Desa Konoha

190 9 0
                                    




Sarada membuka mata saat seseorang mengguncang bahunya. Chocho ternyata.

"Apa? Sudah sampaikah?"  tanya Sarada tidak jelas.

"Belum. Minta cemilanmu dong. Punyaku sudah habis," Chocho nyengir tanpa merasa bersalah telah membangunkan putri tidur.

Sarada mendecak. Chocho dan hobi ngemilnya. Dengan mata mengantuk, Sarada meraih totebag yang berisi aneka snack dan memberikannya pada Chocho. "Nih. Pilih sendiri".

"Makasih sayangku," seru Chocho kegirangan.

Sarada hanya mendengus. Lalu mengerjap, dan menatap keluar jendela bus. Mencoba mengamati daerah yang mereka lewati. Eh? Sudah meninggalkan jalan tol ya. Kiri kanan mereka pepohonan tumbuh rapat. Oh. Sudah hampir sampai Konoha nih kayaknya. Kata sensei, kalau mereka sudah masuk jalan yang membelah hutan dan tidak punya persimpangan, itu artinya beberapa kilo lagi mereka akan tiba di desa Konoha. Lokasi yang dipilih sekolah mereka untuk outbond pengurus kelas.

Sarada sebenarnya malas. Ini masih musim panas. Harusnya Sarada liburan di pantai, berendam di air atau sekedar berjemur. Tapi apa daya. Sarada adalah ketua kelas dan wajib ikut. Dulu siapa sih yang milih Sarada? Bikin emosi saja.

Kegiatan mereka selain outbond juga bakti sosial. Karena di desa Konoha banyak lansianya, jadi diharapkan, mereka membantu para lansia bekerja. Belum apa-apa Sarada sudah merasa dieksploitasi.

20 menit kemudian, rombongan mereka memasuki gerbang desa dan disambut pemandangan spektakuler. Tebing berukir wajah seperti di Gunung Rushmore. Wow. Luar biasa.

Sensei yang menyertai mereka menjelaskan kalau 8 wajah di tebing itu merupakan pemimpin desa yang paling dihormati. Mereka adalah para pahlawan yang hidup di jaman shinobi masih eksis.

Rombongan mereka langsung menuju kantor kepala desa. Mereka sudah dinanti oleh pemimpin desa, Inuzuka Kiba yang sudah sangan sepuh. Setelah perkenalan dan sambutan singkat kepala desa, mereka diantar ke tempat tinggal sementara  mereka. Bangunan sekolah dari kayu yang luas namun terkesan tidak terawat. Konohamaru sensei yang tinggal di tempat itu mengatakan, mereka hanya menggunakan satu ruangan saja karena sedikitnya anak usia sekolah di Konoha. Senseinya saja hanya dua orang.

Hari ini mereka istirahat dulu. Kegiatan akan dimulai besok. Tapi sebelum istirahat mereka harus bersih-bersih aula tempat mereka tidur. Semua siswa ditempatkan jadi satu di aula. Tidak ada tempat tidur, jadi dari awal sekolah sudah memerintahkan mereka membawa futon sendiri atau sleeping bag.

Setelah membersihkan aula dan mandi, mereka makan malam sederhana yang hanya terdiri dari nasi, tumisan buncis, dan telur dadar. Tidak memuaskan lidah, tapi tidak ada yang mengeluh saking laparnya.

Keesokan harinya mereka dibangunkan jam 5 dan diajak lari pagi memutari desa. Dipimpin oleh siapa lagi kalau bukan si maniak olahraga, Rock Lee sensei. Semua bocah sudah mengeluh. Kenapa sensei aneh itu harus ikut sih. Mereka akan terlebih dahulu kelelahan sebelum beraktivitas.

Kegiatan pertama hari ini adalah membersihkan area sekolah. Yang murid laki-laki tugasnya adalah, memotong rumput yang sudah setinggi cita-cita, memangkas semak yang gondrong dan menyapu daun kering. Yang perempuan bertugas membersihkan jendela dan mengepel lantai hingga kinclong.

"Capeeeek. Lapaaar," keluh Chocho sambil bersandar di bingkai jendela. Di rumah saja dia punya asisten. Disini malah jadi babu. Wueee. Mau pulaaaang.

"Enggak usah lebay. Dengan bekerja kan kamu tahu rasanya jadi asisten rumah tangga, dan lebih menghargai mereka" sahut Sarada seraya mengelap keringat di dahinya. Pandangan Sarada tertuju pada satu taman mungil di depan sekolah. Ada bangku dan ayunan disana. Sepertinya area bermain anak.

Janji SasukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang