Payung yang Sarada pinjamkan pada Naruto, sudah berada di tempatnya lagi pada malam harinya. Jadi Sarada mengira, Naruto mengembalikannya langsung ke sekolah.
Setelah itu, Sarada jadi sering melihat Naruto duduk di bangku taman. Kadang pagi, kadang sore. Pernah sekali waktu malam. Dan selalu pas hujan turun. Entah kenapa, cuaca Konoha ini seperti bukan di Jepang saja. Sering banget hujan. Kalau bukan musim panas sih, Sarada tidak akan merasa aneh.
Sarada selalu mendatangi Naruto kapanpun dia melihatnya, sambil membawakan payung. Saat Sarada bertanya, kenapa selalu lupa membawa payung, pasti dijawab terburu-buru dan tidak mengira kalau akan turun hujan.
"Naruto, boleh tanya tidak?" Setelah menahan rasa penasaran selama beberapa hari ini, Sarada memberanikan diri bertanya. Selain membawakan payung, kadang kalau sedang tidak sibuk, Sarada akan menemani Naruto duduk dan ngobrol walau hanya sekejap.
"Sarada mau tanya apa?" Naruto memiringkan kepala dan menatap polos membuat Sarada hampir mimisan. Kyaaaa. Kawaii. Sarada gemas sendiri.
"Siapa sih yang Naruto tunggu? Tega banget dia menyuruh Naruto menunggu disini sendiri. Hujan-hujanan pulak," ujar Sarada.
Naruto tersenyum lembut. "Seseorang yang sangat berharga untukku".
"Pacarmu? Enggak usah ditunggu deh orang yang suka ingkar begitu. Enggak kasihan apa melihat pacarnya kayak bocah ilang begini," Sarada mengomel. Bukan kompor lho ya. Tapi Sarada benar-benar kasihan melihat Naruto yang selalu terlihat pucat itu menunggu kedinginan di taman seorang diri.
Naruto tertawa geli mendengar Sarada ngoceh. "Sarada belum tahu sih rasanya punya seseorang yang istimewa. Besok kalau kamu ketemu dengan pujaan hatimu, pasti kamu akan paham".
"Gaya bicaramu enggak usah kayak orang tua gitu. Kita ini hampir seumuran tauk," ujar Sarada.
Naruto hanya nyengir. "Kamu enggak ada kegiatan hari ini?"
"Ada sih. Membantu di peternakan ayam milik paman Hayate dan mencabuti rumput di rumah nenek Chiyo," jawab Sarada. Naruto sudah diberi tahu Sarada alasan mereka datang ke Konoha. Jadi kadang Sarada tidak bisa menemani Naruto ngobrol karena banyak kegiatan.
"Kegiatan kalian selesai besok kan? Yaaa. Tidak punya teman ngobrol lagi deh," keluh Naruto sambil manyun.
"Hei. Kamu tu penduduk asli sini. Temanmu disini semua. Tinggal cari mereka untuk ngobrol," celetuk Sarada.
"Maksudnya menemani aku dan ngobrol di taman ini," ujar Naruto.
"Makanya, kubilang apa. Pacarmu itu enggak usah ditunggu. Kamu di rumah saja. Bandel sih," ucap Sarada.
Naruto terkekeh. Lalu menunjuk jendela sekolah yang terlihat dari bangku taman itu. "Dipanggil temanmu tuh".
Sarada menoleh dan melihat Chocho melambai sambil berkata entah apa. Terlalu jauh. Kalimat Chocho hanya mirip dengungan di telinga Sarada.
"Aku pergi dulu ya. Cepat pulang lho. Enggak usah nunggu berjam-jam. Tambah pucet kamu nanti," Sarada beranjak.
"Iyaaaa. Sebentar lagi pulang kok," sahut Naruto.
Sarada berlari kecil kembali ke sekolah. Udah mau berangkat ke peternakan ya. Masih hujan nih. Bikin males. Pasti becek dan berbau pupuk kandang.
"Heh bayi tua. Masa kecil kurang bahagia ya. Udah gede masih main hujan," celetuk Chocho rada nyelekit.
"Siapa yang main hujan sih? Enggak liat payung segede ini?" Sarada mengacungkan payungnya.
"Iya tau ada payung. Tapi ngapain hujan-hujan gini duduk bengong di taman? Niat pengen ketempelan?" kata Chocho tambah sengak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sasuke
FanfictionSarada mengikuti kegiatan sekolah yang bertempat di satu dusun pelosok yang bernama Konoha. Di sana, Sarada bertemu pemuda manis berambut kuning yang bernama Naruto. Pertemuan itu menguak rahasia kakeknya yang tidak Sarada ketahui sebelumnya. Selur...