00

3 0 0
                                    

Happy reading! (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡






Hujan turun dengan tiba-tiba menyerbu beberapa orang yang sedang berjalan di lapangan. Begitupun dengan gadis berambut panjang dengan sedikit poni di dahinya.

Orang-orang berlarian untuk menghindari air hujan dan kini gadis itu pun sudah berada di koridor sekolah menatap hujan yang sangat deras.

Asha Raeeva

"Gini caranya gimana mau pulang. Bisa-bisa gue ketinggalan bis," katanya.

Asha menghela napasnya pasrah. Ia merogoh saku roknya dan mengeluarkan ponsel miliknya untuk melihat jam yang menunjukkan pukul 16.45.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Asha membulatkan tekadnya untuk menerobos hujan. "Bodo amat, akan gue terobos hujan ini."

Setelah mengikat rambut panjangnya, Asha berjalan menuju gerbang sekolah. Sesampainya disana ia melihat bahwa hujan semakin deras, hal itu membuat Asha sedikit ragu dengan keputusan yang sudah ia buat beberapa menit yang lalu.

Tiba-tiba saja seseorang menyodorkan payung berwarna hitam yang masih terlipat kepada Asha.

"Nih."

Asha melihat kesamping untuk melihat siapa orang yang menawarkannya payung, lalu melihat name tag yang tertera di baju seragamnya.

Lelaki berambut hitam pekat dengan bola mata berwarna hitam kecoklatan, hidung mancung dan tingginya satu jengkal lebih tinggi dari Asha.

Dava Pradeepa

Pandangan keduanya pun bertemu, senyum manis tersirat di bibir Dava yang ia berikan untuk perempuan di hadapannya. Berbeda dengan Asha, ia membalas tatapan hangat yang Dava berikan dengan sebuah senyuman tipis yang mengartikan bahwa dirinya sedang kebingungan. Ada apa dengan lelaki di sampingnya ini?

"Mau pinjem ga?" tanya Dava tanpa memudarkan senyuman yang ada di wajahnya.

Asha sedikit mengerutkan keningnya. "Lo gimana?"

"Gue aman," jawab Dava.

Asha berpikir sejenak. Jika dia tidak menerima tawaran itu, ada dua pilihan, tertinggal bus atau hujan-hujanan. Tetapi, jika dia menerima tawaran Dava, ia tidak akan tertinggal bus dan tidak perlu hujan-hujanan. Itu jelas sangat menguntungkan, bukan?

Untuk memastikan bahwa Dava tidak keberatan untuk meminjamkan payungnya, Asha bertanya "Serius nih gapapa gue pinjem?"

Dava menganggukan kepalanya dua kali lalu membukakan payung miliknya. "Iya, gapapa." Tangannya tergerak untuk memayungi Asha seolah menunggu jemari Asha mengambil alih payung miliknya.

"Cepet, nanti lo ketinggalan bus."

Dengan sedikit ragu, Asha menerima payung yang diberikan Dava dan tersenyum. "Thanks, ya. Besok gue balikin." Setelah mengatakan itu Asha bergegas meninggalkan sekolah dan menuju halte bus.

Dava melihat punggung Asha yang berjalan di tengah-tengah hujan lalu tersenyum tipis sembari menggumam, "Asha Raeeva."

Setelah menempuh perjalanan singkat dalam derasnya hujan, Asha kini sudah sampai di halte bus. Namun, ia merasa ada sedikit hal yang janggal. Bagaimana Dava bisa tahu bahwa dirinya akan menuju halte bus?

Tak lama kemudian, bus datang. Asha segera menaiki bus dan duduk di salah satu kursi dekat jendela. Asha menyenderkan kepalanya ke jendela bus dan memikirkan seseorang yang baru saja dia temui, Dava. Mengapa dia meminjamkan payungnya pada Asha? Dan mengapa dia menampilkan raut wajah senang ketika Asha menerima payung miliknya? Di samping keduanya, Asha baru teringat sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang