Sarada lemas di rerumputan. Masak iya Sarada ketemu hantu. Tapi kalau bukan hantu, apalagi dong.
"Sarada. Hei. Sarada. Sadar. Kenapa sih," Chocho menepuk-nepuk lembut pipi Sarada yang sedang menatap kosong makam berhiaskan patung rubah itu.
"Sarada tidak apa-apa?" Udon sensei ikut kuatir. "Atau kita tidak usah ke makam leluhur Uchiha saja ya kalau Sarada terlalu lelah. Ayo. Kita istirahat di tempat nenek Chiyo". Udon sensei menarik Sarada agar berdiri. Tapi kaki Sarada terlalu lemah untuk menyangga tubuhnya. Terpaksa, Udon sensei mengangkat Sarada dan membawanya ke rumah nenek Chiyo. Takut Sarada pingsan kalau dipapah saja.
Nenek Chiyo yang sedang berbincang dengan kepala desa kaget melihat Udon sensei datang lagi tapi sambil mengangkat bocah Uchiha. Lho?
"Dia kenapa sensei?" tanya nenek Chiyo sesaat setelah Sarada dibaringkan di ruang tamu.
"Tidak tahu nek. Bocah ini tiba-tiba lemas di depan makam Naruto," jawab Udon sensei.
"Kenapa dia ke makam Naruto? Ah. Lupakan. Kalian para pria keluar dulu. Aku akan menggosok badannya dengan minyak. Tubuhnya dingin sekali," Nenek Chiyo mengusir kepala desa dan Udon sensei.
Nenek Chiyo meminta Chocho melonggarkan pakaian Sarada. Lalu nenek membalurkan entah apa ke sekujur tubuh Sarada. Sedikit cairan itu diteteskan di sapu tangan dan diletakkan di bawah hidung Sarada.
Sarada menarik nafas panjang menghirup aroma wangi yang menenangkan. Sarada tidak pingsan. Dia hanya shock. Setelah diberi segelas teh rempah-rempah hangat, Sarada sudah merasa sehat.
"Huweeee. Saradaaaa. Jangan bikin takut. Kirain tadi kamu kesurupan roh rubah," Chocho memeluk Sarada sambil nangis drama.
"Enggak usah nangis jelek gitu. Aku belum mati," ujar Sarada.
"Bocah itu sudah bisa diajak bicara nek?" Suara kepala desa terdengar.
"Kalian masuklah," Nenek Chiyo membuka pintu.
Kepala desa menyerbu masuk dan menatap Sarada tajam. Sarada jadi merasa tidak nyaman. Duh. Kakek kepala desa marah ya.
"Katakan nona muda. Apa kau kenal Uchiha Sasuke?" tanya kakek Kiba tanpa basa-basi.
Sarada sedikit terkejut dengan nada tidak ramah kepala desa saat menyebut nama Uchiha Sasuke. "Itu nama kakek saya, kepala desa".
"Kau anak Itachi?" kakek Kiba duduk di depan Sarada.
"Iya benar," jawab Sarada meski masih bingung.
"Udon sensei. Ajak nona ini kembali dan tolong katakan pada senseinya kalau nona Uchiha disini dulu sementara, karena ada hal yang harus diurus," kakek Kiba menyuruh Udon sensei membawa Chocho. Ini urusan dengan Uchiha saja. Orang luar tidak boleh tahu.
Sarada mencubit Chocho saat Chocho ingin membantah. Sarada penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh kepala desa. Kemungkinan besar tentang kakek Sasuke. Jadi lebih baik kalau Chocho tidak ikut mendengar.
Setelah Udon sensei dan Chocho pergi, Sarada menatap kepala desa yang terlihat masih marah.
"Kakek menakutimu ya?" kakek Kiba mengubah nada kasarnya setelah terdiam beberapa saat. "Maaf. Kakek terbawa emosi. Jadi, Sarada, apa kau pernah bertemu seseorang berambut kuning dan bermata biru?"
"Kakek tahu orang itu? Kakek pernah melihatnya juga? Dia manusia nyata kan kek? Kami bahkan sering ngobrol dengan akrab. Jadi pasti namanya saja yang kebetulan sama dengan orang yang sudah meninggal itu," Sarada merepet. Mencoba meyakinkan diri kalau yang ditemuinya bukan hantu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sasuke
FanfictionSarada mengikuti kegiatan sekolah yang bertempat di satu dusun pelosok yang bernama Konoha. Di sana, Sarada bertemu pemuda manis berambut kuning yang bernama Naruto. Pertemuan itu menguak rahasia kakeknya yang tidak Sarada ketahui sebelumnya. Selur...