Kegiatan belajar mengajar di kelas Orca berjalan lancar. Atau, bisa juga dibilang terlalu lancar.
Penjelasan dari guru Sejarah hanya dianggap melodi pengantar tidur bagi sebagian siswa, sementara sisanya terlihat memerhatikan atau bisa dibilang pura pura memerhatikan karena mereka lebih terlihat seperti mengkhayal.
Bisa Orca lihat hanya ada empat orang ditambah dirinya lima, yang mendengarkan pelajaran dengan baik.
Yang membuat Orca sangat terkejut adalah bagaimana Farhan, siswa dengan penampilan urakan itu tengah fokus mencatat materi penting yang diberi oleh guru. Kacamata minus tiga setengah itu; bertengger apik dihidung bangirnya.
Dan sekarang sudah jam istirahat pertama, guru yang mengajar sudah keluar.
Orca memandang seisi kelasnya, tidak ada satupun dari mereka yang keluar kelas untuk sekedar ke kantin.
Malahan mereka terlihat mengeluarkan kotak bekal dan makan bersama di pojok belakang kelas yang sudah disulap Nathan dan beberapa siswi menjadi tempat yang agak lapang.
Yang membawa bekal hanya sepuluh orang, yang ikut merusuh belasan orang. Orca tergelitik melihat pemandangan itu, bagaimana mereka yang tak keberatan berbagai makanan.
Ah, Orca suka suasana kelasnya.
Pluk
"Ca! Bawa bekal gak?"
Seorang siswa bertubuh gempal menepuk pundak Orca.
Orca meringis mendengar panggilan yang disematkan anak itu padanya, "Uhmm, aku tidak bawa..."
"Yahh seperti biasa, yok ikut kami makan sama sama."
Anak laki-laki gempal itu menarik Orca dan mendudukkan nya diantara dua laki laki bertubuh tegap berkulit sawo matang tak lupa Ia memberikan Orca bakwan goreng hasil nyomot bekal Nathan.
Wajah kedua anak disampingnya sangat mirip, orca sampai melongo melihatnya.
Sementara kedua objek yang ditatap tertawa geli, reaksi Orca sangat menghibur mereka semua.
"Orca, berhenti menatap sikembar seolah-olah melihat Fir'aun menggarap sawah," ujar Anastasya.
Pipi Orca bersemu malu, Ia hanya merasa luar biasa melihat dua orang berwajah sama.
"Hahaha biarkan Tasya, ini hal baru untuk nya. Oh ya Orca, perkenalkan aku Fatha dan ini adik kembarku Fathi."
Orang yang bernama Fatha itu tersenyum lebar, ah Orca suka senyumnya apalagi gingsul yang menyembul malu malu disela senyumnya.
Sekarang Orca tau apa yang membedakan Fatha dan Fathi, Fatha dengan gingsul nya dan lesung pipi pada Fathi.
"Karena kamu lupa ingatan pasti kamu lupa sama kita, aku Winda. Sekretaris kelas ini, trus itu Naomi bendahara kita." Gadis berkepang dua itu memperkenalkan diri dan disebelahnya gadis bermata sipit keturunan China terlihat galak.
"Kita disini cuma duapuluh tiga orang Ca, jadi gampang buat ngingetnya. Kenalin gue Hendra, wakil ketua kelas. Dan yang gendut tukang makan itu si Zaki, yang alisnya dicodet itu—
Hendra menjeda ucapannya dan menunjuk anak laki laki yang asik menerima suapan bekal dari gadis berpita merah.
—namanya Rangga dan yang nyuapin dia Queenza, pacarnya. Trus yang kayak preman itu si Januar, Galih, Ruben, Sandi sama Jarwo."
Hendra terus menunjuk satu persatu teman temannya, sementara Orca mendengarkan dan menghapal wajah wajah mereka, sesekali suapan makanan mendarat dimulut mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paus Orca
FantasyHampa, adalah kata yang menggambarkan perasaan orca saat membuka matanya. Semua tampak asing dan kosong. don't plagiarisme!