Bus rombongan SMA Garuda Nusa telah tiba disalah satu hotel. Para guru sengaja memilih hotel yang dekat dengan bukit, karena pemandangannya yang sangat indah.
Alina menggeliat pelan saat merasakan pegal di seluruh tubuhnya. Hanya ada beberapa yang baru bangun, sedangkan yang lain masih tertidur.
"Ayo anak-anak, bangun. Bus kita sudah sampai, kasur empuk telah menanti kalian!" pekik Bu Ranti dengan semangat, sambil menghentakkan kakinya.
"Iya bu!" jawab yang lain.
Alina segera menarik Fanya agar segera berdiri dari tempat duduknya. Fanya yang belum siap, tubuhnya langsung lemas. Untung, ada Alina yang sempat memeganginya.
"Bangun weh," Alina menepuk-nepuk pipi Fanya, sambil menenteng kopernya.
"Hah? Iya." Tanpa lama-lama, Fanya menuruti keinginan Alina.
Mereka berdua bergegas masuk ke hotel, tubuh mereka sangat lelah hari ini. Disaat para guru sudah ada yang masuk ke hotel, Fanya malah meminta Alina untuk menemani dirinya ke toilet.
"Kan bisa di kamar," keluh Alina, ayolah! Dirinya benar-benar lelah hari ini.
"Plis, gue udah nggak tahan."
Tanpa basa-basi, Fanya bergegas masuk ke salah satu toilet. Alina mengerjapkan matanya agar senantiasa terbuka. Arfan melirik ke arahnya sekilas, dan mulai menghampiri Alina.
"Kamu kok disini?" tanyanya.
Alina langsung menoleh ke arah Arfan yang masih senantiasa tersenyum kepada dirinya.
"Apa, lo manggil apa? Tunggu, lo manggil pake aku-kamu?" tanya Alina sambil menunjukkan raut terkejutnya.
"Iya, kenapa? Gak boleh ya?" tanya Arfan sambil melirik ke arah kopernya.
Alina hanya mengerutkan dahinya. "Ya, gapapa sih, tapi gue gak terbiasa."
"Oh ya, jangan lupa janji kamu,"
Arfan langsung meninggalkan dirinya tanpa menunggu pertanyaan dari Alina. Alina termenung, janji... janji apa?
Tak lama, Fanya keluar dari toiletnya, tentunya dengan wajah yang lebih segar. Fanya melirik Alina sekilas, saat melihat dirinya menggosokkan tangannya dengan cepat.
"Lo kenapa? Dingin?" tanya Fanya dengan nada khawatir.
"Iya, makanya cepet ke kamar."
Fanya segera menarik koper milik Alina dan juga koper milik dirinya. Dirinya tau bahwa Alina sedang kelelahan, makanya dirinya memutuskan untuk membantu sahabatnya itu.
"Makasih," kata Alina pelan.
Sampailah mereka dikamar, Fanya menempelkan kartu ke pegangan pintu. Sekarang serba canggih, tak ayal, bahwa sekarang banyak orang yang bermalas-malasan dirumah.
"Turu!" pekik Alina semangat.
Ia segera merebahkan diri ke kasur yang empuk. Mereka berdua ditakdirkan bersama, dan Alina memilih untuk tidur di kasur yang sebelah kiri.
"Lo gak mandi?" tanya Fanya, dan dibalas gelengan oleh Alina.
Fanya memutuskan untuk mandi saat merasa badannya lengket sekali. Seperti biasa, Fanya selalu menyempatkan dirinya untuk berendam di bathtub.
Mata Alina terbuka, saat mendengar percikan air dari kamar mandi. Sembari mengucek matanya, dirinya bergegas mengetuk pintu kamar mandi.
"Nya, lo udah selesai mandinya?" tanyanya sambil mengetuk pintu dengan lebih keras.
"Jawab, apa jangan-jangan lo tidur?"
Fanya hanya menyahut dengan siulan, dan itu membuat Alina lega.
"Cepet ya, gue juga mau mandi. Tanggung, udah jam 12 ini," ucapnya saat melirik ke arah jam dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfan My Boyfriend [Hiatus]
Ficção AdolescenteJudul Sebelumnya- Boyfriend Is Ketos. Alina Rosella Kanaya, seorang gadis yang menerima keberuntungan saat sedang mencari uangnya yang hilang. Apakah keberuntungan itu? Jawabannya adalah seorang "Pacar". Bagaimana tidak, bukankah zaman sekarang, par...