14. kenalan

21 6 0
                                    

Jangan pernah menyerah untuk bertahan.

Seorang pemuda menyandarkan dirinya pada kursi kayu, ia menikmati angin menerpa wajahnya.

Langit berwarna hitam tanpa bintang di langit, sangat gelap, tapi pemuda itu menyukainya.

Duduk sendirian di balkon kamarnya, sudah biasa ia lakukan.

Pemuda tersebut menghela nafas berat, mata tajamnya menatap langit malam, tatapannya memang tajam tapi menyiratkan sebuah luka.

Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju nakas, mengambil bingkai yang berisi foto 6 orang yang sedang tersenyum menatap kamera.

Ia duduk di kasur dan menatap lamat-lamat foto yang berada dalam genggamannya.

"Pa, Ma"

"Apa aku bisa ngerasain kayak dulu lagi?"

Ia mengelus bingkai foto tersebut.

Tidak ada air mata yang jatuh dari pelupuk matanya, hanya ada tatapan sendu yang terpancar dari mata pemuda tersebut.

Pemuda tersebut meletakkan kembali bingkai foto diatas nakas, kemudian berjalan menuju meja belajar.

Ia duduk didepan meja belajar kemudian membuka laptop dan mengetikkan sesuatu.

                              ⭐⭐⭐⭐⭐

"Perasaan hari-hari gue disekolah mulu"

"Kenapa Minggu ke Senin cepet tapi Senin ke Minggu lama ya?" Heran Pricilia.

"Yaiyalah dodol, kalo Minggu ke Senin  kan cuma lompat sehari sedangkan Senin ke Minggu lompatnya berhari-hari" Celetuk Difya.

"Lo kira kelinci kali ya bisa lompat" Balas Pricilia.

"Kangguru juga bisa lompat" Ujar Shasya.

"Katak juga bisa lompat" Sahut Nada.

"Kenapa jadi bahas hewan yang bisa lompat?!" Seru Difya.

"Kita ngikutin, Lili" Nada menunjuk Pricilia yang sedang memainkan pulpen.

"Gue juga ngikutin, Lili!" Sahut Shasya.

Pricilia yang sedang memainkan pulpen sontak menoleh.

"Apaan?jadi bawa-bawa gue!" Tukas Pricilia.

"Kan lo yang mulai, Li" Balas Nada.

"Kan, gue lagi yang kena" Dengus Pricilia.

"Kan emang elo, Li" Sahut Shasya.

"Apaan?!gue ngga denger tu" Jawab Pricilia seraya menutup kedua telinganya.

"Dif, pergi yuk.Disini banyak orang ngga waras" Pricilia menarik lengan Difya.

"Heh, kita nggak diajak?!" Seru Shasya.

"Ngga mau, wlee" Ejek Pricilia.

"Awas ye lo!" Kesal Shasya.

"Nad, ayo" Shasya menarik lengan Nada, Nada yang ditarik oleh Shasya pun hanya pasrah.

"LILI, TUNGGUIN" Teriak Shasya menggema didalam kelas.

"Buset teriakan nya, udah kayak di hutan aje" Seru Alvaro yang mendengar teriakkan yang dapat memekakkan telinga.

"Kantin?" Tanya Bastian pada Rafi, Alvaro, Daniel, Deni serta anak baru.

"Gas" Balas mereka secara bersamaan.

Ke-enam pemuda tersebut berjalan beriringan menuju kantin, dengan tubuh tegap dan aura khas dari masing-masing membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Begins With a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang