Sarada merasa takut saat melihat ekpresi penuh kebencian dari kakek Kiba maupun nenek Chiyo. Apa yang sesungguhnya terjadi kemudian, hingga mereka semurka itu walau bertahun-tahun telah berlalu?
"Umm. Kakek Kiba?" panggil Sarada ragu. Duh. Jangan sampai emosi kakek dilampiaskan pada Sarada ya.
Kiba menghela nafas panjang. Mencoba meredakan amarahnya. Tenang Kiba. Tenang. Di depanmu bocah yang tidak bersalah meski dia adalah cucu si bangsat Sasuke itu.
"Maaf. Kakek tidak bermaksud menakutimu," Kiba meminum tehnya, sekedar mengulur waktu agar bisa memenangkan diri juga.
"Kakek lanjutkan ceritanya ya," kakek Kiba berkata setelah terdiam lebih dari 5 menit.
"Tanggal 10 Oktober, hari ulangtahun Naruto. Dari pagi buta dia sudah bersemangat bahkan membangunkan tuan Hiruzen, kepala desa saat itu, dengan nyanyian cemprengnya. Oh iya. Naruto itu yatim piatu. Dia tinggal di belakang rumah dinas kepala desa atas perintah tuan Hiruzen, agar ada yang ikut mengawasi. Setelah lulus SMA, dia membantu di kantor kepala desa.
Naruto tahu, tidak mungkin Sasuke datang saat pagi atau siang. Mungkin dia akan tiba malam hari. Tidak masalah. Yang penting mereka bisa merayakan ulangtahun Naruto berdua saja.
Tanggal itu, hujan turun dari tengah malam. Baru reda setelah jam 5 sore. Tempat perjanjian Naruto dan Sasuke adalah taman depan sekolah. Naruto sudah bersiap akan menunggu Sasuke di taman.
Tuan Hiruzen dan istrinya sebenarnya sudah melarang Naruto untuk pergi. Kesehatan Naruto tidak pernah baik dari kecil. Sedikit angin dingin bisa membuat Naruto flu dan demam. Hari itu hawanya sangat dingin. Sudah habis hujan seharian, ditambah sedang musim gugur. Tapi Naruto yang sangat bahagia tidak bisa dicegah. Istri kepala desa hanya bisa memberinya jaket tambahan dan tidak lupa mengingatkan Naruto agar membawa payung, karena mendung kembali menutup langit.
Naruto menanti di taman itu mulai dari petang dengan senyum di wajahnya. Kami sempat menemani sebentar, sebelum kami harus pulang. Kakek sudah mengajak Naruto ke tempat kakek yang paling dekat dengan taman. Sudah menyiapkan kertas supaya Naruto bisa menulis pesan untuk ditinggal di tempat itu. Sehingga kalau Sasuke datang, dia bisa menemui Naruto di tempat kakek. Tapi Naruto menolaknya. Pokoknya, dia mau menunggu Suke di taman sesuai janji.
Kakek sempat kembali ke taman sekitar jam 8 dan Naruto masih disana sendiri tanpa Sasuke. Kakek sampai memohon supaya Naruto pulang saja atau paling tidak menunggu di rumah kakek. Tapi Naruto bersikeras. Dia bilang satu jam lagi. Kalau Sasuke tidak muncul juga, Naruto akan pulang.
Seharusnya, kakek menemani Naruto. Hanya satu jam di luar tidak akan membunuh kakek. Tapi kakek meninggalkan Naruto tanpa pengawasan.
Malam itu sekitar jam sepuluh, hujan turun sangat deras disertai petir. Karena Naruto orang yang selalu melakukan apa yang dia janjikan, jadi kakek percaya Naruto pasti sudah pulang, sehingga kakek tidak kepikiran untuk memeriksa taman dan memastikan kalau Naruto benar-benar sudah pulang.
Kakek baru tahu kalau Naruto tidak pulang setelah anak tuan Hiruzen yang diminta orangtuanya mencari Naruto mengetuk rumah kakek dan menanyakan keberadaan Naruto. Bocah itu bilang Naruto tidak di taman tapi juga tidak di kamarnya. Kakek mencari ke rumah yang lain tapi tidak ada juga. Hingga akhirnya kakek kembali ke taman dan menemukan Naruto pingsan di bawah perosotan.
Naruto demam selama seminggu lebih. Setelah agak sehat, dia minta pada kepala desa agar diijinkan menggunakan telepon. Saat kembali itu, Sasuke memberikan nomor telepon pada Naruto agar bisa sekali-kali memberi kabar. Tapi yang mengangkat telepon mengatakan tidak ada yang bernama Uchiha. Naruto juga mencoba mengirim surat seperti biasa. Namun kali ini, suratnya dikembalikan karena Sasuke sudah tidak tinggal di alamat tersebut.
Kami hanya bisa menghibur hati Naruto yang sedang terluka. Meski selalu bilang tidak apa-apa, kami tahu, Naruto pasti merasa sangat sakit.
Beberapa bulan kemudian, kami mendapat surat dari seorang teman bernama Nara yang tinggal di ibukota. Dia bukan orang Konoha, tapi ayahnya adalah seorang polisi yang pernah ditugaskan di sekitar sini. Surat itu punya dua sampul. Bagian luar dialamatkan pada kepala desa biar petugas pos tidak kebingungan mencari. Sampul kedua, Nara menulis nama kami semua yang dikenalnya, jadi kami memutuskan untuk membacanya bersama-sama di kamar Naruto.
Saat kami menarik surat, sebuah foto jatuh. Ada tiga orang di foto itu. Nara memakai jas, yang dua memakai pakaian pengantin. Kami pada awalnya tidak mempedulikan foto sang pengantin, tapi Naruto mendadak gemetar sambil menyebut nama Sasuke. Barulah kami sadar, pengantin laki-laki adalah Sasuke.
Isi surat yang kami baca yaitu Nara diundang menghadiri pernikahan nona muda Haruno yang merupakan putri tunggal pemilik rumah sakit terbesar di ibukota. Alangkah terkejutnya Nara saat tahu pengantin prianya adalah Sasuke. Dia bahkan tidak tahu keluarga Uchiha pindah ke ibukota. Nara tidak berbincang lama dengan Sasuke jadi tidak sempat bertanya keadaan teman-teman lama di Konoha. Maka, Nara kirim surat saja plus foto pernikahan agar berita bahagia itu juga diketahui penduduk Konoha.
Naruto hancur seketika. Kondisinya masih belum pulih total dari saat ulangtahunnya. Ditambah berita kalau kekasih yang dia tunggu malah pergi ke ibukota dan menikah disana. Kesehatan Naruto semakin turun. Hingga pertengahan musim panas, Naruto pergi untuk selamanya.
Sekarang kamu mengerti kan nak, kenapa kami masih marah pada Sasuke. Naruto tidak layak diperlakukan seperti itu. Dia anak baik. Kami menganggapnya matahari kami karena selalu menghangatkan suasana dengan tawanya.
Jadi Sarada, nak, kalau kamu kembali ke ibukota, tolong, bawa kakekmu kemari biar Naruto tenang. Bayang-bayang Naruto selalu muncul setiap tanggal 10 Oktober ataupun saat seorang keturunan Uchiha datang ke Konoha. Dan itu selalu disertai hujan, tidak peduli musimnya.
Ayahmu pernah kemari. Awalnya, Itachi tidak jujur kalau dia anak Sasuke dan malah mengaku sebagai anak bungsu Obito. Tapi akhirnya kakek tahu, karena seorang guru yang waktu itu membantu di Konoha, pernah mengajar di SD di wilayah Obito tinggal. Jadi dia tahu kalau Obito tidak punya anak seusia Itachi. Kakek juga sempat meminta pada ayahmu agar mengajak Sasuke mengunjungi makam Naruto. Tapi percuma. Sasuke tidak pernah datang. Padahal Itachi juga melihat Naruto di taman, masih menunggu kekasihnya sampai sekarang," Kiba tersenyum pahit.
Sarada menahan air matanya. Sedalam apa Naruto mencintai kakek Sasuke, hingga dia masih setia menunggu bahkan saat raganya sudah kembali ke bumi? Dari perbincangan Sarada dengan Naruto, Sarada tahu Naruto tidak menyimpan amarah pada orang yang dinantinya. Karena senyum Naruto tidak pernah hilang.
Sarada bertekad, dia harus bisa membawa kakek Sasuke ke Konoha. Tidak peduli harus berdebat dengan ayahnya. Kakek harus minta maaf pada Naruto karena sudah mengingkari janji.
Hai semua.
Maaf kalau chapter ini dramatis dan membosankan, tapi semoga masih bisa dinikmati. Ada yang merasa familiar dengan penampakan Naruto duduk di bangku taman saat sedang hujan?
Benar. Ide ini muncul saat melihat video penampakan perempuan yang duduk di tengah hujan. Lokasinya entah dimana, karena video tersebut diupload beberapa akun.
Terimakasih untuk yang masih mau membaca.
Sampai jumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sasuke
FanfictionSarada mengikuti kegiatan sekolah yang bertempat di satu dusun pelosok yang bernama Konoha. Di sana, Sarada bertemu pemuda manis berambut kuning yang bernama Naruto. Pertemuan itu menguak rahasia kakeknya yang tidak Sarada ketahui sebelumnya. Selur...