“Alin, masuk dulu nak!” teriak Farwa.
Alina mengangguk, dirinya segera mengikuti Farwa yang mulai memasuki dapur.
“Mama mau masak?”
“Iya, tapi dikit aja kok.” tukasnya.
Alina memandang bahan-bahan yang Farwa keluarkan. Ada ketumbar, ada cabai, dan ada bawang putih.
Alina menatap wajah Farwa yang kian hari semakin cantik, meskipun sudah ada beberapa kerutan di dahi.
“Mama, ajarin Alina masak dong!” rengeknya.
Farwa segera menoleh ke arah anaknya yang memasang wajah melas.
“Tumben, biasanya paling malas kalau disuruh masak.”
Alina langsung tersenyum. “Itu kan dulu, kalau sekarang... aku mau belajar masak biar jadi istri yang baik!”
Farwa terkekeh mendengar penuturan dari anaknya.
Farwa mencubit gemas pipi Alina, dan disambut dengan pelukan hangat.
“Alina sayang... banget sama mama. Alina harap, mama bisa terus hidup sampek Alina punya cicit.” ucapnya lirih.
Farwa menatap wajah Alina dengan tatapan sendu, tangannya bergerak menghapus air mata yang mulai membasahi pipi Alina.
“Mama cuma berharap nak...”
“Berharap apa?” tanya Alina.
“Mama berharap, kamu kelak mempunyai suami yang baik, dan pengertian seperti om mu.”
Raut wajahnya seketika semakin sendu, mengingat mama dan papanya yang sudah bercerai dari 10 tahun lalu.
“Udah ah, kok malah jadi nangis gini? Mau bantuin mama masak gak?”
Alina segera tersenyum dengan senang, tangannya meraih bawah putih yang belum terkupas.
“Aku mau kupas bawang ini!” serunya.
“Hati-hati, nanti pisaunya kena tangan!”
Alina segera mengangguk pelan.
Crekk!
Crekk!
“Dikit lagi, ayo!”
“Mama, udah aku kupasin.” Alina langsung menunjuk bawah putih yang sudah di kupas.
Farwa hanya tersenyum untuk menanggapinya. Tangannya lalu menunjuk bawang putih yang masih banyak di dalam mangkuk plastik.
“Yang itu belum kamu kupas!” tunjuk Farwa.
Alina melongo melihatnya, tangannya mengibas menandakan dirinya menolak.
“Alin kapok, mending ke kamar main hp aja!” Alina langsung berlari tanpa meminta persetujuan dari Farwa.
Farwa langsung geleng-geleng kepala melihat tingkahnya. “Katanya mau belajar masak, malah kabur.”
Farwa segera menyelesaikan masakannya karena menganggap bahwa kedua anaknya sudah lapar.
Dengan cekatan, Farwa mampu membuat makanan dalam waktu satu jam.
“Anak-anak, yuk makan!” teriak Farwa, saat melihat pintu kamar anaknya masih tertutup.
Kevan dan Alina bergegas turun dari kamar. Mencium baunya saja, sudah membuat perut keroncongan.
Alina yang melihat masakan buatan sang mama bergegas menarik kursi dan berdoa.
“Mama, enak!” ucapnya dengan mulut yang penuh makanan.
“Kalau makan pelan-pelan dek, sampe cemong gitu!” cerocos Kevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfan My Boyfriend [Hiatus]
Fiksi RemajaJudul Sebelumnya- Boyfriend Is Ketos. Alina Rosella Kanaya, seorang gadis yang menerima keberuntungan saat sedang mencari uangnya yang hilang. Apakah keberuntungan itu? Jawabannya adalah seorang "Pacar". Bagaimana tidak, bukankah zaman sekarang, par...