PART 4

5 0 0
                                    

Semenjak studio Ikhsan dibuatkan oleh Daichi, Ikhsan jarang sekali keluar kamar studionya, dia banyak menghabiskan waktunya distudio untuk streaming dan membuat konten Youtube. Suatu hari, Ikhsan memesan makanan melalui aplikasi. Tak lama kemudian ada yang memencet bel rumah, ternyata itu adalah satpam komplek yang mengantarkan makanannya. Karena peraturan dikomplek perumahan disitu adalah jika ada kurir paket atau makanan untuk warga komplek perumahan situ, paket atau makanan harus dan wajib diantarkan oleh satpam. Itu semua demi keamanan warga komplek perumahan. Maklum penjagaannya ketat karena komplek situ adalah salah satu komplek perumahan elit.
Bel rumah berbunyi. Karena Mika sedang menonton TV diruang keluarga dan itu ruangan terdekat menuju luar rumah, maka Mika lah yang membuka pintu.
Satpam : “Assalamualaikum, maaf neng ini pesanan makanan dari ojek online buat Ikhsan.”
Mika : “Oh, buat bang Ikhsan. Oke sini Pak, makasih ya!”
Satpam : “Sama-sama, neng. Mari.”
Mika mengangguk dan tersenyum pada Pak Satpam lalu menutup pintu kembali dan menuju ke kamar Ikhsan untuk mengantar makanannya.
Mika : “Bang Ikhsan! Bang! (tok, tok, tok) Ini Go Food lu, bang!”
Tak lama Ikhsan pun membuka pintu.
Ikhsan : “Oh, iya makasih ya. Lu udah makan?”
Mika : “Udah. Mika ke bawah lagi ya.”
Ikhsan : “Bentarlah, sini masuk dulu. Abang mau ngomong.”
Mika sedikit terkejut. Karena semenjak Sari menikah dengan ayahnya, Ikhsan tidak pernah mengajak ngobrol Mika secara langsung.
Mika : “Ma-mau apa?”
Ikhsan : “Sini dululah! Gugup amat ama abang sendiri. Eh denger ya, walau gua abang tiri lu tapi semenjak bunda gua ama ayah lu nikah, lu tetep gua anggap adik kandung sendiri, jadi santai aja.”
Mika saat itu menyetujui permintaan Ikhsan untuk masuk ke studionya walau ada sedikit rasa malu. Saat memasuki ruangan studio Ikhsan, Mika sangatlah takjub, karena dia baru pertama kali melihat ruangan studio syuting seorang Youtuber secara langsung depan mata kepalanya. Ruangan studio Ikhsan rapi, wangi juga komputernya seperti komputer gaming pada umumnya yang banyak diwarnai warna RGB. Mika yang sejak SMP tahu Youtuber gaming, dan dia juga suka bermain game di warnet, Mika lumayan tahu apa standar kamar gaming yang bagus. Setelah masuk ke dalam studio Ikhsan, Ikhsan mengajak Mika duduk disebelahnya. Ikhsan duduk dikursi gamingnya sedangkan Mika duduk disofa disebelah Ikhsan. Sambil makan makanan yang dipesan sebelumnya, Ikhsan bicara kepada Mika.
Ikhsan : “Lu suka main game gak sih?”
Mika : “Suka, tapi gua lebih suka game di PC, sih. Soalnya pas SMP sering ke warnet.”
Ikhsan : “Serius lu? Bagus juga selera gaming lu, gak nyangka gua.”
Mika : “Hehe, emangnya kenapa bang?”
Ikhsan : “Gini, kalo lu minat ya ini mah, kalo lu mau, gua bikinin lu akun Youtube. Tar masalah bikin konten apa-apanya gua ajarin lu. Lumayan lho pendapatannya. Lagian kan bentar lagi lulus sekolah kan lu? Jadi sebelum lu kerja, lu udah punya kerjaan sampingan.”
Mika : “Tapi, ribet gak sih bang jadi Youtuber itu? Soalnya gua kalo liat Youtuber gaming kalo main game harus sambil bacot. Sedangkan gua kalo main game auto fokus.”
Ikhsan : “Masalah itu gampang, tar juga terbiasa lu ngomong depan kamera. Soalnya gua liat lu orangnya gampang akraban, gampang berbaur, muka lu juga gak buruk-buruk amat.”
Mika : “(kampret juga ni orang omongannya) Emang gua jelek ya?”
Ikhsan : “Gua gak bilang gitu lho.”
Mika : “Hmm, ya udah deh bang, tar gua ngomong dulu sama ayah. Lagian buat sekarang gua sibuk ujian sana-sini. Jadi buat mikirin yang lain gua belum sempet.”
Ikhsan : “Oke, ya udah kalo gitu. Kalo lu siap dan ayah juga setuju, langsung ke gua aja ya. Gua ajarin dari 0 dah.”
Mika : “Oke, bang. Makasih ya sebelumnya udah ajak Mika buat ikut terjun jadi Youtuber juga.”
Ikhsan : “He’eh, ya udah sono pacaran sama TV lu lagi!”
Mika : “(Sumpah nyebelin banget ni orang pengen gua tabok juga mukanya) Ya, ya udah.”
Ternyata selain cuek, sifat Ikhsan juga menyebalkan bagi Mika. Tapi bagi Mika mungkin itu cara dia mengakrabkan diri dengan adik barunya. Untungnya, Mika bukan tipe cewek yang terbawa perasaan, Mika juga sebenarnya orang yang cuek dan bodo amat dengan perkataan orang lain. Prinsip dia yang penting dia bisa makan dan tidur dengan enak. Pada hari itu, yang pulang hanya Sari, karena Daichi terbang ke Eropa, jadi dia tidak akan pulang kurang lebih selama seminggu. Jadi Mika mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Daichi karena dia mau membicarakan tentang ini secara face to face.
Seminggu kemudian, Daichi pun pulang. Mika menunggu ayahnya santai terlebih dahulu karena dia melihat Daichi begitu kelelahan. Beberapa jam kemudian, Mika melihat Daichi sedang duduk santai di teras depan rumah sambil meminum teh. Tanpa banyak bertele-tele lagi, Mika menghampiri ayahnya dan duduk disebelahnya.
Mika : “Ayah, lagi santai gak?”
Daichi : “Santai, sayang. Ada apa?”
Mika : “Aku mau ngomong sesuatu sama ayah, sebenarnya ini udah lama sih, tapi aku pingin ngomong sama ayah secara langsung gini.”
Daichi : “Ada apa? Jangan bikin ayah penasaran, cepet ngomong, ada apa emangnya?”
Mika menceritakan apa yang dibicarakan dia dan Ikhsan seminggu yang lalu tentang menjadi seorang Youtuber. Daichi yang notabenenya seorang ayah yang selalu mendukung apapun yang diperbuat anaknya selagi itu positif tanpa basa-basi langsung menyetujui hal itu.
Daichi : “Boleh banget dong, sayang. Ntar kalo kamu udah siap segala-galanya, ayah siapin juga studio buat kamu. Untuk sekarang kamu ikut aja dulu Ikhsan, sambil dia ajarin juga kan.”
Mika : “Iya ayah. Bang Ikhsan juga ngomong gitu sama Mika. Katanya liat dulu Mika-nya nyaman atau nggak sama profesi ini.”
Mika yang dari awal diajari oleh Ikhsan tentang profesinya sebagai Youtuber sekaligus streamer ini sangatlah tertarik dan nyaman, maka dari itu di selang kesibukannya Mika sebagai siswi kelas 3 SMA yang sedang banyak-banyaknya ujian, dia masih menyempatkan untuk streaming walau pada saat itu penonton livenya masih dibawah 50an orang.
Suatu hari ada turnamen game Mobile Legend disekitaran Jakarta, Ikhsan ternyata ikut turnamen tersebut. Ternyata selama ini selain menjadi Youtuber dan streamer gaming, Ikhsan juga masuk dalam sebuah e-sport game Mobile Legend dan dia menjadi salah satu player yang aktif dalam turnamen offline maupun online. Tapi dalam turnamen kali ini adalah turnamen offline yaitu turnamen yang diselenggarakan secara langsung ditempat. Ikhsan mengajak Mika untuk ikut bersamanya. Secara dia sedang berusaha menjadi streamer game, mungkin juga dia tertarik pada dunia e-sport, pikirnya.
Ikhsan : “Mik, lu mau kemana hari ini?”
Mika : “Gak ada, bang. Kenapa?”
Ikhsan : “Mau ikut gua ga turnamen di Senayan?”
Mika : “Wih! Abang ikut turnamen Mobile Legend?”
Ikhsan : “Iya. Kali lu tertarik juga masuk dunia e-sport. Tapi ya minimal jadi BA (Brand Ambassador) tim e-sport dulu. Karena skill ML lu belum bisa buat jadi player turnamennya.”
Mika : “Hilih! Gini juga gua jago assasinnya bang.”
Ikhsan : “Assasin doang mana bisa jadi player turnamen. Harus all role lah! Gimana mau ikut ga?”
Mika : “Iya, ayo deh mau liat juga gua gimana turnamen ML secara langsung.”
Ikhsan : “Ya udah cepet siap-siap. Turnamennya jam 1.”
Mika : “Njir, baru juga jam 9.”
Ikhsan : “Lah? Bukannya cewek lama ya kalo siap-siap?”
Mika : “Kaga gua mah.”
Jam 11 Mika pun siap siap untuk menuju ke Senayan. Dia pergi bersama Ikhsan kesana menggunakan mobil Ikhsan yang dia beli secara kredit atas hasilnya selama ini menjadi streamer sekaligus Youtuber. Namun sebelum ke lokasi turnamen, Ikhsan menjemput teman sesama player turnamennya terlebih dahulu. Sesampai dirumah temannya ternyata temannya itu sudah menunggu didepan gerbang rumahnya.
Ikhsan : “Lama lu disitu?”
Valdi : “Kaga. Njir, dah lama ga ketemu dah bawa cewek aja lu, San!”
Ikhsan : “Paan cok? Adik gua ini. Cepet naik!”
Valdi langsung masuk ke mobil Ikhsan dan duduk dibelakang.
Valdi : “Mbak, beneran adiknya Ikhsan?”
Mika : “Eheheh, iya bang. Adik tiri.”
Ikhsan : “Emang lu ga liat dia pas nikahan bunda gua?”
Valdi : “Gak, San. Oh jadi ini anak dari ayah lu yang baru?”
Ikhsan : “He’eh.”
Sampailah mereka ditempat turnamen. Semua teman Ikhsan matanya tertuju kepada Mika.
Mika : “(Sambil merangkul tangan Ikhsan dan berbicara pada Ikhsan secara pelan dan sedikit berbisik) Bang, tolong! Kenapa semua orang ngeliatin gua? Gua malu, bang.”
Ikhsan : “Santai wkwk. Mereka gak biasa liat gua bawa cewek soalnya.”
Semua teman dekat Ikhsan penasaran pada Mika. Pertanyaan mereka sama seperti pertanyaan Valdi pertama kali bertemu Mika. Mau tidak mau, Ikhsan pun menjelaskan sama seperti jawabannya kepada Valdi tadi saat dimobil. Turnamen selesai, tim Ikhsan memenangkan turnamen kali ini. Sebelum Mika dan Ikhsan pulang ke rumah, Ikhsan dan tim berkumpul terlebih dahulu untuk rapat kecil-kecilan. Mika menunggu diluar. Tak lama ada yang menghampiri dia dan langsung duduk disebelahnya.
Fauzi : “Hai, adik Ikhsan ya? Kenalin saya Fauzi, yang suka ngurus BA-BA e-sport ini.”
Mika : “Ha-hai! (aduh, apa aku mau ditawarin jadi BA e-sportnya ya?”
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KyoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang