Itachi memanggil Sarada ke ruang kerjanya setelah makan malam. Deidara sudah terlebih dahulu bercerita mengenai permintaan kepala desa Konoha pada Sarada.
"Kepala desa itu bicara apa, Sara?" tanya Itachi segera setelah putrinya duduk di depannya.
"Minta tolong supaya Sara membawa kakek mengunjungi Naruto yah," jawab Sarada.
Itachi menghela nafas. Permintaan yang sama. Dulu Itachi mengabaikannya karena sang ibu tidak pernah suka mendengar kata Konoha. Dan Itachi lebih mematuhi sang ibu daripada ayahnya. Lagian, yang bernama Naruto itu sudah meninggal. Mau ayahnya datang atau tidak, tidak akan mengubah keadaan kan?
"Boleh kan yah?" tanya Sarada saat sang ayah terdiam.
"Sara, ayah sudah pernah berjanji pada nenek Sakura di saat-saat terakhirnya. Bahwa ayah tidak akan pernah membawa kakekmu kembali ke Konoha. Ayah juga berjanji tidak akan menyebutkan Konoha pada Sara. Pokoknya Konoha adalah kata terlarang, bahkan dari saat ayah masih kecil. Ayah mengunjungi Konoha, karena tidak sengaja mendengar mengenai tempat itu dari kakek Fugaku," kata Itachi.
"Kenapa?" Sarada penasaran. Kenapa nenek Sakura seakan membenci Konoha, padahal nenek dari lahir adalah warga ibukota. Tidak mungkin nenek punya kenangan buruk dengan Konoha kan?
"Nenekmu tidak menyebutkan alasannya. Satu hal yang pasti, ayah sudah berjanji. Dan ayah tidak akan mengingkari janji tersebut," kata Itachi.
"Kakek juga sudah berjanji pada Naruto yah. Janji yang puluhan tahun tetap dinanti untuk dipenuhi oleh Naruto. Ayah juga pernah melihat Naruto kan? Duduk sendiri di bawah hujan, menunggu kekasih yang tidak kunjung datang," suara Sarada tercekat, karena mengingat senyum lebar di wajah Naruto ketika membicarakan kekasihnya.
"Ya. Ayah memang pernah melihat seseorang berambut kuning bermain ayunan saat hujan. Tapi ayah tidak bicara dengannya. Hanya tahu identitas orang itu setelah kepala desa menceritakan kisah tentang kakekmu dan Naruto. Namun, ayah tidak bisa memenuhi permintaan kepala desa. Ayah takut nenekmu marah," ujar Itachi.
"Kalau sekarang kakek kesana kan nenek tidak tahu yah. Jadi tidak masalah kan?" Sarada mencoba membujuk.
"Ayah sudah berjanji Sara," ucap Itachi lelah.
"Ayah kan yang berjanji? Bukan mama ataupun Sara. Jadi kalau mama dan Sara yang membawa kakek ke Konoha, ayah tidak mengingkari janji pada nenek," Sarada terus berusaha agar sang ayah memperbolehkan.
Itachi terdiam cukup lama. Memikirkan semua dengan cermat. Sarada sampai meremas-remas jari karena gugup.
"Sara tanya mama sana. Kapan bisa meluangkan waktu membawa kakek," Itachi akhirnya memutuskan.
Sarada tersenyum senang lalu melompat memeluk ayahnya. "Terimakasih ayah".
Sarada merasa lega saat sang ayah mengijinkan meski secara tidak langsung. Sarada tidak mungkin dong membawa kakek Sasuke ke luar kota tanpa ijin. Kakek Sasuke kan harus senantiasa dipantau kondisinya.
Berdasarkan jadwal mamanya, mereka baru bisa ke Konoha dua minggu lagi. Mereka akan pergi saat weekend jadi Sarada tidak usah ijin dari sekolah.
Dan sekarang waktunya berangkat. Mereka akan naik kereta sampai kota tempat tinggal kakek Shisui, anak dari kakek Obito. Dari sana, mereka akan diantar ke Konoha menggunakan mobil. Sebenarnya sih lebih cepat pakai pesawat dan dilanjutkan naik mobil, seperti dulu saat sekolah Sarada mengadakan kegiatan disana. Tapi mau bagaimana lagi. Kesehatan kakek Sasuke tidak memungkinkan untuk terbang.
Kak Kabuto sebagai perawat kakek juga diminta ikut. Kalau hanya Sarada dan mamanya kan pasti kewalahan seandainya kakek Sasuke tiba-tiba drop. Ehm, ini bukan mengharapkan hal buruk lho ya. Tapi jaga-jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sasuke
FanfictionSarada mengikuti kegiatan sekolah yang bertempat di satu dusun pelosok yang bernama Konoha. Di sana, Sarada bertemu pemuda manis berambut kuning yang bernama Naruto. Pertemuan itu menguak rahasia kakeknya yang tidak Sarada ketahui sebelumnya. Selur...