Bomin yang sedang duduk di teras dengan ditemani secangkir kopi menatap lekat pada objek di depannya, tepatnya pada hamparan hutan dibalik kebun-kebun singkong di depan. Sudah hampir 2 jam lamanya dia seperti itu, terkadang tatapannya kosong namun kadang penuh fokus. Setelah hampir seminggu disini, Bomin 'mempelajari' desa ini sejak awal. Desa ini istimewa.
Namun Bomin belum tau siapa penguasa desa ini sesungguhnya. Sosok besar merah yang dilihatnya di hutan saat membonceng Yeji tempo hari tentu sangat kuat namun dia tau sosok itu bukan penguasa sesungguhnya. Ada aura yang lebih aneh namun Bomin tidak pernah melihatnya secara pasti. Aura itu dia rasakan saat Karina mengalami kecelakaan di rumah namun aura itu terasa tipis.
Apa pun itu, Bomin berharap bahwa desa ini hanya daerah yang angker. Bukan keramat.
Hari semakin gelap dan matahari semakin menunduk untuk berpamitan. Saat itulah Bomin melihat sepasang anak manusia sedang berboncengan dan tiba di halaman rumah yang mereka tempati. Karina dan Jeno.
"Hahah udah gue bilang tadi baunya Pak Tejo kayak bau jengkol! Lu nekat dan betah amat ngajak dia ngobrol,"tawa Jeno sambil memarkirkan motornya.
"Ya gue ga enak kaliii...dia udah mau ngajarin kita terus kita kayak ogah-ogahan ga respect sama dia. Ga sopan,"Karina menepuk pundak Jeno sambil menuruni motor.
"Untung lu ga pingsan Rin. Eh Bomin, kok sendirian?"tanya Jeno saat menyadari Bomin duduk di hadapan mereka.
"Iya tumben. Yang lain di dalem semua?"tanya Karina.
"Iya, pada kecapean tuh,"jawab Bomin.
"Oh iya ya semua udah pada mulai kerja. Udah mau maghrib nih, masuk yuk ntar kesambet lagi lu,"kata Karina sebelum memasuki rumah anak perempuan.
"Gue disini dulu deh, mau ngudut,"kata Jeno, duduk disamping Bomin.
"Gamau lu?"tanya Jeno pada Karina sambil menunjukkan rokok yang sudah dinyalakan.
"Gue gerah, berasa bau jengkol juga nih ..mau mandi,"tolak Karina.
"Hahaha!"Jeno hanya tertawa lalu membiarkan Karina masuk ke dalam.
Sekarang tinggallah kedua pria muda itu duduk di teras, memandang jalanan kosong dan kebun-kebun singkong diseberang. Jeno sibuk menghembas-hembuskan asap rokok sementara Bomin hanya diam, sesekali menyeruput kopinya. Beberapa menit kemudian mereka yang tadinya diam membisu, langsung saling berpandangan.
Bomin hanya melontarkan tatapan 'hm?' sementara Jeno penuh pertanyaan.
"Lu liat ada cewe pincang lewat gak?"tanya Jeno. Bomin hanya diam.
"Woi jawab anjir! Lu liat cewe pincang pake kain jarik sama kemben ga pake sendal di jalan ga?"tanya Jeno sambil mengguncang bahu Bomin.
"Iya, gue liat,"jawab Bomin datar.
"Oh untunglah. Gue pikir gue sendirian. Soalnya creepy anjir, mau maghrib ada cewe pincang jalan sendirian ga pake sendal. Kalo lu liat artinya dia masih manusia kan? Hahahahaa!"tawa Jeno sambil menggaruk-garuk kepalanya. Bomin hanya diam.
Pasalnya yang lewat itu bukan manusia.
***
"Besok anjir," - Hanjis.
"Lusa nyet, minggu minggu," - Eric.
"Dih gue inget banget besok kok! - Hanjis.
"Iya bener si Hanjis, Ric. Besok," - Shuhua.
"Eh engga loh kok lu juga ingetnya besok? Minggu tau," - Heejin.
"Ini pada kenapa dah?" Soobin yang baru dari dapur membawa secangkir gula jahe duduk menengahi muda-mudi yang sedang berdebat. Hanya keempat orang ini sementara yang lain punya kesibukan masing-masing. Lia sedang sibuk dengan ipad-nya, kemungkinan besar menonton drakor favoritnya. Jeno dan Karina juga menonton di laptop tak jauh dari Lia duduk. Seungmin, Yeji dan Hyunjin sedang mengobrol entah apa itu. Yang lain duduk di teras.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN DESA WAYANG (00L)
Terror"Anjir gue pengen KKN liburan main ke pantai, ini malah ketemu setan!"