlah Orca, jangan mendiami makanan mu." Ivy angkat bicara dan menatap Orca datar.

"Ah, maaf kan aku." Orca menunduk dan mulai memakan makanannya.

Dia masih merasa tak selera, tapi tidak makan juga bukan hal yang bagus. Setidaknya dia harus menghargai orang yang memasak dan diberi makan enak.

Srett

Piring berisi potongan buah bewarna merah cerah itu diletakkan dihadapan Orca. Menoleh kesamping untuk mencari tahu siapa pelaku yang meletakkan piring itu.

"Habiskan makanan mu, dan kau bisa mendapatkan semua semangka itu." Aiden sang pelaku yang duduk di samping kiri orca.

"Terima kasih." Sadar atau tidak Orca makan terburu-buru, mendengar ucapan Aiden membuatnya antusias ingin cepat menghabiskan nasinya.

Meminum air digelasnya kini Orca menatap ragu buah dihadapan nya.

Tidak mungkin dia menikmati hidangan penutup terlebih dahulu sementara yang lain belum selesai dengan hidangan utama?

Menatap sendu kearah buah merah tersebut. Orca mencoba mengalihkan perhatian dengan menelisik interior ruang makan ini.

Cukup elegant dan terlihat mahal. Apalagi lampu gantung di atas meja makan ini, Orca jadi membayangkan bagaimana kalau itu jatuh? Apakah dia akan penyet?

Bagaimana dengan kerugiannya, dilihat lihat juga itu lampu mahal.

Asik dengan pemikirannya Orca tak sadar kini semua orang sudah selesai dan menatap Orca dengan berbagai pandangan.

"Itu tidak akan jatuh, apalagi menimpah tubuh kurang gizi mu." Lagi lagi Ivy menyelutuk dengan tatapan datarnya.

Sadar sedang diperhatikan Orca tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Makanlah Orca, bukankah tadi kau ingin? Sampai liurmu menetes" Ujar James meledek.

Menghiraukan James, orca menusuk satu potong buah merah itu dan memasukkannya kedalam mulut.

Rasa manis segar dari air buah itu membuat mata Orca semakin berbinar.

'Ah jadi begini rasanya semangka.'

Tangan kurus itu tak berhenti memasukkan potongan demi potongan semangka.

Belum habis dimulut sudah memasukkan lagi, pipinya sudah bulat sempurna seperti chipmunk. Orca tidak kah kau takut tersedak?

"Astaga ca, Aku tak menyangka kau cukup rakus." Mora tercengang, adiknya ini seperti tidak pernah makan semangka saja.

Well... Mora lupa jika Orca amnesia, berarti adiknya ini harus diperkenalkan kembali pada hal hal dasar. Jaga jaga agar nanti tidak terlihat bodoh.

"Mora benar, satu piring dihabiskan sendiri." James menatap geli pada orca yang masih menguyah potong an terakhir.

Kembali seluruh anggota keluarga sibuk dengan makanan penutup masing-masing.

Hik
Hik
Hik

Baru sejenak dan Orca kembali menjadi pusat perhatian. Sedangkan empunya sibuk menutupi mulut mungilnya dengan kedua telapak tangan.

Matanya memancarkan kebingungan, sementara badan nya terlihat terguncang kecil efek cegukan.

Hik

Satu suara cegukan lolos dari belah belah bibir Orca.

Orca menatap melas kepada seluruh anggota keluarga nya, namun yang ditatap hanya diam. Merasa tak ada yang menolong Orca mencoba menatap orang di samping kanannya.

"Mommy hik tolong...aku hik kenapa hik."

Sophia tertegun, Orca anaknya yang dulu kaku dan mandiri itu kini menatapnya dengan tatapan melas. Perasaan bahagia membuncah di dadanya.

Tangannya segera mengambil segelas air putih dan memberikan pada Orca.

"Sttt... Tidak apa apa, itu namanya cegukan. Setiap orang merasakannya, minum air agar cegukannya hilang."

Tangan Sophia beralih menepuk nepuk pelan punggung orca, mengambil kembali gelas yang sudah tandas diminum anaknya.

Hik hik

"Coba tahan nafasmu, barangkali cegukannya berhenti." Saran Mora.

Tanpa basa basi Orca segera mengikuti saran sang kakak.

Humppp

1 detik...

2 detik...

3 detik...

6 detik...

8 detik...

Fuahhhhh hik

"Pfttt hahahahahahahaohok ohok."

"Diam bodoh, jangan tertawa Orca terlihat akan menangis." Mora yang berada disebelah James memperingati.

Disisi Orca anak itu sedang menunduk kan pandangan nya. Aquamarine nya yang berkilau kini makin terlihat indah karena berkaca kaca.

Hanya butuh sekali kedip maka bulir air mata aku terjatuh ke pipinya.

"Sudah. Makan malam kita akhir, kembali ke kamar kalian masing-masing." Ucap Edmund yang kemudian beranjak meninggalkan meja makan menuju ruang kerjanya di lantai satu.

Di ikuti beberapa anggota lain yang mulai beranjak.

Shopia dan ivy pergi ke dapur, Mora berjalan ke ruang keluarga dan sisanya naik ke lantai dua.

Orca bangkit dan berjalan menuju kamarnya, tanpa tau di penghujung tangga atas ada yang menatapnya tajam.

....
Tbc.

Halo, long time no see
Kalau ada typo dan tanda baca yang salah mohon di ingatkan ya!

Paus Orca Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang