Kisah ini bukan hanya menceritakan perihal matcha dan Keju, bukan hanya tentang perdebatan yang manakah yang lebih enak dan banyak digemari antara matcha dan Keju. Lebih dari itu.
Entah sejak kapan, Kaluna mulai tidak menyukai matcha karena seorang lelaki yang membuatnya geram setengah mati. Lelaki yang selalu singgah di rumahnya, lelaki yang selalu mengobrol bersama abang dan teman-teman abangnya di ruang tamu.
Hal yang sangat memuakkan adalah ketika ayah dan bunda sibuk bekerja, Kak Dimas yang sibuk merantau mempertahankan beasiswa kedokterannya. Dan dirumah hanya tinggal Kaluna dan bang Haikal.
Lalu, disaat abangnya itu mulai bosan dengan game dihapenya, atau mulai lelah dengan ocehan dari sang adik, ia akan memanggil teman-temannya untuk datang kerumah. Setelah itu, Kaluna hanya bisa mengurung diri di kamar seharian penuh, marah kepada abang.
Seperti saat ini, Kaluna diam di dalam kamarnya, mengencangkan volume lagu yang ia putar melalui speaker saat suara tawa teman-teman abangnya itu memenuhi satu rumah.
"ABAAAAAAAAAANGGGG!!!!"
Kaluna hanya bisa menahan rasa ingin tantrum, walaupun kakinya sudah mencak-mencak, bantal sudah ia buang ke lantai, dan rambut yang sudah ia acak-acak karena kesal.
Hening, suara tawa itu menghilang seketika.
Kaluna duduk diatas ranjangnya, penampilannya yang acak-acakan kini mungkin akan membuat orang lain berpikir bahwa Kaluna sedang stress menghadapi skripsi. Namun nyatanya, Kaluna hanya benar-benar sudah tidak sanggup menghadapi suara menggelegar dari beberapa orang yang duduk di ruang tamu.
Cklek!
"Kenapa, dek?"
Terlihat kepala Haikal muncul dari celah pintu kamar Kaluna, menatap sang adik dengan alis yang sesekali diangkat.
Kaluna mematikan musik yang ia putar sedari tadi, ia menatap Haikal dengan wajah memelas.
"Berisik, abang! Ndak bisa tidur, laperr!" rengek Kaluna.
Haikal mengulurkan tangannya, merapikan rambut adiknya yang sangat berantakan.
"Ayo keluar, tadi abang pesen go food"
Kaluna menggeleng ribut, "Ndak mau! Ada temennya abang!" tolaknya mentah-mentah.
Haikal mengangkat kedua bahunya acuh, "Yaudah kalo mau kelaperan mah, silahkan. Kalo abang sih mending keluar ya demi perut."
Setelahnya, Haikal keluar dari kamar Kaluna dan menutup pintu kamar itu rapat-rapat.
Kaluna mendengus kesal dibuatnya. Kaluna masih ingat dengan jelas, saat terakhir kali Kaluna bertemu dengan mereka, Kaluna digoda habis-habisan, membuatnya jengkel setengah mati. Teman-teman abangnya ini memang parasnya bak Dewa Yunani, namun siapa sangka sifatnya seperti anak setan.
M A T C H A
© DEVADIOZ, 2024
