Sesampainya di Jakarta, Mika diajak oleh ayahnya ke apartemen tempat tinggal ayahnya selama bekerja di Jakarta.
Daichi : “Mika, ayah udah daftarin kamu ke sekolah SMA di Bekasi. Ayah udah punya rumah di Bekasi untuk tempat tinggal kita. Minggu depan kita sudah bisa pindah ke sana.”
Mika : “Kok di Bekasi, Yah? Jauh banget dari sini.”
Daichi : “Ah, paling cuma 1 jam setengah dari sini. Disana rumahnya lumayan murah, makanya Ayah beli rumah disana.”
Seminggu kemudian. Daichi dan Mika siap-siap berkemas untuk pindah ke rumah barunya di Bekasi. Digerbang masuk perumahan, Daichi membunyikan klakson pada satpam yang berjaga disana dan memberi senyuman kecil.
Daichi : “Halo, Pak. Saya Daichi yang kemarin membeli rumah disini.”
Satpam : “Oh Pak Daichi, mari silakan masuk, Pak. Apa perlu saya antar?”
Daichi : “Ah, tidak perlu, Pak. Saya dan anak saya saja. Terima kasih, Pak saya masuk dulu.”
Satpam tersenyum dan mengangguk. Rumah yang Daichi beli lumayan besar. Rumah itu bertingkat 2, mempunyai ruang tamu dan ruang keluarga yang lumayan luas, terdapat garasi, kamar ada 3 dilantai 2 yang di 2 kamar terdapat kamar mandi didalamnya.
Mika : “Ayah, kenapa Ayah beli rumah besar-besar, sih? Kan kita cuma tinggal berdua. Mika males ah kalo harus beres-beres rumah segede ini.”
Daichi : “Ya Allah sayang. Mana ada Ayah suruh kamu beres-beres rumah? Ayah udah ada kenalan yang mau kerja sama Ayah buat bantu beres-beres rumah, kok.”
Mika : “Oh, ya kalo ada yang bantu beres-beres aku mau bantuin hehe. Oh iya Ayah, kapan aku mulai sekolah?"
Daichi : “Tar sayang, kamu tau beres aja, ya.”
Beberapa jam kemudian setelah Mika dan ayahnya beres-beres barang yang dibawa, terdengar diluar rumah ada yang mengucapkan salam.
Pak Yanto : “Assalamualaikum.”
Daichi : “Waalaikumsalam, eh Pak Yanto. Mari masuk pak!”
Pak Yanto dan Daichi pun duduk diruang tamu.
Daichi : “Mika, buatin minum buat Pak Yanto!”
Pak Yanto : “Aduh, bos gausah repot-repot.”
Daichi : “Kalau air putih saja tidak repot kan hehe.”
Pak Yanto tertawa kecil. Tak lama Mika datang sambil membawa secangkir air putih.
Daichi : “Tuh, kan Pak benar kata saya. Anak saya ini sekedar buat kopi saja tidak bisa, jadi cuma dibawakan air putih.”
Pak Yanto : “Ah, tidak apa-apa bos. Air putih juga cukup kok saya. Makasih ya, neng.”
Mika : “Apa sih, Ayah? Tamunya aja gak keberatan Mika buatin air putih. Orang didapur cuma adanya itu.”
Daichi : “Iya sayang gak apa-apa, makasih ya. Oh iya ini kenalin Pak Yanto. Dia yang nanti bantu beres-beres rumah ini, kamu bantu ya nanti dikit-dikit. Pak Yanto bisa mulai kerja besok ya. Soalnya besok saya sudah kerja lagi.”
Mika : “Halo, Pak. Salam kenal saya Mika. Bapak selama kerja disini apa menginap atau pulang pergi?”
Pak Yanto : “Siap bos! Iya, neng salam kenal juga. Ah neng bapak pulang pergi aja, rumah bapak dekat kok itu persis depan gerbang masuk perumahan ini. Ada warung seblak, nah itu rumah saya.
Daichi : “Wah, Pak Yanto ini malah ngasih tau kalo istri bapak jualan seblak. Udah ini anak saya tiap hari beli kesana.”
Mika : “Ide bagus, Ayah! Nanti malam saya ke sana ya pak, pengen seblaknya.”
Daichi : “Baru juga ayah ngomong. Haduh sayang sayang.”
Pak Yanto : “Hahaha, siap neng aman tar saya yang antar neng kesana ya.”
Malampun tiba, Mika duduk diruang tamu menunggu Pak Yanto menjemputnya. Tak lama terdengar suara motor bebek Pak Yanto.
Mika : “Nah itu pasti, gak salah lagi.”
Mika pun langsung beranjak dari kursinya dan menuju keluar. Benar saja itu adalah Pak Yanto yang datang untuk menjemputnya. Dari luar Mika pamit dengan ayahnya sembari teriak. Daichi saat itu baru selesai menunaikan sholat isya.
Daichi : “Mika Mika, kalo kedengeran tetangga kamu teriak-teriak gimana, Nak Ya Allah.”
Kata Daichi sambil menghela nafas. Sesampainya diwarung istri Pak Yanto, ternyata disana sedang banyak pembeli. Mika pun diajak Pak Yanto untuk menunggu didalam rumah. Saat Mika turun dari motor bebek Pak Yanto, semua orang yang sedang membeli seblak disitu matanya tertuju kepada Mika. Mungkin dipikiran mereka bertanya-tanya kenapa Pak Yanto keluar dari perumahan elit itu dan membawa anak yang cantik, putih, blasteran kesini? Apa gadis blasteran Jepang-Indonesia itu akan membeli seblak? Karena jarang sekali bahkan tidak pernah orang diperumahan elit tersebut membeli jajanan ke warung istri Pak Yanto. Setelah menunggu kurang lebih sejam, kini giliran pesanan Mika yang sedang dibuatkan oleh istri Pak Yanto. Karena dilihat diluar sudah tidak ada orang, Mika pun keluar dan menunggu pesanannya jadi di warung.
Endah : “Neng ini anak Pak Daichi?”
Mika : “Betul, teh saya Mika. Kalo teteh istrinya Pak Yanto, ya?”
Endah : “Saya Endah. Iya neng. Aduh suka sekali saya kalo ada anak seumuran neng manggil saya teteh hehe.”
Mika : “Loh, kan teteh terlihat masih muda. Makanya saya panggil teteh. Saya juga lama tinggal di Bandung. Tiap saya membeli seblak disana, saya juga memanggil pedagangnya dengan sebutan teteh. Jadi udah kebiasaanlah gitu.”
Endah : “Eh, neng Mika orang Bandung ternyata. Katanya orang Jakarta?”
Mika : “Saya dari Bandung, teh tinggal sama nenek. Kalo yang di Jakarta itu ayah tinggal di apartemen disana.”
Endah : “Oalah gitu iya-iya teteh paham. Oh iya ini udah jadi neng seblaknya. Serius ini neng cabenya 3 teteh takut kalo neng kepedesan teteh dimarahin Bapak neng.”
Mika : “Kalo Ayah marahin teteh bilang aja sama aku. Aneh sih kalo Ayah marahin teteh padahal kan yang minta cabenya 3 itu aku. Jadi teteh gak salah.”
Endah : “Hehe, ya udah neng. Pulangnya dianterin sama Pak Yanto lagi ya. Tunggu. Pak, Pak! Udah beres ini, anterin si neng lagi!”
Pak Yanto : “Iya, bu.”
Mika pun berpamitan pada Endah dan segera pulang. Hari pertama sekolah pun tiba. Mika diantar oleh Ayahnya menggunakan mobil. Lalu Mika berpamitan pada Ayahnya dan segera masuk. Namun saat digerbang, dari arah belakang Mika ditabrak oleh sesuatu. Rupanya Mika ditabrak oleh seorang siswa yang membawa motor namun dia sedang blank dan tidak melihat ada Mika didepannya.
Mika :”Ahh, aduh sakit!”
Azmi : “Astaga! Aduh bentar bentar.”
Azmi memarkirkan motornya terlebih dahulu, setelah itu dia berlari kecil menghampiri Mika yang saat itu masih membersihkan seragam bagian belakangnya.
Azmi : “Aduh sorry banget, sorry… banget gak sengaja gua ga liat ada lu disitu tadi. Apa yang sakit?”
Mika : “Udah udah gak apa-apa kok. Lain kali hati-hati aja.”
Mika pun langsung meninggalkan Azmi begitu saja.
Azmi : “Eh, bentar dong bentar. Nama lu siapa?”
Mika : “Mika.”
Azmi : “Gua Azmi, Sekali lagi sorry ya, Mik gua gak sengaja.”
Mika : “Iya ya udahlah udah terjadi juga. Lu kelas apa?”
Azmi : “Gua IPS 2.”
Mika : “Loh, sama dong kita.”
Azmi : “Oh iya? Bareng aja yok kita cari kelasnya gimana? Gua juga kelas 10 jadi belum tau kelasnya dimana.”
Mika : “ Hmm, iya boleh yuk.”
Merekapun bersama-sama mencari kelas dan sangat-sangat tidak menyangka kalau mereka akhirnya satu kelas. Sampai kelas 2 SMA, mereka sama-sama. Azmi yang mengajarkan banyak game kepada Mika, terutama Free Fire karena saat itu game tersebut sangat populer dikalangan anak seusia mereka. Saking seringnya mereka bersama-sama, mereka sering dianggap oleh teman-temannya dan guru sekalipun kalau mereka itu pacaran. Padahal kenyataannya Azmi sudah punya pacar walaupun pacar Azmi di Jogja. Hubungan itu biasa kita sebut LDR. Semenjak kenal dengan Azmi, Mika selalu pergi pulang sekolah bersamanya, walau dalam hatinya tidak enak karena Azmi sudah mempunyai pacar, tapi Azmi selalu meyakinkan Mika bahwa tidak akan terjadi hal apa-apa karena di Bekasi tidak ada yang kenal dengan pacarnya itu.
Suatu hari, Ayah Mika menelpon dia saat jam istirahat sekolah.
Daichi : “Assalamualaikum, sayang ini ayah. Nanti pulang sekolah kamu jangan sama Azmi, ya. Ayah saja yang jemput kamu.”
Mika : “Waalaikumsalam, loh kenapa ayah? Azmi baik kok sama Mika. Dia gak nyakitin Mika, kenapa ayah sekarang larang Mika diantar pulang sama dia?”
Daichi : “Loh, nggak sayang bukan gitu. Ayah mau langsung ajak kamu makan malem diluar. Gak kok, ayah gak mempermasalahkan kamu pulang pergi sama Azmi. Kan ayah tau dia.”
Mika : “Ih Ayah kirain Mika ayah kenapa sama Azmi. Kaget banget Mika, ayah. Ya udah nanti Mika bilang sama Azmi ya. Mika mau istirahat dulu. Ini lagi nunggu Azmi ke WC.”
Daichi : “Kamu suudzon terus sih sama ayah. Ya udah iya sayang, jajannya jangan sembarangan ya.”
Mika : “Iya, ayah. Assalamualaikum.”
Daichi : “Waalaikumsalam, sayang.”
Tak lama dari situ, Azmi pun datang dan langsung mengajak Mika jajan ke kantin. Sesampainya di kantin mereka membeli mie bakso.
Mika : “Oh iya, Mi. Gua nanti pulang sama ayah dulu ya. Lu duluan aja.”
Azmi : “Eh kenapa? Kok tiba-tiba lu pulang dijemput ayah> Gua udah ga direstuin sama ayah lu, Mik?”
Mika : “Hah? Maksud kamu gak direstuin?”
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kyori
RastgeleSeorang wanita yang memperjuangkan cintanya walau terhalang jarak (kyori). Banyak sekali ujian setiap kali dia menjalani hubungan dengan seseorang, mulai dari masalah keluarga, perselingkuhan, jarak dan lain lain. Namun dengan berbekal kesabaran, ak...