"Yaudah, kalau gak mau gue kayak gitu, gak usah macem-macem!" gertak Wina.
Arfan mengangguk patuh, biarlah dirinya menderita. Yang terpenting, Alina tidak akan menjadi korbannya.
"Yuk, balik ke kelas." ajak Wina.
Arfan segera mengikuti langkah Wina menuju ke kelas. Sementara di sisi lain, Alina sedang termenung.
"Lo napa, Lin?" tanya Fanya, dirinya selalu mendapati Alina termenung, atau melamun.
"Nggak, gue cuma mikir aja. Nanti pas piknik ke Dieng, gue bawa apa aja, ya?"
Fanya segera menggeleng pelan, ternyata Alina hanya memikirkan tentang piknik, syukurlah.
"Gue mau ke toilet dulu, lo mau ikut apa nggak?" tanyanya.
Alina menggeleng, dirinya sedang malas sekarang.
Fanya segera meninggalkan Alina di kelas, dirinya menuju ke toilet untuk buang air kecil. Saat melewati toilet laki-laki, dirinya melihat Arfan yang sedang termenung.
Fanya tidak menggubrisnya, tujuannya hanya ingin ke toilet perempuan.
Putri yang saat itu sedang berkaca di toilet, menoleh ke arah Fanya yang mulai membuka pintu.
"Fanya, sini dulu," panggil Putri.
Fanya menoleh sejenak, dan mulai melangkah ke arah Putri.
"Kenapa?"
Putri berbisik di telinga Fanya.
"Lo harus jaga Alina baik-baik, ada yang mau renggut nyawanya. Terlebih Wina, hati-hati," bisiknya tepat di telinga Fanya.
"Iya, gue tau. Btw, lo tau darimana, kalau nyawa Alin dalam bahaya?" tanya Fanya dengan tatapan mengintimidasi.
Putri langsung gelagapan dibuatnya, hal ini masih menjadi rahasia. Putri tidak mau memberi tahu siapa-siapa bahwa dirinya diberi tahu oleh Arfan.
"N-nggak, gue cuma denger sekelebat doang," kilahnya.
Fanya hanya mengangguk sekilas, dirinya mulai memasuki toilet. Hal itu mampu membuat Putri menghela nafas lega, karena dirinya tidak dicurigai oleh Fanya.
"Gue harus cepet-cepet pergi dari sini," gumam Putri.
Dirinya mulai meninggalkan toilet itu, dengan tatapan curiga dari Arfan yang juga keluar dari sana.
"Lo ember sama siapa?" tanya Arfan, tangannya mencekal tangan Putri yang akan masuk ke kelas.
"E-eh, g-gue cuma..."
"Cuma apa?"
"Gue cuma beritahu Fanya, lo tenang aja!" jawab Putri tegas.
Arfan menghela nafas panjang. Gawat jika hal ini masuk ke telinga Alina.
"Nggak usah beritahu Alina, gue nggak mau dia kepikiran." pinta Arfan dengan tatapan memohon.
Putri tersenyum miring, tangannya mulai meraba saku Arfan, dan mengambil sesuatu dari sana.
"Lo—"
"Suttt... lo udah mulai suka sama Alin kan?"
"Nggak sopan, gue lebih tua dari lo! Meskipun kelas kita sama-sama kelas 12," tutur Arfan.
Putri mulai masuk ke kelasnya, dan mulai memasukkan foto Alina ke dalam sakunya, tanpa sepengetahuan dari Arfan. Arfan diam-diam suka mengambil foto Alina, saat dia makan, ataupun olahraga.
"Lin, gue punya hadiah buat lo!" Putri segera memberi Alina sebuah foto kecil, yang langsung diterima oleh dirinya.
"Hah? Lo dapet foto ini darimana?" tanya Alina dengan tatapan heran, dirinya membolak-balik foto itu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arfan My Boyfriend [Hiatus]
Fiksi RemajaJudul Sebelumnya- Boyfriend Is Ketos. Alina Rosella Kanaya, seorang gadis yang menerima keberuntungan saat sedang mencari uangnya yang hilang. Apakah keberuntungan itu? Jawabannya adalah seorang "Pacar". Bagaimana tidak, bukankah zaman sekarang, par...